DELAPAN

6.5K 479 24
                                    

Sakura terbangun dari tidurnya, saat menyadari dia tidak bisa bergerak karena tubuhnya seperti terlilit. Tanpa berbalik pun ia sudah tau siapa pemilik tangan yang melingkar di pinggangnya itu.

"Sasuke-kun? Kau tidak bangun?" suaranya membuat nama yang dipanggil itu menggeliat.

"Sasuke-kun?" panggilnya lagi seraya menepuk-nepuk pelan pipi kekasihnya itu. Sasuke membuka matanya dengan kesadaran yang masih separuh itu.

"Morning kiss?" Kata Sasuke dengan suara paraunya sambil menyeringai dan menunjuk bibirnya.

"Tidak." Sakura bersungut kemudian memukul dada Sasuke sesikit keras.

"Sakura itu sakit! Bagaimana jika dadaku berlubang?" Sasuke memekik dan segera duduk.

"Cepat mandi, agar itu tidak benar-benar berlubang, Tuan Uchiha." Sakura ikut duduk dengan bibir yang terkulum menahan tawanya.

"Tidak sebelum aku mendapatkan morning kiss-ku!" Sasuke menjawab dengan tidak mau kalah, ia segera mendekati wanita itu untuk mendapatkan morning kiss miliknya.

Mereka saling bertatapan, kedua oniks itu beradu dengan emerald saling mengunci satu sama lain dan saling menenggelamkan. Sasuke mulai mendekat kedua matanya telah terpejam, diikuti Sakura tiga detik kemudian. Bibir merek bertemu, menghapus jarak yang tercipta dengan lumatan-lumatan sarat rindu. Mereka terus seperti itu hingga Sakura tersentak dan memberontak mencoba melepaskan diri dari sentuhan yang diberikan Sasuke.

'Sash...Ahhh,' suara itu kembali berdengung di telinga Sakura beradu dengan suara decakan yang timbul dari kegiatannya bersama Sasuke pagi ini.

Air matanya jatuh tanpa bisa dibendung lagi, semua emosinya membaur dan teraduk menjadi satu memenuhi rongga dadanya. Ia terus mencoba memberontak, namun Sasuke tidak menyadarinya atau mungkin tidak mau peduli dengan perlawanan Sakura.

Sedangkan Sakura, ia terus mengeratkan rematannya pada selimut yang membalut kakinya. Kondisinya saat ini tidak memungkinnya untuk bisa lepas dari Sasuke. Pergelangan tangannya di genggam Sasuke di kedua sisinya, sedangkan kakinya berada diantara tubuh Sasuke. Kepalanya terus bergerak ke kanan dan ke kiri, mencoba menghindari bibir Sasuke yang semakin mendorong dirinya ke belakang, memperdalam ciumannya.

Rongga dadanya semakin penuh, dia sudah tidak mampu melakukan apapun lagi, Sasuke terlalu kuat. Sedangkan Sakura semakin melemah karena semua perasaannya bercampur, lehernya tercekik karena ia mulai kehabisan napas. Tapi Sasuke tidak peduli, ia masih mencumbu Sakura, masih mencari kepuasan di bibir membengkak Sakura.

Ciuman itu terlepas setelah Sasuke kehabisan napasnya sendiri, ia kemudian turun menjelajah leher jenjang kekasihnya itu, mencium urat nadi yang memanjang sepanjang lehernya, belum menyadari jika Sakura sudah tidak berdaya. Kedua oniksnya sudah berkabut dan ia sudah tidak peduli dengan keadaan sekitarnya selain menyelesaikan urusannya.

Leher itu sudah basah dengan sisa-sisa saliva Sasuke yang sesekali memainkan lidahnya di leher itu yang bercampur dengan saliva yang keluar dari mulut Sakura yang terbuka. Sasuke menandai Sakura di bawah telinganya, Sasuke menyeringai dengan mata yang semakin berkabut.

Ia kembali menjelajah leher itu, sedangkan salah satu tangannya meraih kancing piyama Sakura berniat membukanya. Tiga kancing terbuka, dan dia menurunkan dengan segera piyama itu hingga sebatas siku wanitanya. Satu tanda lagi, ia telah menandai Sakura di dada kanannya.

Sasuke berhenti dari kegiatannya dan kembali menemukan akal sehatnya ketika ia merasakann napas Sakura yang tidak teratur dengan sisa-sisa kabut yang ada di kedua matanya itu, Sasuke mendongak melihat Sakuranya.

Sakura, dengan wajah penuh dengan jejak-jejak air mata dan matanya yang terpejam serta napasnya yang tidak teratur membuat Sasuke segera mengumpulkan semua kesadarannya. Ia panik, sangat panik. Ia menepuk pelan pipi Sakura namun wanita itu tidak meresponnya, Sakura kini terkulai, dan kepalanya jatuh ke sisi kiri hingga hampir saja mengenai ujung meja nakas, jika saja Sasuke tidak menahannya.

"Sakura?!" Sasuke memekik, ia segera bangkit dari posisinya lalu dengan tergesa membawa Sakura keluar kamar.

"Sasuke, selamat pa--Apa yang terjadi?" Mikoto terkejut dengan apa yang dilihatnya, Sakura yang berantakan dan tidak sadarkan diri.

"Sulit menjelaskannya Ibu, tolong suruh supir untuk menyiapkan mobil ke rumah sakit." dengan segera Mikoto memanggil salah satu supirnya dan Mikoto berlari masuk mengambil mantelnya. "Sasuke-kun Ibu ikut." katanya dengan panik dan mengikuti Sasuke.

***
Mereka menunggu dengan cemas, sorot mata mereka terlihat khawatir, terutama sosok pria yang berdiri dengan lutut yang bergetar dan wajah yang terlihat frustasi.

Kepalanya terasa pening, memori-memori tentang pengkhianatannya terhadap Sakura dan sikap wanita itu selama beberapa waktu sebelum kecelakaan itu terjadi, sebelum ia kembali tersadar sebelum apa yang dilakukannya itu salah. Sebuah kesalahan yang membuat semuanya berantakan.

*
"Sakura... Aku merindukanmu," Aku berkata pada Sakura ketika aku baru saja pulang dari magang di Suna.

Dengan segera, aku mendekati Sakura, merengkuh pinggang wanita itu dengan posesif dan berniat mencium Sakura untuk melepas rinduku padanya.

Namun ia menolak, Sakura menolehkan kepalanya ke arah lain ketika aku mendekat. Ia seolah tidak ingin disentuh olehku lagi dengan alasan yang klise. "Aku lelah." katanya kemudian melepaskan diri dari rengkuhanku dan beranjak masuk ke dalam kamar.

Aku menatap lirih pintu yang tertutup itu dan menggeram frustasi. Ini bukan Sakura yang biasanya. Ini berbeda dengan Sakura yang suka dan wajahnya merona bahagia apabila kusentuh, aku merasakan hal yang berbeda dengannya malam ini.

"Sakura?" Aku memanggilnya, namun tidak ada sahutan darinya. Aku tahu dia tidak tidur, dia hanya mengabaikanku dan aku melihat bahunya bergetar. Dia menangis, apa ini karenaku? Atau dia benar-benar lelah? Dengan hubungan kami?

Aku menggeleng kuat, menepis semua pikiran buruk yang muncul ketika Sakura mengabaikanku dan tidak memedulikan diriku.

Aku melangkah ke ranjang mengambil posisi berbaring di sebelahnya dan memeluknya dari belakang. Tapi Sakura menepisnya, ia tidak ingin kusentuh. Ini adalah malam terakhir sebelum ia pergi dari apartemen kami setelah aku menyetujuinya untuk pindah.

Aku menghela napas berat. Sakura terlalu misterius dan aneh akhir-akhir ini, aku merasa kesal padanya karena terus mengabaikanku. Ada apa dengannya sebenarnya?

Aku beranjak dari ranjang dan keluar kamar. Mengambil beberapa botol alkohol dan bir yang tersimpan di dalam kulkas dan duduk di meja dapur sendirian.

Kenapa dia seolah menghindariku sejak sebulan yang lalu? Aku terua memikirkan itu sambil terus mengalirkan rasa pahit alkohol itu ke dalam tenggorokanku dan mulai mabuk, hingga tanpa sadar aku menyakiti Sakura-ku.

*

Kok ketidakjelasan jalan cerita ini semakin terasa ya seiring bertambanhnya chapter 💔💔

LIE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang