"Kau akan menjadi wanita luar biasa suatu hari nanti, percayalah."
Seorang laki-laki tampan dengan balutan kemeja itu mengusap punggung adiknya dengan lembut dan perlahan, berusaha menenangkan gadis yang tengah menangis tanpa suara itu. Alex mungkin lelah selepas bekerja, namun ia tahu bahwa adiknya masih membutuhkannya.
"Tanpa Mom dan Dad?" lirih Kayreen dengan suara tersendat-sendat. Gadis itu bukan hanya menangis, namun hatinya juga ikut menitikkan air mat. Alex benar-benar tak percaya adiknya akan menangis setelah ia baik-baik saja tadi pagi.
"Kau pasti bisa, Sayang. Let them go, trust me." Alex mengecup pelipis Kayreen lama, lantas kembali memeluk gadis itu.
"Apa kau juga akan meninggalkanku, Alex?" tanya gadis itu pelan, bahkan Alex berusaha keras untuk mendengarnya. Alex menelan ludahnya dengan susah payah. Dirinya tentu tak tahu apa jawabannya, karena kematian hanya ada di tangan Tuhan.
Alex memejamkan matanya. "I won't leave you."
"Is that a promise?" Kayreen kembali bertanya.
"I won't leave you."
Ini salah Kayreen. Kenapa dulu ia tidak membuat Alex berjanji untuk tidak meninggalkanya? Kenapa ia hanya membiarkan Alex berucap tanpa ada kepastian? Dan lihatlah hasilnya sekarang; Alex meninggalkannya.
"Kau berbohong!" seru Kayreen seraya memeluk tubuh kaku Alex yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Tak ada lagi peralatan yang menempel di tubuh Alex, karena pihak rumah sakit telah melepas semuanya.
"Don't leave me," bisik Kayreen, meski ia tahu Alex tak mampu lagi mendengarnya.
"Please, Alex," ucapnya lagi.
Justin yang melihat hal itu lantas segera menarik tubuh Kayreen dan membawanya ke pelukannya. Tak peduli seberapa keras gadis itu meronta, Justin tetap memeluk Kayreen erat. Sampai beberapa menit setelahnya, Kayreen terkulai lemah dalam pelukan Justin. Kayreen pingsan.
🔫🔫🔫
Pemakaman. Kayreen selalu benci tempat ini. Tanah-tanah bergelembung itu, seakan mengingatkannya pada orang tuanya. Dulu, ia masih bisa bersandar pada Alex, kakaknya. Namun kini, pada siapa lagi ia akan bersandar? Pada siapa ia akan menumpahkan air matanya?
Dua gundukan tanah itu, kini bertambah menjadi tiga. Maka lengkap sudah kesendiriannya.
Bila Kayreen adalah pecahan-pecahan kecil gelas, maka ia tak akan meminta pada siapapun untuk menyusunnya kembali. Ia akan memohon supaya siapapun dapat membuangnya, menghapus dirinya seutuhnya. Ia merasa semuanya terkadang tak adil dan terlalu rumit untuk ia jalani.
Satu titik air hujan jatuh di pipinya, bercampur dengan cairan asin yang sedari tadi menghiasi wajahnya. Kayreen bangkit berdiri, lantas menatap lama setiap nama anggota keluarganya. Membisikkan kata doa, seraya berharap Tuhan mengabulkannya. Setelahnya, gadis itu membalik badannya, berniat pergi.
"Willmort." Kayreen mundur satu langkah tatkala mengetahui siapa orang yang ada di depannya. Kayreen memutar tubuhnya, beriat pergi melalui arah lain, sebelum kemudian orang itu kembali berucap.
"Orang tuamu terbunuh olehku, dan Alex terbunuh karena menyelamatkanku."
Kayreen memutar tubuhnya lagi menghadap pria itu dengan mata merah dan sedikit berair. "Dan aku cacat karena putramu. Thank you, Bieber."
"Dulu, aku dibutakan oleh rasa cemburu. Aku tak tahu apa yang bisa kulakukan selain--"
"Membunuh kedua orang tuaku sebagai pelampiasan dendammu," potong Kayreen penuh emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED
FanfictionSemuanya tak akan tetap sama. [Sequel of Complicated] Baca Complicated dulu boleh Langsung baca Changed boleh