Ken, bocah kecil yang Sakura temukan di depan rumahnya--yang ternyata anak kandung Sasuke dengan teman one night stand-nya-- kini sudah resmi menjadi bagian dari Uchiha menurut hukum negara, meskipun secara hukum klan Uchiha ia tidak akan pernah diakui sebagai bagian dari Uchiha karena asal usulnya.
Sasuke dan--terlebih--Sakura sangat menyayangi anak itu, anak mereka yang kini sudah kembali sehat meskipun harus diawasi betul-betul segala aktivitasnya karena jantungnya yang bermasalah. Mereka memerlakukan Ken selayaknya anak kandung sendiri dan melimpahi Ken dengan cinta dan kasih sayang orang tua yang--mungkin--tidak di dapatkannya dulu.
"Ken, kemari...." panggil Sakura dari arah dapur, balita itu berjalan dengan tertatih dan hati-hati menuju ke arah Sakura yang kini sudah berdiri di dekat meja makan menunggunya.
"Bu... Ibu...." ocehnya riang ketika ia disambut Sakura dengan pelukan dan ciuman.
"Ayo waktunya untukmu makan, sebentar lagi Ayah pulang." ujar Sakura riang kemudian membawa Ken duduk di kursi tingginya dan mulai menyuapi Ken.
Sakura terus menyuapi Ken dan beberapa kali bercanda dengan anak itu untuk tetap membuat anak itu tenang di sela-sela makannya dan tidak menangis.
***
"Sasuke-kun...," panggil Sakura di depan pintu kamar mereka.
"Maaf membuatmu menunggu," sesal Sakura seraya melangkah masuk dan menyusul Sasuke yang sudah duduk di sofa kecil di depan jendela balkon kamar merkea. Setelah makan malam tadi, Ken terus rewel ingin tidur hingga akhirnya membuat Sasuke harus menunggu beberapa saat hingga Sakura selesai menidurkan Ken.
"Apa kita akan berkunjung ke rumah? Sebentar lagi Hari Natal." tanya Sakura setelah beberapa saat hening.
Sasuke menoleh ke arah Sakura dengan pandangan yang sulit diartikan dan terlihat terluka, lalu ia tersenyum lembut menatap Sakura, "Entahlah Sakura... Tapi sepertinya kita tidak bisa ke sana," Jawab Sasuke lirih dan kemudian pandangan pria itu menyendu.
Sakura menatap Sasuke sedih, ikut merasakan apa yang Sasuke rasakan karena ia sangat tahu bahwa Sasuke sangat mencintai Ibunya dibanding apapun dan menghormati Ayahnya setinggi yang ia bisa. Ia selalu bercermin dari Itachi, menjadikannya pria itu sebagai role model di kehidupannya hingga menghasilkan Sasuke yang seperti sekarang, seorang yang berjiwa keras tapi berhati lembut meskipun ia sedikit retak jika dibandingkan dengan kesempurnaan yang Itachi miliki.
"Maafkan aku, maafkan aku..., maafkan Ken, karena--" kalimat Sakura terhenti karena jari telunjuk Sasuke menahannya,
"Jangan salahkan dirimu apalagi menyalahkan Ken. Dia tidak bersalah sama sekali, karena dia masih suci dan tidak tahu apa-apa. Ini adalah sepenuhnya salahku, Sakura...."
Sakura hanya diam mendengar perkataan Sasuke. Setelah percakapan emosional itu, mereka hanya diam menyelami pikiran masing-masing hingga pada akhirnya memutuskan untuk tidur.
***
Sasuke mendesah frustasi ketika secara mengejutkan Ibunya datang ke kantornya dan memintanya untuk pulang ke rumah kali ini untuk merayakan natal bersama.
"Maafkan aku, Ibu... Aku juga rindu sekali tapi aku tidak bisa pulang ke rumah dan meninggalkan Ken." ujar Sasuke dengan raut wajah yang hanya nampak ketika ia bersama Ibunya.
"Kenapa? Ayahmu waktu itu hanya sedang emosi Sasuke-kun, Ayah hanya kecewa padamu waktu itu dan aku yakin, Ayah sudah tidak apa-apa." bujuk Mikoto lagi entah yang sudah keberapa kali sejak ia masuk ke ruangan putra bungsunya.
"Tapi aku benar-benar minta maaf, Ibu.... Aku tidak bisa hadir di perayaan Natal tahun ini bersama seluruh keluarga Uchiha. Aku takut Ken mendapat perlakuan buruk di sana."
"Tap-tapi Sasuke-kun kau bahkan sudah hampir enam bulan tidak berkunjung. Apa kau tidak merindukanku? Merindukan Ibumu?"
"Ibu... Kita sudah pernah membahas ini sejak itu. Jika aku atau Ibu ingin bertemu kita bisa mengatur waktu dan bertemu. Aku takut Ayah akan menyakiti Ken, aku tahu betul cara pikir Ayah." tukasnya.
Sungguh ini seperti menabur garam di luka basah. Sejujurnya, ia ingin melewati Hari Natal bersama seluruh keluarganya. Namun karena perang dinginnya pada Ayahnya membuatnya harus menelan bulat-bulat keinginannya itu.
Sasuke dan Mikoto memang sudah tidak ada apapun lagi, karena Mikoto merupakan sosok yang welas asih dan mudah tersentuh apalagi jika itu menyangkut putra bungsunya. Baginya masa lalu Sasuke hanyalah masa lalu, dan Sasuke yang sekarang adalah sosok lain Sasuke yang dulu yang kini lebih bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya, baik itu di masa lalu maupun masa sekarang dan dia akan tetap seperti Sasuke yang bertanggung jawab di masa depan.
Bagi Sasuke tidak masalah ia masih saling memendam rasa kecewa dan benci dengan Ayah dan Kakaknya asal ia dan Ibunya tetap berhubungan baik. Ia akan kembali memikirkan hubungannya dengan keluarganya nanti, yang jelas prioritasnya sekarang adalah mendapatkan donor jantung untuk putranya secepatnya.
*
Baru saja Mikoto membalikkan badannya dan bersiap pulang karena rencana membujuk Sasuke telah gagal, tiba-tiba Sasuke menjadi panik karena menerima telepon.
"Apa maksudmu, Sakura?! Aku akan segera ke sana." sambungan telepon itu terputus, dan Sasuke segera meraih kunci mobilnya yang berada di atas meja.
Samar-samar Mikoto mendengar tadi Sasuke menyebut nama Sakura dan ia yakin pastinya terjadi sesuatu dengan cucunya. "Sasuke, Ibu ikut denganmu." Ia setengah berlari menyusul Sasuke yang melangkah lebar-lebar untuk segera sampai di basement parkir.
"Apa terjadi sesuatu dengan Ken?" tanya Mikoto setelah ia dan Sasuke duduk di mobil.
Sasuke mengangguk singkat kemudian fokus kembali ke jalanan yang agak lengang karena masih di jam kerja.
"Ken kambuh, Bu... Ya Tuhan...."
Mikoto tidak pernah melihat Sasuke sepanik ini, ini adalah pertama kalinya ia melihat sosok putranya yang terlihat seperti Fugaku di masa lalu. Di mana ia mengingat Fugaku di masa lalu ketika salah satu putranya sakit, ia akan dengan segera pulang dan melihat keadaan putranya. Dan tanpa sadar Mikoto sudah melelehkan air matanya.
*
Langkah mereka terdengar mendominasi ketika mereka sampau di rumah sakit. Ia segera menghampiri Sakura yang duduk menunggu di ruang tunggu UGD sambil menutup wajahnya.
"Bagaimana keadaan Ken?" tanya Sasuke ketika ia sampai pada Sakura.
Sakura hanya menggeleng, memberi tahu bahwa dokter belum keluar sejak setengah jam yang lalu.
"Sakura tenang, kau harus tenang, Ken pasti baik-baik saja percayalah padaku, okay?" Sasuke berkata tenang seolah-olah Ken hanya sakit biasa sehingga Sakura tidka perlu terlalu cemas terhadap kondisi Ken.
Ia baru ingat setelah beberapa menit bahwa ia tidak ke rumah sakit sendirian, dan pandangannya kini beralih pada Mikoto yang duduk di sebelah Sakura tanpa ia sadari.
"Ibu sebaiknya pulang, aku akan mengantarmu." Sasuke berkata hati-hati karena takut menyinggung hati ibunya.
"Apa maksudmu Sasuke-kun?! Cucuku sedang sakit dan kau menyuruhku pulang?!" pekik Mikoto yang tampaknya benar-benar tersinggung dengan ucapan Sasuke.
"Bukan maksudku berkata seperti itu, Ibu... Tapi apa yang akan Ayah lakukan nanti jika Beliau tahu Ibu mengunjungiku?" kata Sasuke lagi dengan nada yang masih terdengar lembut.
Perkataan Sasuke barusan menyadarkan Mikoto dari kekeraskepalaannya untuk menunggu Ken. "Sasuke-kun... Kau benar. Ibu harus segera pulang." Mikoto berkata panik dan dengan sigap, Sasuke menuntun Ibunya keluar rumah sakit dan mengantarnya pulang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
LIE [COMPLETE]
Fanfiction[END] [17+] Ikatan benang merah diantara tangan kami masih terasa kuat di setiap ujungnya, aku masih mencintainya dan aku terus mencoba untuk menahannya. Namun kenapa di sisinya aku merasa ikatan ini terlalu mencekikku setiap detiknya? Ketidakberday...