DUABELAS

6.1K 446 53
                                    

Hari berganti bulan, Sakura sudah menunjukkan perkembangan yang signifikan. Wanita itu berhasil kembali berjalan setelah menjalani terapi di rumah sakit Konoha selama lima bulan. Cukup menakjubkan. Namun disamping keberhasilan dalam fisioterapinya, terapi psikoterapinya tidak sebagus perkembangannya dalam fisioterapi. Bukan karena ketidakmahiran ahli, tapi semakin mengikuti psikoterapinya ia semakin tertutup dan terus mengatakan bahwa semua baik-baik saja.

Dokter Tsunade sampai dibuat bingung dengan kekeraskepalaan pasien yang sudah ia anggap putrinya sendiri itu.

"Dokter, aku ingin menyudahi proses psikoterapi ini. Kurasa aku sudah baik-baik saja, dok. Terimakasih atas bimbingan Anda selama ini." Sakura bangkit dari duduknya kemudian membungkuk dalam-dalam mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada dokter paruh baya itu.

Dokter Tsunade pun mengangguk memahami bahwa Sakura--merasa--sudah tidak memerlukan bantuannya lagi.

"Sama-sama Sakura, aku juga berterimakasih padamu. Dan jangan lupakan phobia-mu itu, kuncinya adalah komunikasi dan saling terbuka. Kau mengerti, Sakura?" dokter Tsunade memberikan petuahnya dengan senyuman yang merekah, dan Sakura mengangguk paham apa yang dikatakan dokternya tersebut.

Sakura tahu, jika ia memiliki phobia yang cukup aneh sebenarnya, mengingat coitophobia adalah ketakutan pada hal yang bersifat privasi dalam hidup seseorang. Ia mengetahui hal itu ketika pertemuan ketiganya dengan dokter Tsunade; pertemuan pertama mereka saat Sakura dirawat. Saat itu dia menjelaskan trauma yang dialaminya dengan jaminan janji dokter Tsunade yang memegang prinsip kerahasiaan mengenai semua hal yang diceritakannya.

Ia pernah melakukan hipnoterapi sekali, namun akhirnya sangat tidak memuaskan hingga membuat Sakura sakit selama tiga hari, meskipun hal itu tidak sampai membuatnya dirawat di rumah sakit. Akhirnya, Sakura menggunakan saran dokter Tsunade untuk lebih terbuka dengan Sasuke terkait phobia dan traumanya.

Sakura keluar dari ruangan dokter Tsunade dengan senyum yang terlihat menawan dan sangat membahagiakan setiap orang yang menatapnya. Akhir musim dingin yang indah, begitu pikirnya.

Semua urusan yang terkait dengan rumah sakit sudah ia bereskan. Dari fisioterapi hingga psikoterapi. Urusan pernikahan semua diserahkan kepada Mikoto dan anggota Uchiha yang lain, ia hanya perlu fitting gaun pengantinnya untuk yang terakhir dengan Temari, seorang pemilik butik gaun pernikahan yang merupakan istri dari pengacara Nara Shikamaru kepercayaan Uchiha. Dan sebuah hal yang sangat menyakitkan bagi Sakura, yaitu mengunjungi makam orang tuanya, yang tewas akibat kecelakaan kereta saat Sakura terbaring koma.

Dua bulan lagi, Sakura akan resmi menyandang nama Uchiha di belakang namanya. Ia bahagia sejujurnya, namun jika teringat malam itu perasaannya seolah kembali terkoyak dan keraguan terhadap Sasuke muncul kembali ke permukaan. Tapi berkat bakatnya dalam menghibur--menipu--dirinya sendiri ia mampu menghilangkan keraguan itu dengan mendoktrin otaknya untuk mengubur ingatan itu semakin dalam ke dasar ingatannya.

*

Langkahnya kini terayun ringan masuk ke dalam sebuah butik yang memajang banyak gaun-gaun yang indah; terutama gaun pengantinnya. Sakura mendorong pintu masuk kaca itu dengan riang, suara lonceng yang menunjukkan bahwa seseornag masuk ke dalam sana membuat sang pemilik menoleh, kemudian tersenyum ringan.

"Sakura-san, kau kah itu?" sapanya sambil menghampiri Sakura yang masih berjalan masuk dengan memerhatikan sekitarnya.

"Ah, Temari-san... Apa aku terlambat?" balasnya ketika menyadari Temari sudah berada di depannya.

Mereka berdua saling berpelukan singkat lalu saling mencium kedua pipi masing-masing. Salam khas perempuan.

"Tidak, tidak... Baru saja aku akan menghubungimu jika aku sudah berada di butik...," mereka berdua berjalan beringingan dengan seorang pramuniaga butik itu yang menjadi pembimbing jalan.

LIE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang