16. Lie

305 36 19
                                    

"Maafkan aku karena telah menciummu tadi siang, Justin. Aku benar-benar tidak bisa mengendalikan rasa rinduku padamu. Kau... memaafkanku, bukan?" Rose mengerucutkan bibirnya, berharap Justin akan memaafkannya atas tindakan bodohnya.

"Memangnya aku mau memaafkanmu?" tanya Justin menggoda Rose dengan memasang wajah marahnya.

"Justin!" rengek Rose sembari menggoyang-goyangkan lengan Justin. Tak peduli bila beberapa orang yang berlalu-lalang di sekitar meja mereka menatap Justin dan Rose dengan berbagai tatapan. Keduanya nampak asyik hingga tak sadar bahwa seorang pelayan datang dengan membawa semua pesanan Rose.

"Maaf," ujar pelayan itu sopan. Justin dan Rose pun tersenyum kikuk sembari memersilakan pelayan tadi melakukan tugasnya.

"Kenapa kau tak memesan makanan, Justin?" Rose bertanya sebelum memasukkan sepotong steak ke dalam mulutnya. Justin tersenyum sembari mengedikkan bahunya.

"Aku akan makan di rumah," jawabnya.

Rose memberengut. "Kenapa tidak di sini?" Sungguh, Justin benar-benar gemas dengan sikap Rose yang seperti ini. Dibalik otak cerdasnya, orang-orang mungkin tak banyak yang tahu bahwa Rose memiliki sikap yang luar biasa manja dan sesuatu yang istimewa. Namun Justin sendiri tahu, bahwa Rose hanya menunjukkan sikap manjanya itu pada beberapa orang tertentu, termasuk dirinya.

"Aku masih kenyang," kilah Justin. Sebenarnya ia sudah lapar, namun mengingat Kayreen yang membuatkannya makanan di rumah, Justin mampu menahan laparnya. Matanya memandang gadis cantik di depannya dengan hikmat, menyadari seberapa besar ia menyayangi gadis ini.Gadis yang dulu sempat ia benci, namun kini menjadi salah satu orang yang amat ia cintai.

Justin terkekeh geli melihat noda saus di sudut bibir Rose.

"Kau harus makan dengan hati-hati, Rose," ucapnya seraya menghapus noda tadi. Rose menyengir kuda sebelum kemudian melanjutkan aktivitas makannya.

Merasa bosan sudah dua jam lebih ia di sini bersama Rose, Justin membuka ponsel dan memeriksanya. Pria itu berharap mendapat sebuah pesan dari kekasihnya. Namun pada kenyataannya tak ada notifikasi apapun dari Kayreen. Alih-alih puluhan notifikasi e-mail mengenai pekerjaan membuat Justin terlupa akan alasan pertama yang membuatnya membuka ponsel.

To: Bryan

Amati seluruh pekerjaan karyawan. Periksa setiap hasil yang mereka buat. Aku akan memeriksanya kembali besuk.

Tanpa menunggu balasan dari Bryan, Justin mengunci ponselnya dan kembali fokus pada Rose yang sedang memakan makanannya. Entah karena asik dengan Rose atau apapun itu, Justin malah menerima ajakan Rose untuk pergi ke taman kota untuk menikmati pemandangan kota di malam hari. Keduanya tampak tenang tanpa suara apapun kecuali semilir angin yang berhembus, hingga kemudian Justin angkat bicara.

"Kau sudah punya kekasih, Rose?"

🔫🔫🔫

Hembusan angin yang semakin lama kian kencang, membuat seorang gadis yang tertidur di bangku taman terbangun. Ia mengusap matanya perlahan lantas menegakkan punggungnya. Matanya melirik laptop yang ada di sampingnya, kemudian membawa benda pipih itu ke pangkuannya. Mata gadis itu sedikit melebar saat melihat waktu yang ditunjukkan di sudut layar laptopnya. Pukul 2 dini hari. Kayreen bahkan tak sadar bahwa ia telah tertidur dalam posisi yang sangat tidak nyaman di bangku taman. Gadis itu mengusap lehernya beberapa kali sebab merasa sedikit pegal.

Beberapa menit setelahnya, gadis itu bangkit dari duduknya dan berjalan memasuki rumah milik Justin. Dan bicara tentang Justin, Kayreen bahkan tak merasakan kehadiran kekasihnya sedikitpun.

CHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang