13. Pelarian

6.1K 896 177
                                    

Menjelang akhir semester, Regan membuat keputusan gila dengan melamar pekerjaan di minimarket tempat Gita bekerja.

Akhir semester, tugas kuliah sedang gila-gilanya.

Kiki tidak melarang. Dia diam-diam mengerti jika apa yang dilakukan Regan hanya sebagai pelarian saja.

Tapi pelarian dari apa?

Hampir setengah tahun tinggal satu atap bersama Regan, tapi dirinya tidak tahu apa-apa tentang sahabatnya itu.

Sejauh ini Regan normal, kecuali insomnia-nya.

Dari tempatnya duduk, Kiki melihat Regan yang cekatan mengangkat barang yang baru datang untuk dibawa ke gudang.

Kebetulan malam ini Regan bekerja dengan Gita.

Regan sibuk mengangkut barang ke gudang, sementara Gita sibuk di kasir.

Sepuluh menit yang lalu Kiki datang ke minimarket. Dia kesepian di rumah sendirian. Karena besok kuliahnya libur, dia memutuskan akan bermalam di minimarket saja.

Jam bulat di dinding menunjukkan pukul 20.45 WIB.

Minimarket masih ramai. Sejak tadi pintu terbuka dan menutup dalam jarak sekian detik.

Selesai menyimpan barang di gudang, Regan sudah mendorong ranjang yang lain. Dia bergerak ke rak snack. Mengisi beberapa tempat yang kosong.

Pintu didorong lagi dari luar. Kiki menoleh, melepas pandangan dari Regan dan beralih ke anak kecil yang berjalan ke arahnya. Atau lebih tepatnya ke lemari es krim.

Regan yang menyadari kedatangan anak kecil itu lantas melangkah mendekat. Dia hafal dengan anak kecil yang berumur sekitar lima tahun dengan uang lima puluh ribuan dalam genggaman.

Dua minggu bekerja di tempat ini, Regan hafal jika anak itu akan membeli es krim setiap seminggu dua kali.

Anak itu bersiap untuk berjinjit ketika tiba-tiba tubuhnya melayang. Regan yang datang dari arah belakangnya, tanpa berkata langsung mengangkat tubuhnya.

Seperti yang sudah-sudah, anak itu pasti menunjuk es krim yang sama. Baiklah. Mungkin besok Regan akan berlari mengambilkan es krim ketika melihat anak itu membuka pintu minimarket.

Regan tersenyum menerima cengiran anak lelaki itu.

Setelah memastikan anak itu membayar di kasir lalu melangkah ke dalam mobil, Regan kembali ke pekerjaan menata snack yang belum selesai.

"Kau tak butuh diriku. Aku patung bagimu ...." Kiki sengaja bersenandung sedikit keras.

Gita yang sedang menghitung kembalian sempat mendongak sedetik, kemudian mengabaikan.

Begitu juga dengan Regan, setelah selesai menata snack, dia beralih ke rak minuman botol.

Kiki sudah biasa begitu. Regan tidak akan heran. "Pulang sana. Ngapain lo duduk cantik di situ?"

Sambil bersungut, Kiki memperbaiki posisi kakinya. Enak saja dibilang duduk cantik!

Sejak Regan tahu aib Kiki tentang emak-emak sosialita, dirinya selalu diejek tentang hal yang menjurus ke sana.

"Gue kesepian di rumah."

"Ada Ody, 'kan?"

"Lo pikir gue udah nggak waras?"

"Emangnya lo mikir apaan?"

"Oke. Skip, skip!"

Regan mendorong ranjang kosong kembali ke gudang.

J A R A K [2] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang