Halaman rumah disulap dengan dekorasi serba putih. Bunga-bunga segar terpasang di segala sudut. Jalanan di depan rumah juga didirikan tenda putih. Bangku-bangku bertaplak putih memenuhi setiap sudut halaman. Menyisakan satu jalan setapak yang cukup lebar di tengah. Ada panggung di sisi kanan halaman.
Kinan tidak ingin foya-foya dengan mengadakan resepsi di gedung megah. Cukup begini saja. Anggun juga tidak masalah. Dia justru sepemikiran dengan Kinan. Meski beberapa waktu lalu Papa menawarkan akan menanggung segala biaya—Kinan menolaknya begitu saja.
Ijab kabul dilaksanakan dua hari lalu di Bandung, tepatnya di masjid Agung. Lalu berlanjut resepsi satu hari penuh di rumah Anggun. Besoknya, mereka harus kembali ke Jakarta. Sungguh melelahkan. Tapi melihat wajah Kinan berseri-seri, Ody ikut bahagia. Meski kakaknya itu utang satu mobil padanya. Akan dia tagih nanti kalau kakaknya naik pangkat atau dimutasi ke luar negeri.
Jika resepsi kemarin menggunakan adat Sunda, maka hari ini resepsi bertemakan Jawa. Tamu-tamu undangan sudah memenuhi meja-meja bundar, baik di halaman rumah maupun di bawah tenda. Di salah satu bangku berisi Rana, Ari, Adit, dan Kiki. Regan yang baru datang, setelah Kiki menelepon dengan sebal, akhirnya bergabung duduk di sana. Dia sengaja mengosongkan satu kursi untuk Regan. Spot ini strategis. Dekat dengan buffet makanan. Dan bisa menatap ke panggung dengan jelas.
Pukul sepuluh, iring-iringan pengantin memasuki halaman bersama dengan langgam Jawa. Tamu undangan serempak berdiri. Sebagian besar terkagum-kagum dengan pengantin wanita yang memesona di balik kebaya berwarna soft pink. Regan sempat mengacungkan kedua jempolnya ketika Kinan tanpa sengaja menatap ke arahnya. Iring-iringan itu melangkah menuju panggung di sisi kanan. Di belakang pengantin, berdiri beberapa sanak keluarga yang mendampingi. Satu di antaranya, Regan menangkap Ody dalam balutan kebaya berwarna senada. Rambut panjangnya disanggul. Riasan di wajah Ody sempat membuat Regan tidak mengenalinya.
“Mampus. Ody cantik banget, Re.” Kiki di sebelahnya berbisik agar tidak terdengar yang lain. “Buruan halalin, Re. Saingan lo makin banyak. Gue yakin tahun depan nambah.”
Regan ingin menyumpal mulut Kiki sekarang juga, dengan apa saja, supaya dia diam dan berhenti mengoceh.
Tamu undangan duduk ketika pengantin sampai di panggung. Dan serangkaian adat Jawa dimulai. Regan tidak terlalu paham. Dari tempatnya duduk, dia berusaha untuk mengedarkan pandangan ke mana saja. Tapi gagal. Dia terkunci oleh pesona Ody.
Serangkaian adat selesai. Pelayan-pelayan berseragam putih muncul dengan satu nampan berisi gelas-gelas. Khusus untuk melayani tamu undangan di luar halaman. Sementara sesi foto dengan pengantin dimulai.
“Tuh, lo dipanggil kakaknya Ody.” Kiki menyenggol bahunya. Regan tersadar, dia beralih ke panggung. Kinan melambai kepadanya, memberi kode agar naik berfoto bersama mereka. Kiki bahkan harus berdiri, menarik Regan lekas berdiri dan mendorongnya meninggalkan meja. Seakan telat sedetik saja Regan akan kehilangan kesempatan itu.
Melewati meja yang Ody tempati, di sebelah panggung persis, Regan mencoba tidak menoleh. Berusaha menolak mati-matian untuk melihat Ody secara dekat. Sampai di atas panggung, Regan mendengar Kinan berseru.
“Dy, naik. Foto bareng kita!”
Ody hendak mengambil minum di meja panjang, terhenti. Dia tadi sudah berfoto belasan kali. Dan sekarang dia haus, ingin minum, bukan foto lagi.
“May, dorong Ody ke sini.” Kinan memerintahkan Maya yang duduk sambil mengipasi diri.
Sebelum kena dorong Medusa, Ody mengalah. “Oke, oke, aku ke situ.”
Regan berdiri dengan bingung. Tapi matanya terus mengikuti langkah kecil Ody. Bahkan satu tangannya refleks terulur ketika Ody sampai di anak tangga dan terlihat kesusahan melangkah. Mau tidak mau, Ody menyambut uluran tangan Regan. Ketika jemari mereka bertemu, Regan mengulurkan satu tangannya lagi. Sekarang kedua tangannya sempurna menggenggam jemari Ody.
KAMU SEDANG MEMBACA
J A R A K [2] ✓
Roman d'amour#2 Long Way to Home [young adult] Regan masih mencari. Dalam perjalanannya, kali ini dia hanya sendiri. Tanpa Ody yang menemani. Ody akan menunggu, ketika Regan bilang ingin ditunggu. Meski dia tidak lagi bisa menemani. Tapi dia akan menunggu. Kali...