Satu Sisi Selain Kebusukan

12.5K 1.6K 101
                                    

Berita mengenai kotak misterius itu sudah diluncurkan seminggu lalu. Meski hasilnya tidak semeledak saat Janish menikah dengan Baron, tapi animo pemirsa terhadap film baru Janish cukup besar. Tagar bertuliskan nama sekaligus judul film menjadi trending topic di media sosial, terkhusus Instagram. Warganet berbondong-bondong mengucapkan dukungan, tapi tak sedikit yang menuduh berita ini gimmick semata.

Isi komentar --baik berupa simpati maupun hujatan--tidak Janish pedulikan. Yang ia pikirkan memang tidak lepas dari kepentingan pribadi. Mulai dari kepopuleran, uang, hingga kepuasan menyaksikan ketololan netizen Indonesia.

Sama seperti Janish yang masa bodoh, Baron pun tidak ambil pusing jika berita ini menyeretnya juga. Sampai detik ini, puluhan foto telah mampir di akunnya. Warganet menandainya dalam screenshoot mengenai berita ini. Lengkap dengan caption yang menurutnya what the fuck banget anjir.

Baron memang tidak peduli. Baik pada beritanya, maupun dengan kado misteriusnya. Ia bahkan yakin kalau si pengirim memang pengecut sejati. Pasalnya, semenjak ulahnya diunggah di publik, kado berbungkus kertas barbie itu tidak lagi muncul.

Sekarang satu-satunya yang membuat kepala Baron agak pening adalah Shanira. Sampai detik ini, tidak ada kemajuan dalam hubungan mereka. Padahal ia kira, kejadian ia memeluknya di makam waktu itu bisa menjadi titik balik. Tetapi nyatanya tidak! Sampai sekarang Shanira masih menghindarinya.

Tentu saja Baron kesal. Lama-lama ia pun merasa muak. Sebenarnya apa yang kurang? Baron sudah tidak pernah merokok di hadapan Shanira, Baron sudah mencoba bersikap baik pada Dua Benalu, Baron selalu pasang badan kalau dia butuh, Baron sudah mengeparatkan harga diri dengan terus mengemis cinta kepadanya.

"Huh, anjir!" pekik Baron seraya menendang pintu kamar. Beberapa saat yang lalu, mereka baru saja selesai makan malam. Kegiatan isi perut yang hanya dihadiri dirinya, Shanira, dan Dua Benalu itu awalnya berlangsung setenang biasa. Tapi begitu Baron bertanya pada Kirana dan Rio soal ayah baru, suasana langsung berubah. Shanira nampak tidak nyaman, perempuan itu bahkan menegurnya agar jangan bicara yang aneh-aneh.

"Aku minta sama kamu, Bar, jangan pernah ngomong kayak tadi lagi," kata Shanira setelah hidangan makan malam ludes. Kirana dan Rio pun telah enyah di hadapan mereka.

"Apa yang salah, Sha?" tanya Baron santai. "Kalau kita nikah, mereka emang bakal punya ayah baru."

"Kita nggak bakal nikah!" tukas Shanira dengan suara naik. Saking kasarnya bentakan tersebut, bayi di perutnya sampai ikut kaget. Dia menendang cukup keras sehingga Shanira harus segera menenangkannya dengan cara mengusap-usap.

"Setelah bayi kamu lahir, kita akan nikah. Titik!"

Sebaliknya dari menjawab, Shanira malah membalikkan badan lalu bersiap pergi. Tetapi sebelum ia meninggalkan lokasi perdebatan, Baron menahannya dan mengajaknya saling tatap.

"Sha, aku serius mau nikahin kamu," kata Baron dengan suara lebih lunak.

"Itu nggak mungkin, Bar."

Baron memegang kedua bahu Shanira. Ketika perempuan itu hendak menepis, kali ini Baron tidak pasrah. Ia justru semakin mencengkeram sebelum Shanira benar-benar berhenti berontak.

"Aku nggak tahu harus ngomong apa lagi sama kamu. Kenapa kamu masih aja nolak? Semua yang aku lakuin itu, apa itu nggak cukup?"

"Karena semua ini salah." Shanira menatap matanya dalam-dalam. "Antara kamu dan aku, semua udah berakhir. Kita udah punya jalan masing-masing. Aku dengan keluargaku, kamu dengan Janish."

"Harus aku bilang berapa kali, aku nggak cinta Janish!"

"Kalau kamu nggak cinta ngapain kamu nikahin dia?"

Pendamba Jari ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang