DELAPANBELAS

5.9K 485 60
                                    

Kebahagiaan yang melingkupinya selama ini terasa hambar, kehidupannya terasa semu dan tidak lagi indah. Apa ini karena semua kebohongan yang melingkupi hatinya saat ini?

Entahlah.

Pernikahannya akan berlangsung esok hari, tapi setiap menit yang dilewatinya terasa mencekiknya setiap saat. Kebohongannya semakin hari semakin membuatnya serasa sekarat. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Ia termenung menghadap jendela besar kamarnya yang langusung menghadap hamparan rumput taman rumahnya. Ini masih terlalu pagi jika ia harus memandangi sudut taman yang remang karena temaram lampu taman berwarna kekuningan sejak tadi.

Ia tidak bersama Sakura sejak seminggu yang lalu, ia tidak lagi sekamar dengan wanitanya karena paksaan budaya kuno dari orang tuanya meskipun pada akhirnya ia tetap menurutinya karena tidak memiliki pilihan lain.

Sakura tentu saja masih tidur, karena kalimat selamat malamnya yang ia kirim lewat pesan semalam tidak mendapat balasan hingga kilau jingga di ufuk timur menjelang.

Sasuke tidak bisa menahannya lebih lama lagi, ia butuh Sakura untuk menenangkan pikirannya saat ini. Bahkan hanya dengan memandangi Sakura saja membuat rasa cemas Sasuke hilang dengan sendirinya, tapi itu dulu. Dan sekarang bahkan hanya melihat pintu kamar wanita itu yang berada di sudut lantai uda rumah Uchiha malah semakin memeperburuk keadaan hatinya.

Tangan kanannya sejak dua menit yang lalu masih menggantung di depan daun pintu itu, bersiap mengetuk tapi masih ragu. Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk mengetuk pintu itu setelah beberapa saat diam meyakinkan hatinya.

"Sakura?" panggilnya kecil berusaha bersuara sepelan mungkin karena ia takut membangunkan anggota keluarga yang lain.

Pintu kembali terketuk, dan panggilan Sasuke untuk SAkura kembali terdengar.

"Sasuke-kun?" Sakura memekik tertahan karena terkejut dengan apa yang ada di depan pintunya saat ini.

Buru-buru ia menyuruh Sasuke untuk masuk ke dalam kamarnya dan mendudukkan pria itu di tepi ranjang.

"Ada apa?" Tanya Sakura lembut setelah beberapa saat membiarkan suasana hening melingkupi mereka berdua.

"Maafkan aku sudah membohongimu, selama ini," kalimatnya terdengar tidak jelas, dan terasa ambigu menurut Sakura, merasa akan kelucuan yang ada dalam kalimat Sasuke, Sakura tertawa lepas meskipun suaranya tertahan bekapan tangannya sendiri.

"Apa maksudmu, Sasuke-kun?" tanya Sakura, Sasuke masih menunduk, enggan menunjukkan raut wajah kacau pada kekasihnya.

"Pernikahan kita bisa kau batalkan, Sakura...,"

Mata lebar Sakura membelalak setelah memahami perkataan terakhir Sasuke. "Apa maksudmu?! Mengakhiri pernikahan? Kita sudah sejauh ini, Sayang."

"Tapi aku menyakitimu," kilah Sasuke dengan nada yang terdengar putus asa.

"Apanya yang menyakiti? Apa maksudmu itu?"

"Kemarin aku melihat rekaman cctv setahun yang lalu yang sengaja Ayah pasang di apartmen kita di Kiri...," Sasuke menjeda kalimatnya untuk mengambil napas, berharap ia bisa menemukan keberaniannya.

"Dan Hari Natal waktu itu... Aku, dengan seseorang--Mei yang kau temui di kantorku waktu itu melakukan sebuah kesalahan fatal. Dan salahku juga karena pada akhirnya aku tergoda padanya yang sejak memasuki kota Kiri dia terus menggodaku."

"Aku tidak tahu jika kau sudah pulang waktu itu karena aku terlalu menikmati apa yang ada di depanku saat itu. Seharusnya, seharusnya kau menghentikanku saat itu Sakura, seharusnya--" Ceritanya terhenti karena secara tiba-tiba Sakura memeluk pria yang duduk di sebelahnya seraya menyusut sudut-sudut matanya.

"Kau tahu Sasuke-kun, sejak aku memutuskan memilihmu, Aku sudah bersumpah pada diriku sendiri di hadapan Tuhan dan kedua orang tuaku bahwa aku akan tetap mencintaimu apapun yang pernah terjadi padamu."

"Semua masa lalumu, masa depanmu, dan masa di mana kita hidup dan berada sekarang aku sudah memutuskan untuk menerimanya." Tepukan dan elusan halus itu seketika meruntuhkan pertahanan Sasuke. Ia merasa sangat beruntung karena dapat dicintai oleh wanita sebaik Sakura.

Kamar itu kembali menghening dan hanya terdengar suara dengkuran halus Sasuke yang tertidur karena kelelahan. Susah payah ia membaringkan Sasuke karena ia takut tidur pria itu terusik oleh pergerakannya.

"Kau pasti memilki waktu yang sulit dari yang aku bayangkan. Ne, Sasuke-kun?" gumamnya sebelum beranjak menuju kamar mandi.

**

Suasana gereja begitu ramai sore  ini, seluruh keluarga Uchiha dan teman-temannya ada dan hadir di sana untuk menghadiri pernikahan anak bungsu Uchiha Fugaku dan Mikoto. Sasuke dengan hati yang bergemuruh menunggu tidak sabar langkah Sakura yang kini sedang berjalan menuju altar bersama dengan Fugaku yang mengantarnya menuju altar pernikahan.

Suasana semakin khidmat karena Sakura yang saat ini meraih tangan Sasuke yang terulur padanya dengan anggun. Akhirnya apa yang mereka impikan tercapai, pernikahan yang indah.

Gaun light green miliknya terlihat sangat indah ketika ia berdiri sejajar dengan Sasuke yang menggunakan tuksedo berwarna putih dengan cummerbund berwarna dark green  yang senada dengan dasi kupu-kupu yang dikenakannya. Mereka berdua secara Bersamaan menghadap pastur yang akan mengikat mereka dalam sebuah pernikahan yang suci dan berjanji di hadapan Tuhan untuk saling mencintai selamanya.

Pastur yang berdiri di depan mereka tersenyum, kemudian pandangannya teralih pada Sasuke dan segera memulai upacara pernikahan mereka.

Pastur itu menuntun Sasuke mengucapkan janji pernikahan dengan hati-hati dan suasana penuh khidmat terasa di dalam gereja sore itu.

"Saya Uchiha Sasuke mengambil engkau Haruno Sakura menjadi isteriku, dan berjanji : selalu tetap setia mengasihi engkau dalam suka maupun duka, serta tidak akan meninggalkan engkau dalam keadaan mujur ataupun malang." Ucapnya dengan penuh keyakinan ia mnghadap Sakura,

Kemudian tatapan sang pendeta beralih pada Sakura yang matanya mulai berkaca-kaca dan mulai menuntunnya untuk mengucapkan janji pernikahannya.

"Saya Haruno Sakura mengambil engkau Uchiha Sasuke menjadii suamiku, dan berjanji : selalu tetap setia mengasihi engkau dalam suka maupun duka, serta tidak akan meninggalkan engkau dalam keadaan mujur ataupun malang.." Sakura mengucapkan kalimat itu dengan penuh haru, ia mendongak menatap Sasuke yang berdiri menjulang di sebelahnya dengan kalimat tertahan.

Sakura dan Sasuke saling menyematkan cincin pernikahan mereka di jari manis masing-masing, kemudian pastur memersilahkan mereka untuk berciuman di depan altar sebagai pasangan suami istri yang baru.

***

Halo... aku minta maaf untuk pengucapan janji nikahnya karena aku hanya browsing karena takut salah jika aku menulisnya asal, dan juga aku ngga tahu apa beda Pendeta dan Pastur. Jadi mohon dimaklumi dan koreksi jika aku salah menempatkannya.

Terimakasih, selamat menikmati~

LIE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang