Rahasia terbesar Dhika

69 13 1
                                    

Senin Pagi, Melody masih menggeliat dikasur empuknya. Ibunya berusaha untuk membangunkannya,namun rupanya si Ratu Kebo itu tak mau bangun.

"Bangun, Ini sudah siang" omel Ibu

"Melody masih ngantuk bu" gerutu Melody sambil membenarkan selimutnya

"Kamu itu mau sekolah atau tidak"

"Males sekolah lah bu" gerutu Melody

"Ini sudah jam 6 lho"

Karena tak ingin mendengar omelan dari ibunya, Melody pun beranjak dari tempat tidurnya untuk bersiap-siap sekolah

Sesampainya disekolah, Melody terlambat. Tetapi untungnya Pak Satpam belum mengunci pintu gerbang. Melody pun memarkirkan mobilnya di area tempat parkir dan bergegas menuju kelasnya.

Setibanya dikelas, Melody sudah disambut antusias oleh sahabat karibnya, Farah. Kebetulan Guru yang mengajar jam pertama belum datang. Seusai berdoa, keadaan kelas semakin ramai. Begitu juga dengan Melody dan Farah.

"Mel, mana oleh-oleh untukku" tagih Farah

Tanpa basa-basi Melody mengeluarkan sebuah gelang berwarna coklat dari dalam tasnya.

"Wahhh bagus banget. Makasih ya mel" sorak Farah

"Ya" gumam Melody

Perhatian Melody kini tertuju pada layar ponselnya. Tak lama kemudian Dhika pun menghampirinya.

"Pagi mel" sapa Dhika

"Pagi juga dhik"

"Oh ya, mana oleh-oleh untukku"

Tanpa basa-basi Melody mengeluarkan sebuah kalung berwarna silver yang yang mana dikalung itu tergantung gantulan berhuruf M dari dalam tasnya.

"Oh ya, untuk Tiwul sama Bakpianya aku lupa bawanya. Nanti aku kirim ke rumah kamu" jelas Melody

"Okay"

Tak lama kemudian guru yang mengampu jam pertama datang dan segera memberikan materi untuk hari ini.

   Bel Istirahat berbunyi, beberapa siswa berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kantin, perpustakaan dan ada yang dilapangan.

   Seperti biasa perhatian Melody saat istirahat hanyalah dengan membaca Novelnya. Jika Melody membacaNovel. Ia akan lupa segalanya. Bahkan sahabat karibnya pun ia lupakan.

"Mel" panggil Dhika

"Hmmm" sahut Melody

"Ada yang pengen aku omongin ke kamu"

"Ngomong ya tinggal ngomong aja"

"Ini soal perasaanku mel"

Mendengar perkataan Dhika, Melody menoleh ke arah Dhika.

"Maksud kamu?" tanya Melody tak mengerti

"Sini, duduk saja dibangku sebelahku" ajak Dhika

Melody memutar bola matanya. Langkah kakinya tertuju dengan sebuah bangku disebelah Dhika.

"Mau ngomong apa sih dhik?" tanya Melody

"Tapi kamu gk akan marah kan?"

"Inshaa Allah enggak"

"Mel, sebenarnya aku tuh dari dulu" Dhika memulai pembicaraannya

"Dari dulu kenapa?" sahut Melody memotong pembicaraan Dhika

"Emmm dari dulu tuh aku cin" belum sempat Dhika menyelesaikan perkataannya,Farid yang berdiri dibelakang Dhika pun segera memergokinya.

"Cieee yang mau nembak Melody" ledek Farid

Dhika yang terbawa emosi segera melangkah pergi dari tempat duduknya. Melody yang bingung dengan sikap Dhika segera mengikuti langkah kaki Dhika.

"Dhik, sebenarnya kamu mau ngomong apa sih"

"Gak apa-apa. Gak jadi"

"Why??"

"Lupakan saja"

Seusai Istirahat, pelajaran kembali berlangsung. Sejak tadi, Melody tak bisa fokus dengan pelajaran hari ini. Ia masih saja dihantui oleh rasa penasaran nya terhadap Dhika.

  Sepulang sekolah, Dhika langsung bergegas pulang. Saat ia hendak menaiki motor Cbr nya, tiba-tiba saja Melody menghadang nya.

"Ada apa lagi sih mel"

"Aku masih terhantui oleh rasa penasarannku. Selama kamu belum menjelaskan semua itu padaku. Aku masih menaruh rasa penasaranku padamu"

"Udah lah mel, lupakan saja"
Dhika pun mulai menghidupkan mesin motornya dan bergegas pergi dari parkiran.

"Apa kau mencintai dhik. Jika iya, lantas mengapa kau sembunyikan itu semua dariku. Mengapa???" batin Melody

"Maafkan aku mel. Aku tak bisa jujur padamu. Sejujurnya aku sangat mencintai, tapi aku takut jika perasaanku ini hanya akan merusak persahabatan yang kita bangun selama ini. Meskipun kau dan aku hanya sebatas sahabat,tetapi namamu akan selalu terpatri dalam hatiku mel" batin Dhika seraya mengendarai motor sportnya.

Melody tak tau harus bagaimana. Ia yakin bahwa Dhika amat tulus mencintainya. Rasa cintanya kini hanya untuk Hiddan, bukan Dhika. Tetapi ia tak pernah tau apakah Hiddan mempunyai rasa yang sama dengannya atau tidak.
Apakah Melody harus menerima Dhika apa adanya,yang jelas-jelas mencintainya. Ataukah memperjuangkan seseorang yang ia cintai yang belum tentu orang itu mencintainya. Entahlah
Ternyata Cinta serumit itu

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang