Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
➳ "Halo, sayang?"
Hyunjin menggeram sebal, yang dihadiahi tatapan bertanya dari Felix yang berbaring dengan kepala berada di pangkuannya. Tanpa mengeluarkan suara, sang pemuda bersurai hitam menunjukkan display ponselnya yang menampilkan nama Yena.
Felix menekap mulutnya sendiri, tertawa tanpa suara sembari menjulurkan lidah untuk mengejek Hyunjin. "Makan tuh, sok gentle mau balesin dendam gue," bisiknya pelan.
Hyunjin memutar bola matanya dan mencubit hidung Felix, sebelum kemudian berdehem dan membuat suaranya terdengar semanis mungkin. "Ya, sayang? Kenapa?"
"Aku bosen di rumah sendirian. Ngedate yuk. Masa' kita udah seminggu pacaran tapi ga pernah ngedate,"
Felix dan Hyunjin saling lirik kemudian serempak memasang ekspresi ingin muntah.
"Boleh, mau kemana?" Hyunjin memutar bola matanya lagi, kemudian meringis saat suara di seberang telepon itu memekik riang.
"Lotte World! Mau kan?"
"Mau, lah. Gimana, ketemuan di sana atau aku jemput?" Hyunjin memejamkan mata dan berbisik 'plis jangan jemput' berulang kali.
"Di sana aja, deh. Ada bibi di rumah, ntar dia ngadu ke ayah kalo aku pergi sama kamu. Jam tiga, ya. Dadah sayang!"
Hyunjin menatap layar ponselnya sebelum mendengus keras. "Ada pembantu lo bilang sendirian. Modus doang lo biar gue nurutin lo, kan. Ular lo bangsat." Dia kemudian menoleh ke arah Felix. "Kalo bukan karena lo ya Lix, gak bakal gue gini."
Felix tertawa, kemudian menautkan jemarinya dengan Hyunjin. "Dia bilang jam tiga kan? Masih dua jam lagi. Terus lo mau ngapain?"
Hyunjin menyimpulkan senyum miring. "How about doing you?"
.
[Candu]
.
"Hyunjin!"
Hyunjin menghela nafas dan berusaha keras tersenyum pada Yena yang turun dari mobilnya dan langsung mengaitkan lengannya pada lengan Hyunjin. "Hei, sayang,"
Hyunjin mengernyit saat Yena berjinjit untuk memberinya kecupan di bibir. "Ayo masuk!"
Hyunjin menuruti gadis itu. Mereka mengantre untuk membeli tiket, kemudian menjelajahi wilayah taman bermain yang luas tersebut.
"Mau naik apa dulu?"
Yena menaruh telunjuknya di dagu, berpikir. Sekilas, Hyunjin mengakui kecantikan gadis itu. Tidak heran dia dijuluki ratu sekolah.
"Merry-go-round!" Yena menunjuk salah satu wahana.
Hyunjin tertawa kecil. "Carousel? Gak salah? Kayak anak kecil."