7. Love?

366 36 9
                                    

"Bagaimana kau bisa bekerja di sini? Kenapa kau memanggil Mr. Bieber dengan nama depannya? Apa hubunganmu dengannya? Mm, tunggu. Sejak kapan kau--"

"C'mon Em, Kayreen bisa pingsan kalau kau bertanya terus menerus," kata Richard yang langsung membuat Emily mengatupkan mulutnya dan memasang wajah tanpa dosanya.

"Tidak, tidak apa-apa. Lagipula itu wajar, Emily pasti hanya penasaran," kata Kayreen.

"Bukan. Aku bukan lagi penasaran, tapi sangat amat penasaran. Jadi, Richard yang tampan, kau hanya perlu menutup mulutmu," ucap Emily yang langsung memasukkan sebuah anggur ke dalam mulut Richard.

"God! Emily!" teriak Richard yang lantas pergi. Kayreen menaikkan sebelah alisnya, merasa terheran dengan kepergian Richard yang entah kemana itu.

"What happen to him?" tanya Kayreen pada Emily.

"Dia benci pada anggur. Oh bukan, anggur adalah musuh seorang Richard Marx." Emily menaik-turunkan sebelah alisnya dengan tatapan jahil. Namun hal itu tak berlangsung lama sebab tiba-tiba saja Emily memasang wajah dengan ekspresi sedikit ketakutan.

"Turn around, Kay." Emily berucap lirih.

"What? Why?" tanya Kayreen kebingungan.

"Just turn around now," lirih Emily lagi.

"Hh, okay."

Kayreen lantas berbalik. Sesaat setelah melihat siapa yang ada di depannya sekarang, Kayreen meneguk ludahnya samar.

"Menikmati makan soremu, Miss Willmort?"

🔫🔫🔫

"Waktu makan siang hanya sampai setengah dua, dan kau makan sampai pukul tiga? Apa saja yang kau makan?" Mendengar perkataan Justin, gadis berambut cokelat itu segera menyahut.

"Hei! Aku tidak makan sebanyak itu! Itu karena aku tidak mengetahui jam berapa jadwal makan siang di perusahaan ini dan aku baru mengetahuinya 18 menit sebelum waktu makan siang berakhir. Jadi itu bukan salahku. Itu salahmu yang tidak memberitahuku jadwal hari ini," balas Kayreen tak mau disalahkan. Enak saja dia disalahkan, karena jelas dia memang tidak bersalah.

"Itu salahmu karena tidak memeriksa jadwal di komputermu terlebih dahulu. Dan sebagai hukumannya, kau harus tinggal di rumahku selama yang kumau," ucap Justin memutuskan.

"Hukuman macam apa itu? Tidak, aku tidak mau," tolak Kayreen mentah-mentah. Bahkan bila dihadapkan pilihan untuk tinggal di peternakan pinggiran kota atau tinggal di rumah Justin, maka Kayreen dengan mantap akan memilih tinggal di peternakan pinggiran kota. Kayreen yakin akan hal itu.

"Aku tidak menerima penolakan. Bila kau masih mau bekerja dan hidup, maka kau harus menuruti perintahku," putus Justin cepat. Ini adalah kesempatannya untuk mempertemukan Kayreen dengan ayahnya. Dan Justin tak mau kesempatan itu hilang begitu saja.

"Egois. Kau memang selalu mementingkan dirimu sendiri," sinis Kayreen.

"Itu aku," ucap Justin menyetujui. Lagipula, Justin sadar bila dirinya memang egois, jadi tak ada yang harus diperdebatkan. Bila Kayreen menduga bahwa dirinya akan marah, maka gadis itu salah besar.

"Aku tetap tidak mau," tolak Kayreen lagi. Ia tidak pernah dikekang, dan tidak mau dikekang. Bahkan sekalipun oleh Alex kakaknya, Kayreen tak akan mau.

"Baiklah, kalau begitu aku akan bilang pada Alex kalau kau dipecat dari pekerjaanmu," ancam Justin yang langsung membuat nyali Kayreen menciut. Namun bukan Kayreen namanya kalau tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Dan sayangnya, entah Kayreen yang terlalu lemah dalam menyembunyikan ekspresi terkejutnya atau Justin yang terlalu pandai membaca ekspresi, yang pasti sekarang seringai licik tersungging di wajah tampan Justin.

CHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang