Percayalah, menjadi orang yang asertif atau blak-blakan di iklim kita yang seperti ini menjadi tantangan tersendiri.
Hari ini, saya berdebat dengan partner penelitian saya. Karena saya membuka diri soal apa yang saya rasakan saat membersamainya penelitian di Indonesia.
Setelah proses pertemuan, kita biasanya akan mengalami proses storming, konflik, badai. Dan kita harus melalui proses ini dengan terbuka.
Pada part ini, saya menjelaskan perasaan saya, keinginan saya, dan segala hal yang ada di dalam benak saya. Saya kesal, kenapa dia tidak memahami general ethical conduct, saya kesal mengapa dia tidak memahami kultur kita, saya lelah memberi tahu dia apa solusi yang sebaiknya kita lakukan.
Sebaliknya, dia juga merasa kesal karena dia merasa dia seperti helpless kalau ga ada saya. "Apakah kamu leader saya? Saya rasa tidak? Saat kamu ga bisa hadir, apakah lab akan tutup?" Katanya dengan emosi. "Please, do whatever you want, i have my class right at 1 am. So, if you feel can continue without me, then please do". Tapi faktanya, ga bisa. Dan tidak ada usaha.
Namun, fase ini baik. Kita saling terbuka terhadap perasaan masing2 dan mulai akan saling mengestimasi pendekatan apa yang paling tepat berhadapan dengannya.
Sehingga, kita bertemu dalam fase seperti ini. Sebaiknya, habis2 kan saja. Tuangkan semua asumsi. Harus. Biar clear.
Fase konflik sangat penting untuk membangun norma kelompok. Situasi konflik akan mengungkap karakter2 asli dari masing2 pihak.
Berteman dengan konflik.
![](https://img.wattpad.com/cover/142533239-288-k604741.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ngemil Makna
Non-Fiction[Rank #1-Makna] For the meaning of life differs from man to man, from day to day and from hour to hour. What matters, therefore, is not the meaning of life in general but rather the specific meaning of a person's life at a given moment. (Viktor E...