DUAPULUH

6K 469 77
                                    

"Sasuke-kun, kita jadi ke rumah utama hari ini?" tanya Sakura dari dapur ketika melihat Sasuke sudah duduk di meja makan.

Sasuke melihat ke arah Sakura yang masih sibuk mengaduk sup untuk mereka sarapan pagi ini, "Tentu saja, tapi aku harus mengurus beberapa hal dulu di kantor."

"Baiklah kalau begitu," balas Sakura, lalu datang menuju meja makan dengan dua mangkuk sup di tangannya.

"Oh ya Sasuke-kun, aku akan bertemu dengan teman-teman hari ini, apa boleh?"

"Ino dan Hinata?" Sakura mengangguk. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak bertemu karena kesibukan mereka masing-masing.

"Boleh 'kan?" tanyanya lagi.

"Terserah kau saja, lagipula jika aku melarangmu kau juga akan tetap pergi 'kan?" cibir Sasuke dan membuat Sakura tertawa canggung.

"Baiklah, aku selesai. Aku berangkat." Sasuke bangkit dari duduknya diikuti Sakura di belakangnya dan mengantar pria itu sampai pintu depan.

"Hati-hati," ucapnya, Sasuke mengangguk dan mencium kilat kening wanita itu.

***

Sakura yang sudah rapi dan bersiap berangkat untuk menemui teman-temannya kini harus tertunda karena hujan yang tiba-tiba mengguyur dan bel di gerbang depan terus berbunyi dengan tidak sopan.

Ia bangkit dari meja riasnya dan berdrcak menyebalkan, kemudian keluar untuk melihat siapa yang bertamu di tengah hujan yang mengguyur deras.

Sakura terkejut bukan main hingga payung yang di pakainya jatuh begit saja ketika ia melihat keranjang yang berisi seorang bayi yang menangis kedinginan di tinggal di depan rumahnya.

Ini buruk, nalurinya mengatakan bahwa ia harus segera membawa bayi itu masuk. Ia segera mengambil bayi itu tanpa banyak berpikir, yang terpenting adalah anak itu segera mendapatkan tempat berteduh dan tidak kehujanan.

Sakura kembali dibuat bingung dengan keadaan anak itu yang basah kuyup, semua barang yang ditinggalkan untuk bayi mungil itu ikut basah. Ia tidak punya perlengkapan bayi apapun dan dengan tergesa ia segera meraih ponsel yang tergeletak di meja dan menghubungi Sasuke.

"Halo?"

"Sasuke-kun, apa kau sibuk hari ini? Bisa kau pulang sebentar? Ah ya beli juga beberapa pakaian bayi dan selimut, aku butuh bantuanmu, aku akan menjelaskannya di rumah. Cepat!" Sakura berkata cepat dan tidak membiarkan Sasuke menyelanya sama sekali hingga kemudian telepon itu terputus.

*

Sasuke ikut panik mendengar kepanikan Sakura dari telepon, ia takut terjadi sesuatu dengan istrinya. Dengan segera ia pergi dari kantornya dan bergegas menuju rumah.

Pakaian bayi, selimut, pakaian bayi, selimut. Kata-kata itu seolah menyadarkan Sasuke dari kebingungan yang menamparnya. Dengan mengumpulkan realitasnya, pria itu berhenti di sebuah toko perlengkapan bayi yang di lewatinya di jalan dan masuk ke sana.

Ia dengan cepat meraih beberapa pakaian bayi dan selimut serta beberapa botol susu dan susu dengan berbagai merk dan usia. Ia tidak tahu apa yang dibutuhkan dan ia tidak bisa terlalu lama memilih, kepanikan Sakura telah meracuni pikirannya dan dia harus segera sampai di rumah.

Setelah membayar dia segera melesat di tengah hujan deras untuk segera sampai di rumah.

"Sakura?!" panggilnya ketika ia sampai di rumah dengan badan yang basah kuyup dan beberapa kantong belanja di tangannya.

Dengan menggendong sesuatu, Sakura menuruni tangga dan menyusul Sasuke yang kini bergegas naik ke lantai dua.

"Sasuke-kun, mana selimut dan pakaiannya!?" tanyanya pada Sasuke yang mematung melihat bayi yang ada di gendongan Sakura.

Dengan patuh dia memberikan kantong itu ditengah kebingungannya terhadap apa yang dibawa Sakura.

Secepat mungkin Sakura masuk kembali ke dalam kamar dan mengganti pakaian anak itu, dan menyelimutinya.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Sakura?" tanya Sasuke yang kini sudah meraup kesadarannya dan melihat Sakura yang masih menenangkan anak itu.

Sakura diam tidak menjawab, setelah anak itu tertidur lelap ia baru mendekati Sasuke dan menjelaskan apa yang terjadi.

"Aku takut sekali, Sasuke-kun...,"

"Dia siapa Sakura?" tanya Sasuke dengan menatap heran bayi laki-laki itu.

"Entahlah,aku tidak tahu... Aku menemukannya begitu saja di depan rumah kita, di suratnya dituliskan dia anakmu, Ken." jelas Sakura dengan nada bergetar.

Sasuke tertegun, ia memiliki seorang anak? Bahkan ia baru menikah dengan Sakura empat bulan yang lalu bagaimana bisa?

Bayi laki-laki yang berusia sekitar setahun itu memusatkan atensi Sasuke sepenuhnya, jika dilihat memang benar ciri fisiknya sangat dirinya sekali, tapi siapa yang tahu? Siapa ibu dari anak ini? Ia mencoba mengingat siapa-siapa yang pernah tidur dengannya selain Sakura, dan pikirannya terhenti pada Mei.

Wanita itu, pantas saja sejak sebulan yang lalu dia resign dari kantor. Tapi untuk apa dia meninggalkan anaknya di depan rumahnya? Bukankah ia bisa saja menyerahkannya secara langsung padanya?

Sasuke melepaskan pelukannya dari Sakura kenudian mendekati bayi yang tertidur lelap yang bergerak-gerak gelisah. Dengan hati-hati ia meletakkan tangannya pada kening Ken dan menyentuhnya.

"Sakura, Ken demam." katanya membuat Sakura yang masih bergetar ketakutan seketika menengok ke arah Sasuke berada.

"Sungguh? Tapi tadi dia baik-baik saja, Sasuke-kun...,"

"Sekarang tenangkan dirimu, kita bawa dia ke rumah sakit. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengannya." tukas Sasuke, yang bagaimanapun anak itu adalah anaknya.

***

Keduanya menunggu dengan panik di ruang tunggu UGD sedangkan anaknya sedang diperiksa di dalam sana.

Hening melanda di sekitar mereka, dengan keberanian tinggi Sasuke bertanya pada Sakura. "Sakura...," panggilnya yang membuat Sakura menoleh ke arahnya.

"Kau... Tidak marah padaku?" tanya Sasuke ragu-ragu. Jujur saja ia takut jika Sakura membencinya, terlebih membenci anak yang tidak bersalah seperti Ken.

"Marah?" Jawab Sakura membeo.

"Tentu saja aku marah, Sasuke-kun... Tapi itu tidak merubah apapun, yang ada hanyalah kebencian dan kekecewaan yang semakin berat setiap harinya jika aku membencimu...."

"Bukankah aku sudah memutuskan menerima semua masa lalumu dan merangkai masa depan bersamamu di hadapan Tuhan?" Sakura menjawab lembut, ia mengelus bahu tegap Sasuke.

Sasuke terhenyak mendengar kata-kata Sakura. Ia tidak pernah mengerti bagaimana jalan pikiran wanita itu setelah semua yang terjadi padanya.

"Terimakasih," jawab Sasuke sambil menunduk karena ia tidak mampu menatap wajah Sakura.

***

LIE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang