Sasuke pergi ke kampusnya hari ini. Ia tidak mungkin meninggalkan sidang kelulusannya hanya demi menjaga Sakura, karena menurutnya keduanya itu sama pentingnya dan Sasuke tidak bisa meninggalkan salah satunya.
Sasuke sudah selesai dengan sidangnya lima menit yang lalu. Namun ia tetap di sana seperti orang bodoh karena isi otaknya meleleh keluar. Di sana, ia mendapati teman-temannya bergantian mengucapkan selamat atas kelulusannya. Dan yang paling mengejutkan adalah kedatangan Sakura yang duduk di atas kursi rodanya dengan dres floral yang indah bersama dengan Yamanaka Ino, teman kuliah Sakura, dulu. Wajah sayunya tidak menutupi kecantikan dan keanggunan yang dia pancarkan.
Sakura menunggu di ujung koridor ruangan sidang, begitu teman-temannya menyadari tatapan Sasuke yang terarah padanya, seketika mereka menyingkir dan memberikan jalan kepada Sakura untuk menuju ke arah Sasuke yang masih berdiri mematung seperti orang bodoh di sana.
Sakura mengembangkan senyum terbaiknya, di pangkuannya terdapat sebuket bunga yang indah. Dengan bantuan dari Yamanaka Ino, ia bergerak perlahan menuju Sasuke. Setelah beberapa saat, kini ia sudah berada di hadapan Sasuke. Ia memegang tangan pria itu, mencari sedikit kehangatan untuknya.
Sakura melirik dikepada Ino, dan dengan perlahan dan hati-hati ia membantu Sakura berdiri di hadapan kekasihnya itu. "Sasuke-kun... Selamat atas kelulusanmu," ucapnya tulus seraya menyerahkan buket bunga itu padanya. Kakinya bergetar, ia terus berdiri di hadapan Sasuke yang masih memandangnya kosong dengan raut wajah keterkejutan yang sangat kentara itu.
"Sasuke-kun, Cepatlah!?" bukan Sakura yang memekik, itu adalah Ino teman Sakura yang sejak tadi berada di belakang Sakura.
Sasuke tersentak dari keterkejutannya, dengan gerakan yang masih patah-patah ia menerima bunga Sakura dan memeluk gadis itu, mengangkat tiubuh ringkihnya dan berputar-putar bersama selama beberapa kali di hadapan semua mahasiswa. "Terimakasih, aku mencintaimu." bisiknya, lalu mengembalikan Sakura duduk di kursi rodanya.
"Aku senang kau lulus, Sasuke-kun...," ucapnya dengan tulus. Sasuke mengangguk dan tersenyum tipis padanya, sebuah senyuman yang mampu membuatnya dan seluruh mahasiswi yang melihatnya berteriak kagum.
Mereka berdua pergi dari sana, dengan Sasuk yang mendorong kursi rodanya meninggalkan koridor ruang sidang. "Kenapa kau datang kemari? Kau belum sembuh benar, Sakura..." gerutunya. Sakura hanya mendengus geli karena ucapan Sasuke.
"Kejutan?" kata Sakura dengan senyuman yang mengembang seraya menoleh ke belakang menatap kekasihnya dari bawah.
"Aku benar-benar terkejut dengan kejutanmu itu, Sayang...." Sasuke mendengus dan mereka terus berjalan sebagai pusat perhatian di sepanjang jalan mereka.
***
"Sakura-chan?!" pekik Naruto yang terlonjak kaget karena kedatanganku bersama Sasuke-kun di kantin kampus.
"Sakura-chan... apa kabar?" Itu Hinata, tunangan Naruto yang menanyakan kabarku. Kadang aku merasa iri dengan mereka berdua, mereka adalah dua orang yang di jodohkan oleh kedua orang tua mereka. Namun, mereka tidak pernah sekalipun terlihat seperti pasangan yang dijodohkan. Justru mereka terlihat sangat akrab dan saling mencintai.
Apa aku dan Sasuke-kun terlihat seperti itu di hadapan orang lain?
"Sakura?" panggil Sasuke, aku tersentak kemudian menoleh ke arahnya. "Hinata bertanya padamu, tadi." jelas Naruto mengulangi pertanyaan Hinata.
"Oh, iya Hinata? Maafkan aku," Aku merasa bersalah karena tidak menyimak pertanyaan Hinata.
"Tidak masalah, Sakura-chan... Jadi bagaimana kabarmu?" tanya Hinata padaku sekali lagi.
"Tentu saja seperti yang kau lihat.... Tidak mungkin aku mengatakan aku baik-baik saja melihat keadaanku seperti ini." Aku tertawa hambar mengalihkan semua perasaan yang mulai menyuarakan kesedihannya. Mereka semua, Naruto, Hinata bahkan Sasuke-kun... Mereka semua memandangku dengan pandangan bersalah dan sedih.
"Kalian kenapa?" tanyaku bingung, Ah... pura-pura bingung dan tolol lebih tepatnya.
"Kau tidak ingin pesan sesuatu, Sakura-chan?" tanya Naruto dengan nada gugupnya. Aku tahu jika mereka sedang berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Tidak." Bukan aku, itu bukan aku, tapi Sasuke-kun yang menjawabnya. "Dia tidak bisa memakan makanan kantin," Sasuke-kun berkata tegas di depan Naruto yang membuat perhatian pengunjung kantin sesaat teralih kepada kami.
"Naruto, pesankan aku susu beruang. Kurasa tidak masalah jika aku meminum itu, ya 'kan Sasuke-kun?" Aku melihat Sasuke-kun yang melihatku dengan tatapan menyebalkan miliknya itu.
"Terserah kau saja Sakura," tukas Sasuke.
***
Mereka berbicara banyak hal, mengingat mereka jarang bertemu dengan Sakura karena jadwal pertemuan dengan dosen pemibimbing berada di saat tidak tepat, sehingga membuat mereka jarang bertemu.
Mereka sebisa mungkin menghindari topik pembicaraan yang berkaitan dengan sisi emosiona Sakura, tentang bagaimana kecelakaan itu terjadi, misalnya.
"Mungkin akhir pekan ini kami akan berkunjung, Sakura-chan," jelas Hinata yang diangguki Naruto.
Manik-manik emerald itu berbinar bahagia, membuat Sasuke terpaku sejenak karena tidak pernah melihat binar bahagia itu setahun terakhir.
"Apa Ino juga akan ikut, Hinata?" tanyanya dengan mata yang masih berbinar indah.
"Aku tidak tahu, Sakura-chan. Kita juga tahu sendiri bagaimana jam terbang Ino. Aku tidak yakin dia ada waktu luang minggu ini mengingat projek film-nya sudah mau rilis." Sakura menunduk kemudian, rona bahagia itu perlahan menghilang digantikan dengan tatapan sendu yang menyayat hati siapapun yang melihatnya.
"Sudahlah, bukankah aku selalu menemanimu?" hibur Sasuke sembari mengelus helaian merah muda itu.
Sakura tersenyum lagi, meskipun senyumannya tidak sampai ke matanya dan pancaran kesedihan itu masih tampak tapi tetap terlihat cantik dan manis.
*
"Aku lelah sekali, Ya Tuhann..." keluh Sakura ketika ia sudah duduk di ranjangnya.
"Itu yang kupikirkan sejak tadi Sakura, apa kau tidak kelelahan? Kau belum sembuh benar, Sayang." Balas Sasuke ketika pria itu baru saja keluar dari kamar mandi.
Sakura hanya tersenyum dan berusaha membuat Sasuke tidak khawatir padanya, tapi kenyataannya ia masih membuat Sasuke mengkhawatirkannya.
Kamar itu kembali hening karena kesibukan penghuninya masing-masing. Sakura yang sedang melamunkan sebuah hal, dan Sasuke yang mengecek pesan yang berisi ucapan selamat dari beberapa orang di ponselnya.
"Sasuke-kun?" panggil Sakura. Sasuke hanya berdeham tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
"Sasuke-kun?" panggilnya sekali lagi. Dan sekali lagi, Sasuke hanya berdeham tanpa menanggapi lebih lanjut panggilan Sakura.
"Sasuke-kun?" Panggilnya untuk yang ketiga kalinya, matanya sudah berkaca-kaca. Ia merasa ketakutan dengan kediaman Sasuke yang tidak mengacuhkannya. Ketakutannya yang berlebihan karena perbuatan Sasuke di masa lalu, suara desahan nikmat yang memaksa Sasuke untuk berbuat lebih pada sosok di bawahnya dan suara jeritan dari orang-orang yang ada di dalam bus ketika malam kecelakaan itu membuat kepalanya penuh dan semuanya berputar-putar.
Sasuke mengangkat wajahnya ketika ia sudah selesai memeriksa dan membalas beberapa pesannya dan perhatiannya teralih pada Sakura yang sejak lima menit lalu memanggilnya dan tidak ada kalimat lebih lanjut dari wanitanya itu.
"Sakura?"
*
Selamat menempuh ujian SBMPTN buat semuanya yang hari ini tes. Semoga mendapatkan yang terbaik dan dimudahkan 😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
LIE [COMPLETE]
Fanfiction[END] [17+] Ikatan benang merah diantara tangan kami masih terasa kuat di setiap ujungnya, aku masih mencintainya dan aku terus mencoba untuk menahannya. Namun kenapa di sisinya aku merasa ikatan ini terlalu mencekikku setiap detiknya? Ketidakberday...