Pagi ini Sakura terbangun sendirian, ia tidak mendapatu Sasuke di manapun. Lalu samar-samar ia mendengar suara helaan napas di kamar sepi itu dan mendapati Sasuke yang sudah duduk di sofa yang menghadap ke jendela besar di dalam kamarnya.
"Sasuke-kun?" panggilnya. Sasuke-kun tidak menoleh tapi ia menyahut dengan dehaman favoritnya.
Sakura kemudian bangkit dan menyusul Sasuke duduk di sana. "Kau demam?" Tanyanya ketika ia mendengar napas Sasuke yang memberat dan keningnya yang panas saat ia menyentuhnya.
"Aa..," Sakura mendengus mendengar jawaban singkat Sasuke. Dasar pria itu dan Sakura sudah sangat hapal jika Sasuke sakit pasti akan irit bicara seperti sekarang.
"Hari ini kau tidak boleh bekerja. Aku takut kau nanti akan kolaps." SAsuke tidak menjawab kemudian ia berbaring kembali dengan paha Sakura yang menjadi bantalnya.
"Sakura... Apa jika nanti aku menceritakanmu tentang sesuatu yang mungkin kulakukan di belakangku, apa kau akan marah?" tanyanya tiba-tiba.
"Entahlah, aku akan lihat seberapa parah kelakuanmu itu," jawabnya asal.
Kamar itu kembali hening dan mereka kembali hanyut dalam pikiran mereka masing-masing.
"Kau mau kemana?" Panggil Sasuke ketika ia merasa kepalanya berpindah, tidak lagi berada di paha Sakura.
"Aku akan mandi, lalu membuat bubur untukmu. Jadi awas." Sakura melangkahkan kakinya menjauh dari Sasuke dan melangkah menuju kamar mandi.
Sasuke hanya melihat Sakura melangkah menjauh. Ia menatap wanita itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
Memberi tahu Sakura sekarang, apakah ini waktu yang tepat? Apa yang akan terjadi jika ia memberi tahu Sakura sekarang?
Ia menyerah, semakin memikirkannya malah membuatnya semakin pusing dan membuat kepalanya semakin terasa berat dan ia tertidur lagi di sofa itu.
Sakura keluar dari kamar mandi dengan dress santai, kemudian matanya mengarah pada Sasuke yang kini kembali tertidur di sofa.
***
Sakura menyapa Mikoto dan Izumi serta beberapa pelayan yang sudah sibuk berkutat di dapur dan menyiapkan sarapan mereka.
"Selamat pagi, semuanya..."
"Selamat pagi, Sakura." balas Mikoto, sedangkan Izumi hanya tersenyum membalas sapaan Sakura.
"Ibu, aku ingin membuat bubur untuk Sasuke-kun..,"
"Bubur?" Tanya Mikoto bingung, tidak biasanya anak bungsunya itu sarapan dengan bubur.
"Iya, Sasuke-kun demam, Ibu...," Mikoto menganguk mengerti mendengar jawaban Sakura.
"Apa dia mau memakan itu? Bahkan sejak kecil ketika sakit ia akan sangat sulit untuk menelan apapun."
"Sasuke-kun pasti mau, Ibu karena aku yang memaksanya." Sakura tersenyum mengerikan menurut Mikoto dan mulai memasak buburnya.
"Kau yakin, Sakura? Aku agak sangsi...," Izumi pun demikian, setelah melihat semangkuk besar bubur itu ia bergidik ngeri.
"Tenang saja Izumi-san...."
Sakura melangkah masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan yang berisi satu mangkuk besar bubur dan satu botol besar air. Oh dan jangan lupakan obat penurun panas ada diantara mereka juga.
"Sasuke-kun? Bangun dan makan sarapanmu, ayo." tangannya menggoyangkan bahu Sasuke dan membangunkan pria itu dari posisi tidurnya.
Mata oniks yang terlihat sayu itu perlahan terbuka. Sasuke terkejut karena di depannya Sakura sudah duduk di depannya dan membawa mangkuk besar.
"Err... Apa itu bubur?" Matanya bergerak aneh, menelisik jijik ke arah bubur itu.
"Tepat sekali, sekarang Sasuke-kun harus makan." perintahnya tanpa terdengar nada yang mengijinkan penolakan dan pengalihan.
"Tidak mau."
"Kau harus mau, Sasuke-kun. Aku membuatnya untukmu."
"Karena sudah kau berikan padaku, maka kuberikan padamu sekarang."
"Tidak. Apa-apaan itu, Sasuke-kun? Aku bersusah payah membuatkan ini untuk sarapan kita dan kau malah menolaknya?! Kenapa kau tidak mau mengerti sedikitpun jika aku memerhatikanmu?! Dasar tidak peka!"
Kenapa Sakura yang marah? Sasuke menatap bingung Sakura yang kini merajuk dan-- Tunggu tadi dia bilang apa? "Sakura, kau tadi bilang apa?"
"Kau! Kau pria paling tidak peka!"
"Tidak-tidak bukan itu..., sebelumnya kalimat sebelumnya."
"Aah itu.... baiklah aku akan memberitahumu jika kau mamu memakan bubur ini." tantang Sakura.
"Tidak, terimakasih."
"Ya sudah kalau kau tidak mau, aku tidak masalah jika harus sarapan sendirian." jawab Sakura acuh. "Padahal aku memberi tambahan tomat, Ya Tuhan ini enak sekali," Sakura menyuap bubur itu ke dalam mulutnya sendiri tidak peduli dengan tatapan Sasuke yang sangat menyayangkan tomat itu berbaur menjadi satu dengan bubur.
"Aa." Sasuke menunjuk mulutnya dan menyerah karena tidak tahan dengan godaan Sakura, dengan senyum kemenangan ia memberikan sesuap besar untuk masuk ke mulut Sasuke.
Pada akhirnya Sasuke yang menghabiskan bubur itu dan hanya membiarkan Sakura menyuapinya, pria itu sekarang sudah pindah ke atas ranjang setelah meminum obatnya.
"Temani aku," rengeknya pada Sakura.
"Aku akan kembali nanti setelah membereskan ini semua." Ia menunjukkan nampan yang berisi bekas makan Sasuke kemudian berlalu tanpa memedulikan dengusan pria manja itu.
***
"Habis?" Izumi terheran dengan apa yang dilihatnya sekarang, nampan yang berisi satu mangkuk penuh bubur kini habis tidak bersisa.
Sakura hanya tersenyum dan mengangguk penuh misteri, kemudian dengan bergumam riang dia menuju ke bak cuci piring untuk mencuci mangkuk tadi.
"Tapi bagaimana bisa? Bahkan Ibu sulit melakukannya, Sakura...," Decak Izumi lagi tidak percaya.
"Karena aku memaksanya, Izumi-san..."
*
Bangun tidur, makan, tidur lagi, bangun lagi, makan lagi, lalu tidur lagi... Itu adalah aktivitas Sasuke hari ini, karena ia tidak ke kantor dan karena ia sakit, jadilah hidupnya menjadi tidak bermanfaat seperti ini.
Pernikahannya tinggal beberapa minggu lagi, dan ia belum tahu sejauh mana persiapan pernikahannya. Ia tidak sempat mengecek atau bahkan bertanya kepada Ibunya karena kesibukannya, sedangkan bertanya kepada Sakura, gadis itu menyuruhnya untuk bertanya kepada Ibunya. Bukankah itu lucu?
"Sasuke-kun, sudah lebih baik?" Tanya Mikoto ketika anak bungsunya menuju meja makan.
"Sudah, Ibu."
"Sasuke-kun, jangan makan nasi dulu... makan ini saja." Ucap Sakura seraya mengambil alih mangkuk nasi Sasuke dan menggantinya dengan bubur yang mirip dengan buburnya tadi pagi.
"Sakura...," Wajahnya memelas, sedangkan Sakura bersikap tidak peduli.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
LIE [COMPLETE]
Fanfiction[END] [17+] Ikatan benang merah diantara tangan kami masih terasa kuat di setiap ujungnya, aku masih mencintainya dan aku terus mencoba untuk menahannya. Namun kenapa di sisinya aku merasa ikatan ini terlalu mencekikku setiap detiknya? Ketidakberday...