Bom yang Mudah Meledak

34.2K 3.4K 237
                                    

Mbak Sha, aku denger Mas Hangga sakit. Maaf aku belum sempet jenguk. Masih sibuk.

Kalimat itu muncul di ponsel Shanira. Di satu sisi ia lega sebab adik iparnya ternyata masih ingat sang kakak. Tapi di sudut lain, ia gemas lantaran baru sekarang gadis itu mengirim pesan. Kapan terakhir dia mengabari? Setahun lalu? Entah, pokoknya lama sekali.

Iya, Jan. Mas Hangga sakit. Udah berkali2 nanyain kamu. Kalau kamu gak sibuk, dijenguk ya.

Sebenarnya masih banyak yang ingin Shanira sampaikan. Soal Hangga yang terbaring tak berdaya selama dua minggu. Soal anak-anak yang sedang sulit dikendalikan. Juga soal dirinya yang merasa imunnya menurun sebab kesibukan tengah menyita lebih kejam.

Bukan Shanira ingin mengeluh. Sebagai istri dan ibu yang baik, ia sudah biasa didera aktivitas ini-itu. Tetapi sejak suaminya sakit, semuanya memang terasa lebih berat. Ia mesti antarjemput anak, merawat sang suami, dan menghibur si Bungsu yang sedang rewel-rewelnya.

Iya, Mbak. Nanti aku coba nego Chacha biar ngosongin jadwal.

Adik iparnya membalas demikian, Shanira mengiyakan tanpa menaruh harapan lebih.
Ia tahu, nona yang mukanya baru muncul di iklan televisi itu kelewat sibuk. Tidak bisa dipastikan apakah ucapan pengosongan jadwal tadi benar, atau hanya isapan jempol.

Oiya Mbak, sambung gadis itu. Kalau nanti ada berita aku deket sama Baron Prawiratama, Mbak sama Mas Hangga jangan kaget, ya.

Shanira mematung. Ia merasa bingung sekaligus tegang. Sejak kapan adik iparnya mengabari hal begini? Bukankah selama ini ia tak pernah mengajak keluarganya pada dunianya? Demi Tuhan, ini sungguh aneh!

Lalu soal Baron Prawiratama .... Shanira meneguk ludah. Bukan Baron yang itu, kan?

Tolong jangan katakan kalau lelaki yang dimaksud adiknya itu adalah nama sang mantan. Yang ia tinggalkan dua tahun lalu. Oh Tuhan, dia sudah bebas?

Mungkin Mbak sama Mas Hangga nggak tahu siapa dia. Tapi percayalah, dia nggak seburuk yang diberitain. Intinya kalian denger kebenarannya dari mulut aku aja nanti.

Dengan dada bergetar, juga jemari yang tak kalah berdinamika, Shanira memberanikan diri membalas, Emang kamu sama dia ada hubungan apa, Jan?

Pendamba Jari ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang