SATU [Revisied]

18.9K 807 73
                                    

Ikatan benang merah diantara tangan kami masih terasa kuat di setiap ujungnya, aku masih mencintainya dan aku terus mencoba untuk menahannya. Namun kenapa di sisinya aku merasa jika semua ini semakin mencekikku setiap detiknya? Ketidakberdayaanku dan ketakutanku padanya yang membuatku menjadi sedemikian rupa ragu kepadanya. Apakah aku salah Sasuke-kun, jika aku meragukan kesetiaanmu?

Tanganku mulai terasa dingin entah karena angin musim gugur yang terus menerpa kulit tanganku atau karena tangan Sasuke yang kehangatannya menghilang karena tersapu waktu. Tapi, aku masih memintannya memegang tanganku sejak dua puluh menit yang lalu tanpa pembicaraan apapun. Menemaniku menikmati angin sore di taman yang berada di tepi sungai dengan setiap riak arus airnya mengingatkan pada detik-detik yang menyakitkan itu.

Saat ketika aku melihat Sasuke-kun-ku tengah menikmati malam panas di bulan Desember setahun lalu, malam yang membuatku akhirnya tidak mampu melakukan apapun hingga aku terjebak dan merasa bodoh sendiri.

*

30 November setahun yang lalu...

"Selamat atas kehamilan anda, Sakura-san... Anda sudah mengandung janin lima minggu," jelas dokter Shizune. Dokter yang kutemui karena aku merasa aneh dengan keadaanku sendiri.

"Me-mengandung? Lima minggu?" Aku menutup mulutku tidak percaya, mengandung katanya? Bahkan kami selalu bermain aman. "Tapi... Bagaimana bisa? Bahkan aku...." ah aku mengerti, ketika itu kami--Sasuke-kun dan Aku--melakukannya tanpa pengaman karena aku yang terlalu merindukannya setelah dua bulan tidak bertemu karena ia yang sedang magang dan dia yang tidak pernah mampu menahan hasratnya. Hingga akhirnya semuanya terjadi....

Sepulang dari rumah sakit aku terus berikir tentang bagaimana reaksi Sasuke-kun ketika aku memberitahunya jika aku hamil. Dia pasti senang, aku tidak sabar. Tapi sayangnya... Aku harus menunggunya pulang dari Suna sampai hari Natal karena ia masih magang di sana hingga sebelum liburan tahun baru dimulai.

Dan hari itupun datang... Aku baru saja pulang kuliah sore itu, aku berjalan dengan riang menuju apartemen kami. Ya kami memang tinggal bersama sejak kami memutuskan berpacaran di tahun ketiga di universitas.

Aku masuk ke dalam apartemen unit 709 di lantai 7 dan tanpa rasa curiga atau apapun karena aku tidak melihat sepatu Sasuke di sana dan itu menunjukkan jika priaku itu belum kembali dari perjalanannya.

Hingga sebuah hal yang tidak pernah kuharapkan terjadi di sana, di kamar kami yang merupakan tempat kami berbagi segalanya. Aku membuka pintu itu dengan pelan yang sialnya tidak terkunci itu setelah sebelumnya mendengar suara desahan dan geraman dari dalam sana.

"Sashhh... Ahhh ahh hhh...." teriak wanita itu. Aku tidak tahu siapa dia karena tubuhnya tertutupi tubuh Sasuke yang menghentakkan dirinya di atas wanita itu sambil terus menggeram.

Aku tidak melihatnya hingga akhir atau berlari ke dalam sana dan memaki wanita itu. Aku hanya melangkah mundur, terlampau terkejut dengan apa yang sedang terjadi dan melangkah pergi dari tempat itu untuk menenangkan diri dan meyakinkan apa yang sedang terjadi. Dan kemudian merasa bahwa semuanya... Baik-baik saja dan tidak apa-apa.

Aku pulang dua jam kemudian, aku kembali masuk ke dalam apartemen dan kulihat sepatu Sasuke sudah berada di sana. Aku menghela napas pendek, "Tadaima..." Salamku, Sasuke menoleh dan tersenyum padaku.

"Okaeri..." dia bangkit dari duduknya di sofa ruang tengah lalu menghampiriku yang masih sibuk melepas sepatuku,"Kau pulang terlambat, apa terjadi sesuatu di kampus?" tanyanya seraya membawaku masuk dan mendudukkanku di sofa.

Aku hanya menggeleng kecil, menunjukan padanya bahwa semua baik-baik saja. "Kau sudah makan malam?" aku bertanya padanya sambil memegang rahangnya.

LIE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang