➳ "Yo, Jin. Lama gak liat lo. Kemana aja?"
Hyunjin hanya mendengus untuk menjawab pertanyaan itu. "Ada lah, urusan." Dia mengendikkan bahu, berusaha untuk tetap terdengar tertarik pada pembicaraan itu walau sesungguhnya ia tak peduli sama sekali. "Ada yang nantang malem ini?" Hyunjin berusaha mengalihkan pembicaraan, menghentikan kalimat ramah-tamah yang di telinganya terdengar lebih seperti kalimat penjilat.
Lelaki berambut biru elektrik yang mengobrol dengannya itu tersenyum—jenis senyuman licik. "Kita kedatangan tamu dari geng sebelah." Dia menunjuk jajaran mobil-mobil balap yang tampak asing di sebelah kiri mereka. "Gue ceritain soal kehebatan lo, dan mereka setuju buat nantangin lo."
"Taruhannya?"
"Seratus dolar. Sama mobil. Terus mereka bawa barang bagus, katanya."
Hyunjin tak melewatkan seringaian mesum lelaki itu. "Barang? Narkotik? Sori, gue gak tertarik."
"Cowok. Manisnya bangsat. Polos banget. Keliatannya masih virgin." Kemudian lelaki berambut biru elektrik itu menunjuk kerumunan orang yang seakan sedang mengerubungi sesuatu, dengan beberapa pekikan gemas terdengar dari para umbrella girl yang berpakaian minim. "Lo pasti suka."
Hyunjin menaikkan sebelah alisnya, kemudian melangkah mendekati kerumunan itu untuk melihat lelaki yang katanya akan menjadi bahan taruhan. Sudut keningnya berkedut, sebegini hancurnyakah moral manusia, hingga manusia lain dijadikan bahan taruhan untuk kehormatan?
Hyunjin berusaha menyelip di antara orang-orang itu, yang agak sulit karena postur tubuhnya yang tegap dan bukannya cungkring. Sesekali para umbrella girl itu dengan sengaja menempelkan dada mereka ke punggungnya, membuat Hyunjin mengernyit risih dan menahan diri agar tidak berbalik dan melayangkan tinjunya ke wajah mereka.
Saat akhirnya ia dapat melihat dengan jelas, Hyunjin tertegun.
Di sana, pemuda manis yang akan menjadi bahan taruhan itu tengah berlutut dengan kedua tangan diikat selotip dan mulut yang dibebat saputangan. Dia memakai jeans dan hoodie abu-abu kebesaran, menundukkan kepala dan berkali-kali bergidik kedinginan.
Hyunjin mengumpat keras kala pemuda itu mengangkat kepala dan menunjukkan wajahnya yang tergores di beberapa tempat.
Awalnya Hyunjin benar-benar tak tertarik untuk menerima tantangan itu, walaupun jumlah uang hadiah dan mobil yang akan dipertaruhkan benar-benar menggiurkan. Namun karena pemuda taruhan itu, Hyunjin mau tak mau, harus menerima tantangan itu. Karena—sial, Hyunjin sangat mengenal pemuda berhelaian pirang itu.
Itu Felix.
.
[Candu]
.
"Gimana, bro? Lo terima tantangan mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/2] Candu +Hyunlix
Short StoryCandunya Hwang Hyunjin itu cuma tiga. Rokok, balapan, dan Lee Felix. [cover by @ahnegxma]