Pengagum Langit Malam

20 5 0
                                    

          Di Malam nan gelap gulita itu, Melody duduk dengan menyilakan kedua kakinya keatas, dan kedua tangannya memeluk erat kedua kakinya. Menikmati indahnya Ibu Kota Jawa Tengah di malam hari. Dari kejauhan ia melihat, ribuan lampu dari rumah-rumah Penduduk di lereng bukit. Bagaikan parade kunang-kunang yang mengelilingi bukit, memanjakan mata bagi mata-mata sang pengagum langit malam.

        Angin malam kini mulai berhembus. Menghempas kemana saja tanpa arah, Memainkan jilbab belakang Melody, menyejukkan hati dan menyempurnakan ketenangan malam.

        Letih jika Melody harus duduk, ia merebahkan tubuhnya  membuat hati Melody terasa tenang. Ia menyukai ketenangan, karena baginya ketenangan itu akan membawa kedamaian hati. Jemari nya ia jadikan bantalan untuk menatap langit.

        Lihatlah diatas, gugusan bintang membentang dan Bulan Purnama yang tak kehabisan sinarnya untuk menerangi Langit Malam. Suara jangkrik bagai bak suara orkestra, memberi kesan tersendiri untuk malam-malam nan sunyi.

         Disini amat tenang, terlalu tenang untuk menjernihkan pikiran, melepas penat, menikmati malam libur. Jika muda-mudi jaman sekarang lebih memilih Mall untuk jalan-jalan atau sekedar bermalam mingguan, lain hal nya dengan Melody, yang memilih tempat itu untuk menikmati malam minggunya. Hampir setiap  malam minggu ia berkunjung ke tempat itu. Meski hanya sekedar termenung bahkan menghabiskan waktu malam minggunya. Tempat itu tak jauh dari rumahnya, hanya berjarak beberapa meter saja.

"Hiddan, Apa Kabar Kau disana. Tak terasa, sudah seminggu kau dan aku tak bertemu. Rindu? Rindu sangat" gumam Melody menatap langit.

"Apa kau dengar suaraku? Apa kau dengar Pintaku? Disini aku kan selalu merindukanmu. Miss You Hiddan"

          Ketika Melody tengah bangkit dari tidurnya dan menyilakan kakinya. Ia melihat ada sosok lelaki yang duduk tak jauh dari tempatnya duduk. Hanya berkisar 10 meter saja. Namun lelaki itu hanya terdiam. Melody juga terdiam, tak ingin mengusik keberadaan lelaki tersebut.

        Melody menoleh ke arah lelaki itu. Ia merasa bahwa ia pernah mengenal lelaki itu. Melody memandang lamat-lamat lelaki itu. Lelaki itu berperawakan tinggi, kurus, putih. Sama seperti perawakan Hiddan.

"Apa jangan-jangan ia Hiddan" gumam Melody

"Tapi gak mungkin, untuk apa Hiddan malam-malam ke tempat ini"

        Lelaki itu sejenak menoleh ke arahnya. Persis dengan apa yang terlintas di fikiran Melody. Benar, itu Hiddan. Tetapi untuk apa dia datang ke tempat ini malam-malam begini.

       Melody melangkahkan kakinya ke arah Hiddan. Hiddan hanya terdiam melihat gadis yang ia lihat datang menghampirinya.

"Kamu Hiddan kan?" Tanya Melody

Lelaki itu hanya mengangguk.

"Baru seminggu aja, masa lupa" goda Hiddan. Melody hanya tersenyum manyun. Hiddan pun hanya terkekeh melihat Melody tersenyum manyun.

"Kok kamu bisa ada disini sih?" tanya Melody mengerutkan alis

"Habis, aku bingung. Dimana lagi aku harus mencari ketenangan. Setelah aku menemukan tempat ini, aku rasa ini tempat yang cocok untukku sejenak menenangkan diri"

"Ooohh begitu"

Hiddan hanya mengangguk.

"Kamu sendiri, ngapain malam-malam begini kesini?" tanya Hiddan balik

"Setiap malam minggu aku ke tempat ini. Aku suka tempatnya, asyik"

Hiddan menanggapi jawaban Melody dengan senyuman.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang