20. Am I?

322 37 16
                                    

Beberapa hari yang lalu....

Pria yang baru saja pulang dari kerjanya itu menghela napas lelah saat merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Sebenarnya ia tidak tahu apa yang sedang tidak beres. Namun kejadian saat pria itu memecahkan sebuah bingkai foto dengan foto Kayreen di dalamnya, membuat Alex sadar bahwa kegelisahannya menyangkut adiknya; Kayreen.

Alex bukan tak melakukan apapun. Ia sudah menelepon adiknya, mengirim e-mail, dan menelepon beberapa orang terdekat Kayreen. Namun sayangnya, tak ada satupun yang mampu membuat Alex mengetahui bagaimana keadaan adiknya sekarang.

Alex tahu Kayreen mungkin marah padanya karena selama ini Alex amat jarang memeriksa keadaan Kayreen. Namun semua itu tak lain merupakan salah satu cara Alex untuk membuat adik kecilnya menjadi seorang perempuan yang tegar dan mandiri. Alex memang menyetujui Kayreen menjalin hubungan dengan Justin. Tapi bukan berarti Justin dapat menjaga Kayreen sebaik dirinya. Alex akan tetap selalu menjadi pembimbing Kayreen, sebelum seorang pria mengambil alih tempatnya. Entah itu Justin atau bukan, yang pasti Alex mengharapkan seseorang yang benar-benar mampu untuk menjaga Kayreen. Bukan seorang pengecut dan bajingan.

"Batalkan semua jadwalku selama tiga hari. Ada sesuatu yang sangat penting."

Tanpa menunggu jawaban dari seberang sana, Alex menutup teleponnya. Sekarang, tak hanya Kayreen yang belajar mandiri, karena buktinya Alex pun sedang melakukan hal yang sama. Tak ada lagi kecupan di pagi hari, tak ada lagi suapan manja, dan tak ada lagi seseorang bernama Sarah.

Alex menggelengkan kepalanya saat menyadari kemana pikirannya. Sudah cukup untuk saat ini, karena yang ia perlukan sekarang adalah menemui adiknya dan memastikan semuanya sebelum perasaannya semakin tak keruan.

🔫🔫🔫

"Apa yang kau lakukan hah?! Kau pikir mudah membuat perempuan itu pergi dari rumah Justin?! Lalu dengan mudahnya kau menolong perempuan itu?!" sentak pria dengan balutan jas berwarna gelap yang amat kontras dengan wajahnya yang berwarna putih itu. Namun kini, wajah putih dan berwibawa itu seketika hilang saat emosi memenuhi seluruh tubuhnya. Kini hanya ada guratan amarah yang nampak jelas di wajahnya.

"Aku sudah melakukan yang kau mau. Semua foto. Video. Apa lagi?"

"Jangan bicara sebelum aku menyuruhmu bicara!" sentak pria itu lagi seraya meraih kerah kemeja laki-laki di depannya. "Kau mendapatkan uangku lalu kau menghianatiku? Ha ha ha! Benar-benar tipe orang miskin!"

Setelahnya, pria itu menghantamkan kepalan tangan besarnya pada laki-laki di depannya. Tanpa perlawanan. Laki-laki itu tergeletak tak berdaya di antara gang yang sempit. Bukannya tak mau melawan, namun laki-laki itu tahu pasti bahwa pria di depannya membawa beberapa orang. Ia tak mau lebih babak belur bila ia melawan. Laki-laki itu masih perlu hidup, salah satunya untuk meminta maaf kepada seorang perempuan yang telah ia lukai.Ia sadar apa yang dilakukannya amat salah, tak peduli bahwa ia berada dalam keterpaksaan sekalipun.

"Itu yang kau dapat bila bermain-main dengan api." Pria itu membalikkan tubuhnya lalu menjentikkan jarinya. "Kita pergi." Beberapa detik setelahnya, pria itu menatap ke sekeliling dengan penuh tanda tanya. Anak buahnya sudah babak belur dihajar beberapa orang laki-laki bertubuh besar. Pria itu tak tahu pasti berapa jumlahnya, terlebih saat matanya menangkap orang-orang itu berlari ke arahnya.

"Shit!" Itu perkataan terakhirnya sebelum orang-orang itu memukulinya. Pria itu selalu berharap agar ia masih bisa hidup setelah orang-orang itu menghabisinya.

🔫🔫🔫

Alex mengemudikan mobilnya dengan perlahan, berusaha mengingat-ingat di mana rumah Justin. Alex tahu Kayreen sekarang tinggal di rumah Justin semenjak adiknya itu mengirim e-mail padanya, yang memberitahukannya tentang hal itu.

CHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang