10. Malarindu

6.4K 927 273
                                    


“Berhenti, Re. Berhenti!”

Regan menepikan mobilnya sebelum Kiki lompat dari dalam mobil. Kiki yang melihat warung Bu Sum pagi ini sudah buka, langsung heboh. Sudah hampir sepuluh hari dia tidak bertemu dengan Nabila.

Kiki berlari masuk ke dalam warung. Regan menunggu di mobil. Sebelum Kiki turun, dia sudah bilang hanya memberi waktu sepuluh menit. Regan ada kelas pagi, mendadak. Dosennya minta dimajukan kelasnya. Padahal pagi ini dia sudah berniat jahat dengan tidak mau mengantar Kiki ke kampus.

Kadang, niat jahat itu justru berbalik.

Regan menunggu sambil membuka laman Instagram. Dia sebenarnya tidak terlalu aktif di media sosial. Meski Regan terkesan dingin, dia lebih senang berinteraksi langsung dengan orang.

Satu foto yang melintas di beranda mencuri perhatiannya. Akun milik Riana muncul di sana, mengunggah beberapa slide foto satu menit yang lalu.

Tentu saja foto hasil dari pergi ke pantai kemarin. Regan tidak berminat meneliti foto satu per satu.

Regan mendial nomor Riana. Pada sambungan kelima, telepon diangkat.

“Pagi, Mas!” Riana menyapa kelewat riang.

“Senangnya yang habis liburan ke pantai lagi.” Regan menyindir.

“Iya, dong!” Tapi percuma, sepertinya Riana tidak sadar kalau disindir.

“Kamu belum berangkat?”

“Ini udah siap. Nunggu Mama selesai dari kamar mandi.”

Regan tidak bisa menahan diri. “Kamu jangan keseringan main, Dri.”

“Kak Ody juga ikut, kok.”

“Ya terus kamu mau ngandelin Ody? Jangan-jangan kamu gunain Ody buat alasan ke Mama Papa kamu? Misal kalau ada apa-apa sama kamu, Ody yang salah. Begitu, Dri?”

“Hehehehehe.”

“Nggak lucu, Dri.”

“Iya, maaf, Mas. Besok nggak akan lagi.”

Regan berniat menutup telepon. Tapi suara Riana menahan. “Mas marah?”

“Nggak marah. Cuma Mas nggak suka kamu main jauh. Pantai yang kemarin lebih jauh ‘kan dari pantai sebelumnya?”

“Iya.”

“Itu kamu pamitnya juga nggak jujur. Nggak baik.”

“I-iya.” Di ujung sana suara Riana terdengar mencicit.

“Udah dulu ya, Dri. Jaga kesehatan. Salam untuk Papa Ardi dan Tante Fatma.”

“Sebentar, Mas.”

“Hm?”

“Kak Ari masih deketin Kak Ody ya? Udah pernah ditolak, ‘kan?”

“Biarin aja. Itu urusan mereka, Dri.”

“Tapi aku nggak suka, Mas. Aku tuh sebel lihat Kak Ari deket-deket Kak Ody mulu. Kemarin aja di pantai, mereka ngobrol banyak. Nggak ikut main ombak, malah asyik berduaan.”

“Ya namanya juga Ari lagi usaha, Dri. Kamu iri aja.”

“Bukan iri, Mas!” Kini giliran Riana yang berteriak marah.

“Ya terus apa?”

“Aku nggak mau Mas kehilangan Kak Ody.”

Regan tertawa. “Dri, Dri, kamu ini. Udah ya. Mas tutup, ya?”

J A R A K [2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang