Pusat Oleh-oleh dan Sebuah Perpisahan

39 14 1
                                    

Matahari kian tenggelam di ufuk barat. Meninggalkan sisa-sisa kenangan yang ia ukir bersama Hiddan meski hanya sesaat.
Laju Bus yang semula kencang kini agak sedikit lambat. Panitia masih terus saja mencari-cari pusat oleh-oleh.

15 menit telah berlalu hingga akhirnya merekamnya menemukan Pusat Oleh-oleh. Bus pun berhenti di parkiran Pusat Oleh toleh. Beberapa penumpang ada yang turun untuk membeli oleh-oleh ada juga yang bertahan di dalam Bus.

      Melody keluar dari Bus untuk membeli oleh-oleh. Ketika ia berjalan ke dalam Pusat oleh-oleh pandangannya hanya tertuju pada ponsel yang tengah ia pegang. Dalam posisi tak sadar, tak sengaja ia menubruk salah satu pengunjung. Setelah Melody menyadarinya ternyata yang ia tabrak adalah Hiddan. Buru-buru Melody meminta maaf pada Hiddan.

"Ups Maaf ya. Aku gak sengaja"

"No Problem"

Melody masih saja menyembunyikan rasa malunya. Saat Melody hendak berlalu, tiba-tiba saja Hiddan mencegahnya.

"Tunggu" cegah Hiddan
Melody menoleh tak mengerti

"Yang tadi, aku kembalikan uangmu ya" ucap Hiddan

"Emm gak usah gak apa-apa kok, ambil aja"

"Tapi aku gak enak sama kamu"

"Gak apa-apa. Aku iklas kok beliin adik kamu kacamata"

"Ya sudahlah. Sebagai tanda terima kasihku, aku akan membelikanmu satu buah oleh-oleh yang ada di Toko ini"

"Tapi kan"

Belum Melody menyelesaikan pembicaraannya, telunjuk Hiddan berdiri tegak berada tepat dibibir Melody. Melody pun akhirnya menuruti saja perkataan Hiddan.

     Dipilih nya satu persatu oleh-oleh yang akan ia bawa pulang. Pandangannya tertuju pada sebuah makanan yaitu Walang Goreng(Belalang goreng).

"Kamu mau yang itu?" tanya Hiddan
Melody menoleh, menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa, itu enak lho" seru Hiddan

"Enggak ah"

Setelah mengamati satu persatu, yang dibeli oleh Melody hanyalah Tiwul, Gaplek dan Bakpia Pathok. Segera Hiddan membayarnya, tetapi Hiddan hanya membayar tiwulnya sedangkan yang lain Melody sendiri yang membayarnya.

       Keluar dari Pusat Oleh-oleh, Hiddan dan Melody duduk disebuah bangku didepan Pusat Oleh-oleh.

"Makasih ya buat Tiwulnya" ucap Melody

"Harusnya aku yang berterima kasih sama kamu, karena kalau gak ada kamu tadi mungkin aku bakalan ngos-ngosan berjalan dari Tempat penjual Kacamata menuju Bus" ujar Hiddan

"Gak apa-apa" sahut Melody

"Ngomong-ngomong,katanya tadi kamu mau minta nomor hpku,jadi enggak?"

"Eh iya aku lupa"

" Catat ya"

Hiddan segera membacakan nomor hpnya. Dan Melody mencatatnya.

"Thanks ya"

"Sama-sama"

      Hiddan dan Melody mengamati keadaan sekitar. Banyak penumpang Bus yang berjalan ke arah Mushola untuk menunaikan shalat Ashar dan sebagian ada yang hendak kamar mandi.

"Kamu gak shalat Ashar?" tanya Hiddan

"Maaf, aku sedang berhalangan"

"Oh"

"Kamu shalat Ashar dulu gih"

"Okey, Siap"

Hiddan segera beranjak dari tempat duduknya menuju Mushola yang ada didekat Pusat Oleh-oleh.

      Entah apa yang membuat Melody amat bahagia hari ini. Apalagi ia bisa sedekat itu dengan Hiddan. Melody amat percaya bahwa Hiddan pasti juga menyukainya. Apalagi dilihat dari tabiatnya tadi. Tapi entahlah, apakah Hiddan menyukainya atau tidak entahlah.

     Selesai sudah para penumpang berbelanja dan beribadah. Bus pun berlalu meninggalkan Pusat Oleh-oleh tersebut. Bus melaju sangat kencang. Medan jalan yang naik turun tak membuat Melody panik. Berkali-kali ia menoleh ke belakang, ke arah Hiddan. Hiddan pun juga sama seperti Melody, memperhatikan Melody dari kejauhan.

      Matahari kini telah terbenam. Hari pun mulai gelap. Hiddan yang teramat lelah, akhirnya tertidur dibangku kursinya. Melody yang sembari tadi memperhatikannya hanya tersenyum.

"Mimpilah, dalam tidurmu. Bersama bintang. Hiddan, aku akan selalu mencintaimu. Namamu akan selalu terukir dihatiku" batin Melody

       Pukul 9 malam, telah sampailah rombongan menuju kampung halaman mereka di Semarang. Para penumpang pun beranjak turun dari Bus. Melody yang sembari tadi merasa kelelahan akhirnya bisa bernapas lega. Tak lupa ia menoleh ke arah belakang. Dilihatnya Hiddan yang tengah bangun dari mimpi indahnya. Sesekali Hiddan menguap dan ingin melanjutkan mimpinya. Melody pun turun dari Bus.

       Dengan memasang tampang senyum, Kini Melody tengah menyambut Hiddan. Bukanya Hiddan merasa senang namun Hiddan tak menanggapi aksi Melody tersebut. Ia seakan tak peduli dengan Melody yang terus saja memperhatikannya.

Hiddan berlalu didepan Hiddan dengan angkuh dan tatapan cuek. Melody yang merasa diabaikan kini mulai kecewa. Sambil menatap punggung Hiddan, Melody pun tak lupa memanjatkan harapan.

"Semoga ini bukanlah pertemuan terakhir kita" batin Melody

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang