log2(1024)

42.5K 5.9K 1.7K
                                    

➳ "Kak Felix,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳ "Kak Felix,"

Felix mengernyit saat baru saja memasuki gerbang sekolah dan Seonho berlari ke arahnya. "Kenapa?"

"Kakak harus liat ini!" Dan pemuda tinggi itu langsung menarik tangan Felix agar mengikutinya.

"Eh, eh—" Felix mengerjap, berusaha menghentikan Seonho. "Kenapa, sih?!" pekiknya saat Seonho akhirnya berhenti.

Anak itu tak menjawab, namun jarinya menunjuk ke arah kerumunan di depan mereka yang tertawa-tawa, lalu menunjuk papan yang biasanya berisi mading. "Ada foto kakak di mading."

Felix seketika membulatkan matanya. Di sekolah mereka, mading digunakan untuk memberitahu pengumuman, memajang karya siswa, atau untuk mempermalukan seseorang. Jadi jika fotonya dipajang di mading, maka itu tidak akan berarti bagus.

Felix buru-buru berusaha menerobos kerumunan yang—seakan menyadari kehadirannya—, langsung membelah, memberinya jalan untuk lewat. Beberapa orang dari kerumunan itu tertawa ke arahnya, beberapa yang lain malah dengan terang-terangan menunjuk-nunjuknya, ada raut keji di wajah mereka.

Felix menganga total saat akhirnya ia dapat melihat jelas apa yang tertempel di mading tersebut. Itu adalah fotonya yang berlutut dengan keadaan diikat, yang Felix yakin diambil berminggu-minggu lalu di malam di saat ia dijadikan bahan taruhan untuk balapan antara Changbin dan Hyunjin. Di bawah foto itu ada sebuah caption,

"Bintang sekolah Lee Felix, jual diri ke pembalap ilegal?"

"Bangsat," Felix mendesis, kemudian merenggut foto itu dari mading dan merobek-robeknya. Dia berbalik ke arah kerumunan itu. "Siapa yang nempel ini di mading?!" bentaknya.

Kerumunan itu spontan menggeleng-geleng atau mengangkat bahu, beberapa berbaik hati mengatakan 'Tidak tahu', beberapa malah dengan kejam melengos dan mengacuhkannya.

Felix merasa matanya berkaca-kaca. Siapa yang sebenci itu padanya? Dia merasa tak pernah punya masalah dengan siapapun.

Seonho mendekatinya dan mengelus bahunya. "Aku tadi datang pagi banget, kak. Foto itu udah ada di mading. Yang udah ada di sekolah jam segitu tadi cuma anak-anak piket. Coba tanyain kalo mau, kak."

Felix mendesah lelah. Anak-anak piket ada lima orang di setiap kelas. Dan ada sepuluh kelas di setiap tingkat. Itu berarti dia harus menanyai seratus lima puluh orang dari semua kelas di tingkat satu hingga tiga.

"Gak usah deh, Seonho." Felix menggeleng. "Aku ke kelas aja. Makasih udah ngasih tau, btw." Dia kemudian melangkah dengan lesu ke arah kelasnya.

Saat masuk ke kelas, Felix seketika mengerjap saat suara suitan dan sorakan terdengar.

"Wuih, Lix. Nyokap bokap lo bangkrut, sampai lo harus jual diri?" Salah satu teman sekelasnya yang laki-laki berkomentar. Teman-temannya yang lain tertawa.

[1/2] Candu +HyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang