37. Di Balik Rencana💕

8 3 0
                                    

Sudah lama Hamdan tak bertemu dengan Melody, rindu ingin bertemu dengan seorang perempuan yang pernah menolak cintanya. Padahal ia satu sekolah dengan Melody, namun karena ia sering bolos, ia jarang bertemu Melody. Sekalipun berinteraksi, itu pun hanya lewat
chat whatsapp saja.

Di tengah kerinduannya pada Melody, Hiddan malah sibuk dengan lapptopnya, entah apa yang ia kerjakan saat ini.

“Dan, aku kangen Melody” gumam Hamdan

“Rindu ya temui lah” ujar Hiddan yang perhatiannya tak lepas dari laptopnya

“Kamu gak rindu dan?” tanya Hamdan

"Biasa aja sih” respon Hiddan

“Kapan-kapan kita ajak dia ketemu yuk” ajak Hamdan

“Boleh juga” gumam Hiddan

“Kamu ngapain sih bro, kok kelihatannya sibuk bener?” tanya Hamdan penasaran

“Nyelesain tugas kuliah lah. Emang apa lagi kesibukanku selain ngerjain tugas kuliah” ujar Hiddan malas

“Emang kalau kuliah, seribet ini ya?” tanya Hamdan

“Ya, gak juga sih. Tergantung jurusannya juga” jawab Hiddan seadanya. Sejujurnya ia malas sekali merespon ucapan sahabatnya yang ada disebelahnya ini, tapi mau bagaimana lagi. Hendak
mengusir pun rasanya juga tidak enak.

Sekarang ini Hiddan tengah berkuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Kota Semarang di Fakultas Managemen dan Bisnis dan sekarang ini baru menempuh semester 4. Ia memang tergolong mahasiswa yang biasa saja, alias tidak terlalu pintar. Namun karena kegigihannya
sejak SMA untuk masuk ke PTN yang ia impikan, menjadikannya tekun belajar dan beribadah.

Harapannya setelah lulus kuliah nanti, ia akan pergi ke Batam, meneruskan bisnis ayahnya.

“Makanya dhik, aku gak mau kuliah karena tugasnya menggunung” keluh Hamdan

“Terus kalau gak kuliah, berarti kerja?” tanya Hiddan
“Iya dan, aku pengen kerja aja” ucap Hamdan “Kirain mau nikah ham” ledek Hiddan

“Ngawur aja ya kalau ngomong” ketus Hamdan

“Bercanda woyy, bercanda” Hiddan pun tertawa menertawai sahabatnya itu

“Hahaha, hobi banget ya, ngeledek sahabat sendiri” sinis Hamdan

“Iya deh, aku minta maaf” Hiddan pun menghentikan ledekannya pada Hamdan

“Oh ya dan. Lulus kuliah, rencana mau kerja apa? Dimana?” tanya Hamdan

“Aku mau ke Batam, nerusin bisnis Ayahku disana” ujar Hiddan

“Yahhh, berarti kita pisah donk dan” keluh Hamdan

“Yaa mau gimana lagi ham, keputusanku udah bulat. Aku mau pindah kesana” ujar Hiddan

“Terus, gimana sama Melody?” tanya Hamdan

Mendengar nama Melody, seakan membuat hati Hiddan resah. Satu sisi ia sangat mengagumi sosok Melody, meski ia belum sepenuhnya mencintai gadis itu. Satu sisi, memang ini harapannya sejak SMA. Hiddan pun menghela nafas panjang. Jika gadis itu memang jodohnya, toh nanti dipertemukan juga, pikirnya.

“Aku tetap kekeuh sama keputusan awal ham. Yahh bukanya aku gak mau bohongi perasaanku. Aku akui aku emang kagum sama dia, tetapi logikaku berfikiran jika ia jodoh yang dikirim Tuhan untukku, entah sulit atau mudahnya nanti pasti bakal dipersatukan juga” jelas Hiddan

“Kalau itu udah jadi keputusan kamu, sebagai sahabat aku hanya bisa mendukung dan mendoakan yang terbaik untukmu kawan. Sukses terus sohibku sejak kecil” seru Hamdan seraya menepuk pundak sahabatnya itu. Hiddan pun menoleh kearah sahabatnya itu, ditepuknya kembali pundak Hamdan

“Kamu juga sukses selalu bro” ucap Hiddan

“Makasih bro. Oh ya, besok kan hari minggu, kita jalan bareng sama Melody yuk” ajak Hamdan

“Ide bagus itu” ujar Hiddan

💞💞💞

Seusai menemani Ibunda tercintanya berbelanja, Melody pun merebahkan badanya di kasur empuknya. Hawa ngantuk pun menyerangnya. Ketika ia hendak memejamkan kedua matanya, handphone yang ada disebelahnya tiba-tiba saja bordering. Ia pun sgera mengangkat
panggilan tersebut.

“Assalamu’alaikum mel” ucap orang yang ada diseberang

“Waalaikumsalam, ada apa ya ham. Kok tumben telfon?” tanya Melody

“Besok ada acara gak mel?” tanya Hamdan balik

“Emm enggak sih, emang ada apa ya?” tanya Melody lagi

“Besok main yuk, ke Pantai Maron. Tapi sore ya, sekitar jam 4. Bisa kan” jelas Hamdan

“Inshaa Allah aku bisa ham” ujar Melody

“Alhamdulillah, syukurlah kalau kamu bisa. Yaudah ya mel, udah gitu aja Assalamualaikum” ucap Hamdan. Hamdan pun segera mematikan sambungan telefon

“Waalaikumsalam” jawab Melody.

Usai menjawab telfon dari Hamdan, Melody pun merebahkan tubuhnya kembali, dan mulai tertidur

Hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Melody sudah bersiap-siap dengan rok
panjang berwarna hitam, kemeja berwarna merah maroon dan balutan hijab pasminanya berwarna hitam. Dari rumahnya menuju Pantai Maron di tempuh waktu selama 30 menit.

Sesampainya di Pantai itu, Melody mencari-cari keberadaan Hiddan dan Hamdan. Dan akhirnya menemukan mereka.

Di sepanjang Pantai, mereka menikmati indahnya senja bertiga, dengan canda, tawa, mereka isi momen tenggelamnya matahari. Ditengah canda tawa mereka, Melody merasa kebelet pipis, ia pun pamit menuju kamar mandi umum terdekat.
Usai dari kamar mandi, Melody berniat mencari penjual air minum. Rencanaya sekalian membelikan Hiddan dan Hamdan air mineral. Namun ditengah perjalanannya, terdengar pembicaraan yang mencelos hatinya. Suara itu tak asing baginya, yahh itu Dhika.

“Aku gak bisa berpura-pura mencintai Fara, sedangkan yang ada dihatiku hanya Melody. Aku gak bisa terus-terusan bohongi perasaanku, Aku Cintanya sama Melody, bukan sama Fara”

TBC

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang