π(33)

42.6K 6K 1.4K
                                    

➳ "Hah?!" Felix mengerjap, bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

➳ "Hah?!" Felix mengerjap, bingung. "Siyeon gak salah, dia disuruh Yena. Dia kira itu surprise buat ultah gue. Barusan dia cerita." Felix lalu menceritakan ulang semua hal yang diberitahukan gadis itu padanya.

Hyunjin mengerutkan kening. "Dan lo percaya?"

"Kenapa enggak? Siyeon itu polos banget, gak mungkin dia bohong. Lagipula, dia jujur ke gue kalo dia yang nempelin foto itu di mading. Kalo tujuan dia mau jatuhin gue, ngapain dia ngomong gitu?"

"Oh, i don't know. Tapi lo pernah denger soal trik psikologi dasar? Jika seseorang secara jujur mengaku dia pelakunya, orang lain akan berpikir bahwa bukan dia yang melakukannya. Karena, untuk apa penjahat mengakui kejahatannya? Lo penggemar psikologi, Lix. Gue tau lo pasti ngerti maksudnya."

"Gue ngerti. Tapi, ceritanya Siyeon masuk akal."

"Tapi gak ada bukti."

"Emang ceritanya Sunwoo ada bukti?"

"Sunwoo anak futsal. Tadi pagi, tim futsal datang pagi banget buat latihan di halaman, di seberang koridor mading. Bukan cuma Sunwoo, semua anggota tim futsal liat si Siyeon deketin mading terus nempelin foto itu. Mereka gak liat Yena sama sekali. Menurut cerita Siyeon, Yena yang nyuruh, kan? Bukannya seharusnya Yena ada di sana buat ngasi foto itu ke dia?"

"Bisa aja ngasinya kemarinnya, kan? Mungkin aja dia gak mau ketauan anak-anak, kan?"

Hyunjin menghela nafas. "Gue tau lo emang benci Yena, Lix. She's indeed a bitch. Tapi entah kenapa gue ngerasa kayaknya lo pengen banget nyalahin dia."

Felix menganga. "Gue gak pengen nyalahin dia, dia emang keliatan bersalah!"

"No, she's not! Lo gak bisa nyalahin orang hanya karena pengakuan satu orang, babe."

"Don't 'babe' at me! Lo juga nyalahin Siyeon cuma gara-gara temen lo si Sunwoo bilang gitu."

"Ralat. Satu tim futsal ngomong gitu. Bukan cuma Sunwoo doang." Hyunjin memijat dahinya. "Coba, pikir baik-baik. Jangan kemakan emosi lo sama Yena."

"Oh," Mata Felix menyipit dalam kebencian. "Sahabat gue kena panah Cupid?" desisnya pelan. "Yena enak, ya? Makanya lo ngotot banget belain dia."

Hyunjin terperangah, tak memahami ucapan Felix, sebelum kemudian dia sadar. "Lo nuduh gue suka sama Yena? Lix, gue di sini cuma mau bantuin lo, biar lo gak salah nuduh orang dan biar kita tau siapa pelakunya!"

"Oh yeah? Then try thinking with logic and not with your dick, Mr. Hwang!" Felix berteriak dan kemudian beranjak keluar kelas.

Hyunjin menendang mejanya kuat-kuat hingga beberapa siswi menjerit dan mereka yang masih ada di dalam kelas memilih buru-buru keluar, untuk menghindari kemarahan Hyunjin. "Lo egois!"

Felix berhenti di ambang pintu dan menatap Hyunjin tajam. "I know."

.

[1/2] Candu +HyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang