Extra Part-1. I do

311 39 20
                                    

"Tidak, itu terlalu terbuka. Punggung Kayreen akan jadi sorotan semua pria nantinya."

Kayreen menghela napas. "Tapi, Just--"

"Sayang," Justin bangkit dari duduknya dan berjalan ke tempat Kayreen berdiri, "ganti, atau aku yang akan memilih."

Kayreen tak mampu melakukan apapun selain memasang senyum terpaksa lantas kembali ke ruang ganti untuk mencoba gaun yang lain. Seorang pelayan yang sedari tadi mendampingi Kayreen hanya bisa menahan senyumnya tatkala melihat Kayreen menggerutu tak jelas di dalam ruang ganti.

Sedang Kayreen memilih gaunnya, Justin memeriksa ponselnya. Namun belum ada satu menit berselang, Kayreen sudah keluar dari ruang ganti dengan memakai pakaiannya sendiri. Justin menatap gadisnya kebingungan.

"Kenapa kau memakai bajumu? Bukankah kita--"

"Kau berkata jangan memakai gaun yang terlalu terbuka. Karena itu aku memakai pakaianku kembali. Bukankah pakaianku ini tertutup?" tanya Kayreen sembari melipat lengannya di depan dada.

"O ow, someone's mad at me, huh?" Justin melingkarkan lengannya di pinggang Kayreen sambil tersenyum jahil. Kayreen mengalihkan pandangannya dari wajah Justin dengan kesal.

"Thats not funny!" Kayreen melepas tangan Justin yang berada di pinggangnya, namun Justin terlebih dahulu mengeratkan pelukannya.

"Hei," Justin menangkup wajah Kayreen dengan sebelah tangannya, "kau cantik. Dan kau tak perlu gaun yang mempertontonkan punggungmu atau dadamu. Cukup gunakan gaun yang sederhana, maka kau akan semakin cantik." Kayreen sama sekali tak mampu berkutik tatkala Justin menatapnya seperti itu. Gadis itu bahkan tanpa sadar menahan napasnya.

"Y-ya," jawabnya terbata.

Dan Kayreen melakukan apa yang Justin mau. Sebuah gaun sederhana berwarna putih menjadi pilihannya. Tanpa renda atau semacamnya, namun terlihat begitu menawan. Tidak menampakkan punggung bawahnya, juga tak mempertontonkan buah dadanya.

Justin yang ternyata mengamati dari pintu ruang ganti itu seketika tak mampu menahan diri untuk memeluk gadisnya. Pria itu secara tiba-tiba menyelipkan tangannya di depan perut Kayreen, membuat gadis yang tadinya masih sibuk mengamati dirinya di depan kaca terlonjak.

"So beautiful."

🔫🔫🔫

"I do."

Kayreen menatap langit dari balkon kamarnya dan Justin. Gadis itu berkali-kali menahan senyumnya, namun malah berakhir dengan wajah yang memerah. Ia tak percaya. Seorang pria yang dulu ia jauhi, kini menjadi pendamping hidupnya. Seorang putra dari pria yang... sudah Kayreen maafkan kesalahannya.

Ia kini menyandang nama Bieber di belakangnya.

Gadis itu kemudian menyatukan tangannya di depan dada, lantas memejamkan matanya. Hatinya berbisik, mengirim doa untuk ayah dan ibunya, juga kakaknya.

Justin yang baru selesai mandi itu menatap punggung istrinya dalam diam. Pria itu sama sekali tak ingin menganggu. Baru kemudian setelah gadis itu membalikkan tubuhnya, Justin merentangkan kedua tangannya. Lalu tanpa sedikitpun keraguan, Kayreen melangkah meraih tubuh kekar Justin, merasakan kehangatan seolah udara dingin di luar tak mampu mengalahkannya.

"Sejak kapan kau disitu?" tanya Kayreen tanpa mengurai pelukannya. Gadis itu menarik napasnya perlahan, menghirup aroma Justin dalam-dalam.

Justin mengecup puncak kepala Kayreen sekali. "Itu tak penting. Yang terpenting sekarang adalah... kapan kita akan memulai?" tanya Justin dengan senyum nakal di wajahnya. Namun senyum itu tak berlangsung lama karena secara tiba-tiba Kayreen menggigit dadanya. "Aww!" pekik Justin merasakan sengatan di dadanya. Itu bukan sengatan biasa. Justin merasa Kayreen adalah keturunan dari vampir.

"Justin," rengek Kayreen sembari mengurai pelukannya. Wajah gadis itu sudah merah padam sekarang. Justin yang melihat wajah Kayreen memerah sontak kehilangan rasa sakitnya. Justru senyum jahil semakin tercetak jelas di wajahnya.

"Ooh, rupanya kau sudah menantikan itu sedari tadi, uh?" Justin mengusap pinggang Kayreen lembut. "Kau malu-malu ternyata," goda Justin.

"Apa?! Tidak! Tentu saja tidak!" Kayreen menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. Gadis itu tak kuat lagi melihat wajah Justin yang teramat senang melihatnya tersiksa. Justin mengira Kayreen menutup wajahnya karena gadis itu malu, namun ternyata Kayreen menangis di balik tangannya.

"Hei, jangan menangis. Baiklah aku berhenti," ucap Justin dengan tangan yang berusaha melepas tangan Kayreen dari wajahnya. Setelah berhasil, Justin menatap wajah Kayreen dengan senyum tulusnya. Bukan senyum jahilnya. Perlahan, Justin mendekatkan wajahnya pada wajah Kayreen. Menempelkan bibirnya perlahan, bergeser, kemudian melumatnya lembut.

Kayreen menutup matanya erat. Bayang-bayang di mana Justin mencium bibirnya dengan kasar malam itu seketika membuatnya teringat bagaimana sikap kasar Justin waktu itu. Gadis itu dengan cepat mendorong dada Justin, membuat ciuman pria itu terlepas.

"You will hurt me, again," bisik Kayreen dengan ketakutan. Gadis itu mencoba melepaskan diri dari pelukan Justin, namun Justin terlalu erat memeluknya.

"I won't hurt you, again. Please, trust me," Justin kembali berusaha mencium Kayreen, namun tertahan saat melihat gadis itu memejamkan matanya ketakutan, "buka matamu, Sayang. Lihat dan pastikan aku adalah suamimu, bukan pria bajingan yang dulu melukaimu. We have changed. We are not the same anymore. Would you trust me?" Kayreen mengangguk sekali dan melakukan apa yang Justin katakan.

Setiap bayang-bayang Justin melukainya waktu itu tiba-tiba saja muncul, Kayreen membuka matanya, menatap mata indah Justin yang setia menatapnya. Saat mata Justin perlahan tertutup, gadis itu juga ikut menutup matanya perlahan, mencoba merasakan keberadaan Justin tanpa membuka matanya.

Justin membaringkan tubuh Kayreen perlahan di atas ranjang sembari tetap mencium gadis itu dengan penuh kelembutan. Dari pinggang Kayreen, Justin melepas tangannya dan meraih jemari gadis itu. Mengusap pergelangan tangannya lembut, seolah berusaha melunturkan jejak lebam yang ia buat dulu.

Justin membuka matanya, menatap Kayreen yang mengeratkan pejamkan matanya. Justin lantas tersenyum saat Kayreen melakukan apa yang ia pinta. Gadis itu membuka matanya dan menatap kedua bola mata Justin, kemudian terpejam lagi.

Justin menaikkan tangannya, mengusap lengan Kayreen lembut. Pria itu tersenyum saat Kayreen mulai terbiasa dengan sentuhannya. Tetapi ternyata, Kayreen belum sepenuhnya terbiasa. Karena saat telapan tangan Justin sampai di dada Kayreen, gadis itu melepas ciuman Justin dengan napas terengah-engah.

"I can't," bisik Kayreen diiringi air matanya yang kembali mengalir. Tak melepas tangannya dari dada Kayreen, pria itu kemudian membisikkan sesuatu pada Kayreen.

"Trust me. I won't hurt you." Justin menatap Kayreen tepat pada matanya. Pria itu menghapus air mata Kayreen dan kembali mencium gadisnya.

Justin menurunkan tangannya dari dada Kayreen ke perutnya, kemudian meyusup di balik kemeja yang gadis itu kenakan. She's not wearing a bra, shit! Geram Justin dalam hatinya. Bila dalam keadaan normal, Justin pasti sudah menggoda Kayreen habis-habisan. Tapi sekarang bukan saatnya menggoda, karena pada kenyatannya gadisnya menangis meski matanya tertutup rapat.

"Aku akan berhenti."

"No, please. Tolong aku, bantu aku untuk melupakannya. Bantu aku untuk terbiasa." Kayreen meraih lengan Justin dan meremasnya lembut.

Justin tersenyum melihat kemauan Kayreen yang amat besar. Pria itu mengecup bibir Kayreen sekali.

"We might changed, but not with our love."

Kayreen tersenyum, kemudian mengangguk. Justin pun melakukan hal yang sama, lantas kembali melakukan apa yang sempat tertunda.

"Do you trust me?" tanya Justin setelah berhasil membuka seluruh kancing kemeja Kayreen.

"I do," jawab gadis itu tanpa keraguan. Justin sempat ragu dengan jawaban Kayreen. Namun saat gadis itu mengusap dada Justin, lebur semua keraguannya.

"I do, i really do."

🔫🔫🔫

A/n

Ehem.

CHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang