3. Pertandingan Sepak Bola💕

61 30 8
                                    

Dhika yang tersadar akan lamunannya kini ia mengajak Melody untuk kembali bersama teman-temannya.

"Mel, balik yuk" ajak Dhika

"Aku masih ingin disini" ucap Melody

"Apa kubilang, kamu pasti kagum melihat semua keindahan ini. Sampai-sampai kamu enggan untuk pulang" celoteh Dhika

"Tau aja kamu dhik" ujar Melody

Dhika hanya tertawa renyah melihat wajah Melody yang kian mengerut.
Setelah kembali ke tempat awal, teman-temannya telah bersiap meledek Melody dan Dhika.

"Cieee yang lagi pacaran" ledek Akhwan
"Iya tuh, pergi-pergi nggak ajak-ajak" sahut Farah

"Namanya juga baru jadian" timpal Zaki

"Iya tuh, jadiannya ditempat ini pula" tambah Aji

"Hehhh bisa diem nggak sih. Aku sumpal mulut kalian pakai sepatu ini, tau rasa kalian" bentak Dhika

"Sepatu kamu hanya dua, ma nyumpak mulut kita berempat" ledek Zaki

Tangan Dhika kini mengepal bersiap hendak menghajar mereka berempat. Tetapi Melody mencegahnya.

"Sudah-sudah. Kamu juga dhik. Jangan dibawa serius. Mereka semua hanya bercanda" hibur Melody

Dhika pun mengurungkan niatnya untuk menghukum keempat sahabatnya itu.
"Cie, cie yang dinasehati ama pacarnya" celoteh Zaki

"Dhika, Dhika. Emosian kamu" omel Farah

"Udahlah, aku mau pulang" gerutu Dhika

Kemudian Dhika bersepeda sendirian dan disusul oleh kelima sahabatnya. Wajah Dhika masih saja bersungut-sungut akibat ledekan dari keempat sahabatnya. Tetapi dalam hati ia senang karena ia bisa dekat dengan pujaan hatinya yang baru, Melody. Apalagi bisa menikmati indahnya pemandangan di Candi Gedongsongo hanya berdua bersama Melody.

Sore harinya, seperti biasa Melody ikut Ayahnya tandingan badminton di Balai desa dekat rumahnya.

Setelah selesai tandingan selama 30 menit. Melody memutuskan untuk beristirahat.

"Ayah, Melody boleh keluar bentar nggak"

"Ngapain keluar?"

"Nyari udara seger aja yah"

"Yaudah sana, tapi jangan lama-lama"

"Siap Yah"
Tepat didepan Balai, ada sebuah lapangan yang dimana lapangan itu adalah lapangan milik kelurahan.

Seringkali Dhika bermain sepak bola bersama teman-temannya dilapangan ini. Dan ini kali pertama Melody bertemu dengan Dhika yang tengah bermain sepak bola.

"Itu bukanya Dhika ya" batin Melody

"Samperin Ah" kemudian Melody bergegas menuju pinggir lapangan.

"Eh beneran itu Dhika" tatapan matanya masih ingin memperjelas bahwa yang ia temui itu adalah Dhika.

"Semangat Dhika buat Sepak Bolanya. Ayo tendang terus, jangan lupa masukkan gawang" teriakan Melody seolah membuat Dhika tak fokus dengan permainannya hingga ia pun akhirnya kebobolan dari lawan.

Sementara teman-temannya hanya sibuk menggodanya. Dhika hanya mendengus sebal karena kekalahannya dibabak pertama tadi.

"Ciee yang disemangatin, Ciee" goda salah satu teman Dhika

"Aduhh yang lagi disupport ama Ayank Bebeibh"

"Harusnya kamu seneng Dhik. Pacar kamu bisa dateng disini"

Dhika tak berselera untuk menanggapi ocehan dari teman-temannya itu. Ia hanya memasang tampang sebal.

"Duhhh gak enak aku sama Dhika. Gara gara aku meneriaki dia, dia jadi kebobolan. Lebih baik aku kabur aja deh" Melody langsung lari dari lapangan. Melody merasa tak enak hati atas sikapnya dengan Dhika tadi.

"Tuh kan Melody malah lari" tunjuk salah satu teman Dhika.

"Dhika, kejar donk"

"Bodo amat" perhatian Dhika tak dapat teralihkan dari Bola yang sedang ia mainkan.

"Haduh, bodoh. Kenapa sih Melody tadi malah ku usir. Lumayan sih aku ada yang menyuport" batin Dhika.

"Yaudah, kita lanjutkan saja pertandingannya yuk" tegas Dhika sambil mengambil posisinya sebagai pemain penyerang.

"Dhika, kenapa kamu belum tidur" kedatangan ibunya menggugah lamunannya.

"Gak bisa tidur bu"

"Pasti lagi mikirin seseorang ya"

"Ibu ini, sok tau"

"Udah kelihatan raut mukamu Dhika, pasti lagi mikirin Melody ya"

"Ya enggak lah" Dhika berusaha menyembunyikan kebohongannya.

"Yang bener" godaan dari ibunya semakin membuat Dhika terpojok.

Karena tak tahan dengan godaan ibunya,Dhika memutuskan untuk beranjak tidur.

"Udahlah bu, Dhika sekarang udah ngantuk, mau tidur" Dhika pun merebahkan badannya dikasur empuknya.

"Yaudh deh anak kesayangan ibu, anak satu-satunya ibu, selamat malam" kemudian ibunya mengecupkan bibirnya dikening Dhika.

"Selamat malam bu" tak lama setelah itu Dhika akhirnya bisa memejamkan mata.

Wajar bila Dhika sering dimanja oleh orang tuanya. Apa yang ia minta harus di turuti. Karena memang ia adalah anak satu-satunya atau yang sering dikatakan sebagai anak tunggal.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang