Dia Adalah Hiddan

52 21 3
                                    

Sinar Matahari seperti biasanya menembus celah-celah jendela. Membangunkan seseorang dari tidur nyenyaknya. Setelah menunaikan shalat subuh, Melody kembali terbaring di kasurnya, mengenakan selimut hangatnya.

Amat malas jika ia harus beranjak dari tempat tidurnya, meskipun hari ini adalah hari yang amat ia tunggu-tunggu.

"Mel, bangun. Sudah siang" omel Ibu

"Emmm Melody masih ngantuk bu" gumam Melody sambil membenarkan selimutnya.

"Kebiasaan nih bocah. Kerjaan tidur aja"

"Emm Melody masih ngantuk, jangan ganggu Melody yah bu"

"Yakin nih, yaudah Pikniknya dibatalin aja"

Mendengar ancaman sang Ibu, Melody terkejut, diliriknya jam dinding yang ada di kamarnya menunjukkan pukul 6 Pagi. Dengan buru-buru Melody mempersiapkan semuanya. Ibu Melody hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan anaknya.

     Hari ini Melody dan Adiknya mengikuti piknik yang diselenggarakan di kampung neneknya, ditemani Nenek dan Paman nya, Melody segera dituntun naik ke Bis Pariwisata. Kebetulan Pamannya bertugas menjadi panitia jadi urusan tempat duduk, Melody dan Adiknya bebas memilih.

"Kita di belakang aja ya dek" ajak Melody

"Enggak ah mbak, aku kan kalau duduk dibelakang, suka mabuk perjalanan" ujar Clara, Adik perempuannya.

Terpaksa Melody menuruti permintaan Adiknya itu.

Sebenarnya Melody ingin duduk dibangku belakang, namun adiknya meminta untuk duduk dibangku depan. Neneknya pun juga memilih bangku disebelahnya dan sebangku dengan seorang nenek-nenek sebayanya.

      Sungguh Melody amat bosan. Tak sds anak gadis sebayanya yang ikut piknik.  Melody segera memasang headseat di kedua telinganya. Pandangan matanya tertuju pada sebuah serambi masjid. Tak sengaja sorot matanya menangkap sebuah objek seseorang lelaki. Lelaki itu berpostur Kurus tapi tinggi, berkulit putih dan senyumannya amat menggoda. Siapa saja perempuan yang melihatnya pasti akan tertarik. Dilihatnya sesosok lelaki itu dari kaca jendela, cukup menentramkan hati Melody.

        Melody terus saja berdoa agar lelaki itu duduk dibangku sebelah depan. Namun doa nya belum dikabulkan, pria itu memilih bangku yang ada dibelakang. Melihat hal itu Melody amat kecewa, kecewa terhadap Adiknya yang tak mau duduk dibelakang. Tak lama kemudian Bis pun melaju menuju Yogyakarta.

       Sepanjang perjalanan, Melody hanya mencuri-curi pandang lelaki itu. Ingin sekali ia mengajak lelaki itu berkenalan, namun rupanya ia tak punya nyali untuk melakukan itu. Lama perjalanan sekitar 6 jam, dari Kota Semarang menuju Kan Gunungkidul Yogyakarta. Setelah memasuki area hutan Bus segera melaju menuju arah selatan ke timur. Kemudian Bus berhenti dipinggir jalan.

Diliriknya kanan kiri, ternyata disebelah kiri jalan ada sebuah Wc umum. Para penumpang Bus yang hendak ke kamar mandi segera turun dari Bus. Pandangan Melody kembali tertuju pada layar ponselnya. Saat Melody tengah asyik membalas chat dari temannya, Lelaki itu berjalan di sebalahnya. Melody hanya melongo melihat Lelaki itu. Kemudian Lelaki itu turun dari Bus.

"Nek" panggil Melody

"Iya"

"Itu tadi siapa sih namanya nek?"

"Yang mana"

"Itu tadi yang pakai baju abu-abu"

"Owh itu tadi. Itu namanya Hiddan"

"Owh Hiddan"

Rasa penasarannya terhadap lelaki itu membuatnya harus menuruti langkah kakinya untuk turun dari Bus dan membuntuti lelaki itu. Sambil memandangnya Melody hanya tersenyum-senyum sendiri. Sungguh ia amat terpesona dengan sesosok lelaki itu.

Diam-diam Melody mengintip lelaki itu, Hiddan itu tengah berbicara dengen salah seorang pemuda. Merasa terusik Hiddan segera menoleh, dan buru-buru Melody berpaling dari Hiddan. Karena tak ingin kepergok oleh Hiddan, Melody melangkahkan kakinya menaiki bus. 15 menit kemudian Bus melaju menuju tempat tujuan.

      Sesampainya di tempat tujuan pertama yaitu di Pantai Jungwok Gunungkidul Yogyakarta. Melody segera turun dari Bus. Tak lupa, ia menggandeng adiknya yang berusia 8 tahun.

Setelah ada pengarahan Melody dan Adiknya yaitu Clara berlari menuju bibir pantai. Hamparan pasir putih dan batu-batuan karang menambah ciri khas tersendiri. Angin yang bertiup sepoi-sepoi memainkan jilbab Melody. Tapi sampai sekarang ia belum menemukan sesosok Hiddan. Entah kemana orang itu Melody tak tau.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang