TUJUH

6.4K 503 25
                                    

"Ups. Sorry," Itachi tersenyum mengejek ke arahku yang sedang berusaha bangun daru posisi terjungkalku. Sialan, andai membunuh itu tidak berdosa, aku pasti akan membuat Izumi nee-san menjadi janda.

"I-Itachi-san, ada apa?" tanya Sakura memecah kontak mata yang terjadi antara aku dan Itachi.

"Tidak, hanya saja... Ayah menyuruhku untuk memanggil Sasuke sebentar." Itachi masih mengulum senyumnya yang bagiku itu terlihat sangat menjengkelkan.

"Sasuke-kun? Ayahmu memanggilmu," Aku tahu Sakura, aku tahu. Tapi dari semua orang kenapa Itachi yang harus datang?! Aku memaki Itachi dalam hati, mengutuk ayah dari Ishihara itu dengan berbagai sumpah serapah.

"Sasuke-kun?" panggil Sakura lagi, aku bangkit dari posisi duduk di lantai kemudian menyentuh kepalanya lembut sebelum keluar kamar.

"Aku tidak akan lama," pamitku pada Sakura yang diangguki olehnya.

*
"Kau puas?!" Aku memukul bahu Itachi, tidak peduli jika dia meringis kesakitan atau punggungnya patah sekalipun.

"Kurasa Sakura harus berterimakasih padaku, aku menyelamatkannya dari buaya sepertimu." Itachi masih mencoba menghentikan tawanya yang hingga membuat setetes air mata jatuh dari mata kelamnya yang serupa dengank milikku.

"Oh iya, kenapa Ayah memanggilku?" tanyaku padanya sambil melangkah menuju ke ruang kerja Ayah.

Ruang kerja Ayah tidak hanya di fungsikan sebagai tempat kerja Ayah di rumah, ruangan ini juga merupakan ruangan yang didesain khusus dengan kedap suara sehingga jika kami membahas masalah penting yang terkait dengan keluarga Uchiha kami pasti berkumpul di sana. Seperti saat ini misalnya.

Aku melangkah masuk setelah Itachi yang sudah berada di dalam sana beberapa detik sebelumku. Sorot matanya berubah, menandakan bahwa ada hal yang benar-benar serius untuk dibicarakan.

Aku mengambil duduk di sofa tunggal yang berhadapan dengan Itachi dan berada di sisi kiri Ayah. Aku mendadak tegang karena suara dehaman Ayah yang terdengar keras di ruangan yang sunyi ini.

"Kakashi," panggil Ayah pada Kakashi yang entah sejak kapan berdiri di belakang Ayah. Dengan sigap ia mendekat memberikan sebuah amplop besar kemudian pamit undur diri dan menghilang di balik pintu bercat cokelat ruang kerja ayah.

"Sasuke, kau bisa membukanya." titah Ayah. Untuk sesaat tubuhku menegang lalu dengan gerakan kaku aku mengambil amplop yang berada di atas meja rendah di hadapan kami.

Aku membukanya, membaca semua kalimat yang ada dalam secarik kertas itu, kemudian pandanganku beralih pada sebuah flashdisk dan beberapa lembar foto.

Aku terkejut melihat apa yang terlihat di sana. Laporan kesehatan Sakura, Foto-foto anehku bersama Mei, dan... Rasa takutku yang tiba-tiba naik ke permukaan hatiku.

"Kau terkejut? Darimana aku mendapatkannya?" Ayah menebak pikiranku dengan nada sarkas.

"Tenang saja, aku tidak akan menyakiti Sakura ataupun Mei. Mereka tidak bersalah maksudku salah satu dari mereka tidak bersalah," Semua orang melihat ke arah foto-foto yang sekarang tersebar di meja.

"Aku bersyukur, Sakura bisa membuatmu jatuh dan menghangatkan hatimu yang dingin dan tidak tersentuh itu, Sasuke-kun... Tapi apakah pantas seorang pria Uchiha yang terkenal dengan sopan-santun dan menghargai wanita bertingkah laku demikian?" Ibu bertanya padaku, dia menyeka air matanya yang menggenang di sudut matanya. Lalu beliau kembali melanjutkan, "Aku tidak tahu jika putra kebanggaanku memiliki sikap yang demikian." pecah sudah tangisan Ibu. Aku merasa sangat bersalah padanya, Ibu bangkit dari duduknya kemudian beliau keluar dari ruangan yang menegangkan ini dengan perasaan hancur.

"Dalam flashdisk itu terdapat semua rekaman cctv di lift, unit apartemenmu, jalan tempat Sakura kecelakaan, bahkan di rumah sakit, semuana ada di dalam sana." kali ini Itachi yang berbicara padanya.

"Kami tahu, kau tinggal bersama dengan Sakura sejak kau berada di tahun kedua di kampusmu. Aku tidak akan melakukan apapun, tapi dengan sikap dan tingkah lakumu yang seperti itu menunjukkan bahwa kau siap menikahinya?" Aku tidak bisa mengelak lagi, semua yang dikatakan ayah dan Itachi benar, bahwa seharusnya aku bersikap 'jantan' dengan mengajak Sakura membangun komitmen dan bukannya memberikan harapan-harapan yang tidak jelas seperti ini?

"Dan kudengar, akibat kecelakaan itu Sakura kehilangan janinnya." Kenapa ayah seolah sedang menabur garam di atas lukaku? Kenapa dia semakin memancing perasaan bersalah ini semakin meluap ke permukaan?

"Bisa kau jelaskan pada kami, yang terjadi sebenarnya?" tuntut Ayah halus.

Aku menunduk, merasa malu karena telah ditelanjangi oleh ayah dan kakakku sendiri. Dengan gerakan ragu-ragu seraya menahan sakit di hati karena rasa bersalahku pada Sakura dan mulai bercerita yang sebenarnya di depan mereka.

"Kau sangat buruk, Sasuke." Ayah mengatakannya dengan nada yang mengerikan. Aku menatap Itachi, mencari pertolongan padanya. Tapi aku tidak mendapatkannya, aku hanya mendapatkan tatapan kecewa dan terluka darinya.

"Pilihanmu hanya dua," jeda Ayah sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Menikahinya atau meninggalkannya." putus Ayah mutlak, ia kemudian bangkit dari duduknya dan meninggalkanku sendirian di dalam sana di susul Itachi di belakangnya.

"Kau terlalu bodoh, Sasuke."

*

Aku masuk ke dalam kamarku lima menit setelah Ayah dan Itachi pergi dari ruang kerja ayah. Aku membuka pintu perlahan dan melihat Sakura yang sudah terbaring membelakangi pintu. Aku menuju ke arahnya, melihat sejenak wajah damainya ketika tertidur.

Membelai wajahnya lembut, wajah yang selalu berbinar bahagia, wajah yang merona merah ketika aku menggodanya dan wajah yang menyurut sendu ketika ia ingat semua kepahitan hidupnya. "Kau pantas bahagia Sakura, dan keputusanmu besok akan memengaruhi hidupku setelahnya." Aku mengecup keningnya lamat-lamat dan kemudian mencuri satu kecupan di bibirnya.

Aku ikut berbaring di sebelahnya, menghadap punggung kecil itu kemudian merengkuhnya, memberinya kehangatan yang tidak pernah absen menemaninya setiap malam.

"Selamat malam," ucapku sebelum menyusul Sakura yang lebjh dulu tenggelam di alam mimpi.

***

Kenapa pendek? Karena menyesuaikan alur*Eni yang banyak alasan*

Selamat menikmati~

60+(?)

LIE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang