...
Tiffany memutuskan untuk tak membangunkan Taeyeon yang tengah tertidur di pangkuannya, lebih tepatnya paha Tiffany menjadi bantalan untuk kepala Taeyeon padahal bell masuk sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu, Tiffany terlalu tak tega untuk membangunkan yonja yang tengah tertidur di pangkuannya, apalagi saat ia melihat ada lingkaran hitam di bawah mata yonja bernama Taeyeon itu.
karna sejujurnya Tiffany tahu bahwa Taeyeon sering mengalami ganguan tidur apalagi setelah kejadian 2 tahun lalu, mimpi buruk itu pasti terus membayangi Taeyeon meski Taeyeon sendiri tak pernah menceritakan hal itu, dia terlalu asik menyimpan masalahnya sendiri, sungguh terlalu percaya diri pikir Tiffany yang kadang agak kesal karna Taeyeon begitu pandai menyimpan masalah dan perasaanya dengan apik.
" haruskah aku memaksa mu untuk menceritakan segalanya...?
Karna kau terlalu dalam untuk ku telusuri tae!" gumam Tiffany dengan tangan yang terus asik mengelus kepala Taeyeon.Taeyeon membuka sedikit kedua matanya yang terasa sedikit perih, sebelum ada tangan yang mulai menutupi cahaya matahari yang menyorot wajah putih Taeyeon.
Taeyeon sedikit mengerutkan keningnya saat mendapati Tiffany yang tengah memandang lembut wajahnya.
" Tiffany?" panggil Taeyeon dengan suara serak khas orang bangun tidur.
" sudah merasa lebih baik, sebaiknya kita pulang kau juga makan siang bukan!" jelas Tiffany dengan senyuman tulus yang tentu saja dengan cepat membuat pipi Taeyeon memerah apalagi kini posisi mereka belum berubah sama sekali kepala Taeyeon masih berada di pangkuan Tiffany dan wajah Tiffany yang condong ke arahnya.
" maafkan aku!" saut Taeyeon yang dengan cepat membetulkan posisinya.
" ne, kalau begitu ayo kita pulang!" ucap Tiffany sambil menarik tangan Taeyeon dari tempat itu.
Mereka pergi padahal waktu saat itu masih menuju kan pukul 2 siang setidaknya masih ada beberapa jam sebelum siswa yang lain selesai dengan pelajaran mereka dan pulang ke rumah masing2.
Tapi siapa yang peduli? itu sama sekali tak berarti untuk Taeyeon maupun Tiffany toh selama ini mereka selalu menempati posisi pertama dan kedua jika ulangan disusul dengan jessica, yoona, yuri, sunny dan soohyoung tak dapat di dipungkiri mereka adalah siswa yang selalu memuncak posisi teratas setiap kali ada ulangan. Dan seluruh siswa di sekolah itu pastinya memaklumi sikap mereka, terutama Taeyeon yang sering membolos dan tidur di kelas meski mungkin sebagian orang akan bingung bagaimana seorang siswi yang selalu tertidur dan membolos saat pelajaran dapat menjadi siswa paling pintar di sekolah..?
Sungguh bahkan tak ada yang ingin repot2 mencari tahu hal tersebut, cukup dengan kata " di atas rata2 " maka semua orang akan mengerti dan menerima keadaan Taeyeon.
Mereka kini tengah duduk dengan posisi saling berhadapan di salah satu cafe yang berada dekat dari sekolah mereka.
" ada apa?"tanya Taeyeon yang sejak tadi merasa risih dengan tatapan yonja bermarga hwang di depannya.
" kau tak ingin menceritakan apapun pada ku?" tanya nona hwang itu dengan tatapan menyelidik, hingga yonja yang di tatapanya hanya bisa menelan ludah dengan sulit.
" tidak, apa yang harus aku ceritakan?" saut Taeyeon berusaha utuk tak merasa terintimidasi oleh tatapan menyelidik dari mata bulan sabit itu.
" Sungguh?" ucap Tiffany sembari menaikan satu halinya seolah sengaja menyudutkan Taeyeon.
" kau membuat ku takut fany-ah!" tegur Taeyeon, ada nada tak suka di sana, dan alhasil Tiffany cemberut karenanya.
" baiklah kalau begitu, ku pikir 10 tahun sudah cukup untuk membuat mu percaya pada ku!" ucap Tiffany sedikit bergumam.
" ck, fany-ah maafkan aku tapi aku benar2 tak tahu apa yang harus aku ceritakan pada mu...!" jelas Taeyeon dengan raut wajah bersalah.
" hm, baiklah lupa kan saja...tapi Berjanjilah ceritakan pada ku jika kau sedang ada masalah, jangan menyimpannya sendiri tae, mereka (masalah Taeyeon) tak akan berubah jadi emas meski kau pendam lama2!" cetus Tiffany sembari meminum Americano miliknya, dan seperti biasa Taeyeon hanya mengangguk sebagai isyarat bahwa dia mengerti.
*
*
*
Setelah selesai dengan makan siang mereka, kedua yonja itu pun memutuskan untuk pergi ke bukit, mungkin setelah ini mereka akan lebih sering datang ke tempat itu, Tiffany sangat suka dengan pemandangan di sana dan Taeyeon memaklumi itu, karna bagi Taeyeon dimana pun, kapan pun asal bersama dengan Tiffany tak akan ada masalah untuknya." Aku senang kau menyukai tempat ini, tapi sungguh kau tak pernah datang ke bukit ini?" tanya Taeyeon yang kini duduk di jok belakang sepedanya sedangkan Tiffany sedang berdiri sembari menyandarkan tubuhnya di pagar pembatas jembatan yang ada di bukit itu.
" hmm, bahkan aku baru tahu ada tempat seperti ini disini, aku baru dua tahun pindah ke wilayah ini tae!" jelas Tiffany sedangkan Taeyeon hanya mengangguk.
" ck, jujur aku masih kesal pada mu tae, bagaimana bisa kau baru membawaku ke tempat ini, bahkan setelah 2 tahun!" decak kesal Tiffany dan lagi2 Taeyeon hanya terkekeh pelan, semua sudah tau pasti jika Taeyeon menang jarang bicara banyak. Dan akan aneh bukan jika Taeyeon bersikap bawel.
Hening seketika mereka berdua hanya terdiam sembari menatap langit yang mulai mengelap di atas kepala mereka, hingga tiba2 Taeyeon angkat bicara.
" bagaiman hubungan mu dengan nickhun, apa kencan kalian berhasil kemarin?" tanya Taeyeon meski tak menatap ke arah Tiffany, hatinya terlalu sakit dan rapuh untuk menatap gadis itu.
" kencan apa? kami hanya pergi belanja!" jawab Tiffany datar.
" ooh!" gumam Taeyeon datar hingga Tiffany dibuat aneh olehnya.
" kau sendiri, kemarin kemana?" tanya Tiffany dengan tatapan curiga.
" dirumah seperti biasa, apalagi!" saut Taeyeon sama datarnya seperti jawaban Tiffany tadi.
" kau tak bosan apa?"
" bosan? Seharusnya aku yang bertanya pada mu kau tak bosan bersama ku, maksud ku aku hanya seperti ini setiap hari menjemput mu, pergi ke sekolah, belajar dan mengantar mu pulang!" ucap Taeyeon sembari menatap lemah wajah Tiffany.
" menurut mu?" tanya balik Tiffany sembari mantap lurus ke arah Taeyeon.
Taeyeon terdiam sejenak, beberapa kali menghembuskan nafas panjangnya perlahan, "mungkin orang pikir akan jadi membosankan jika hanya punya satu warna. Tapi siapa yang perduli selama aku menikmatinya!" ucap Taeyeon yakin sembari mendongkrak kepalanya menatap langit jingga hari itu.
" sungguh?
" ya! Bahkan aku bisa mengatakan itu dengan lantang sekarang...! Aku tak seperti mu! Kita bahkan saling bertolak belakang!" jelas Taeyeon lagi tatapanya tajam kearah Tiffany.
" jadi" tanya Tiffany sembari berjalan menghampiri Taeyeon.
" dunia ku sama sekali tak cocok untuk mu!" jawab Taeyeon cukup keras dan tegas wajahnya menunduk dalam menatap datar rumput yang ada di bawah kakinya, dadanya sesak seolah dia baru saja mendapat pukulan di sana saat mengatakan hal itu, hal yang sudah lama mengganjal di hatinya.
" tidak!" ucap Tiffany yang kini tengah menangkup wajahnya Taeyeon dengan kedua lengan lentik dan lembutnya, agar Taeyeon mau menatap kedua manik matanya.
" Aku menyukai warna mu, dunia mu! Apa salahnya jika hanya hitam dan abu2, aku akan memberinya untuk mu setiap warna milik ku, menemani mu mengenal setiap warna. Aku ingin kau tahu setiap rasa dari warna dunia karna...Aku hanya takut kau akan jadi buta..., Taeyeon percayalah!" jelas Tiffany dengan begitu yakin sebelum mulai memeluk erat tubuh kecil Taeyeon, setidaknya Tiffany hanya ingin Taeyeon tahu bahwa dia menerima Taeyeon apa adanya, dan dia bisa membantu Taeyeon dengan masalahnya.
" berjanji lah fany-ah, atau aku akan membuat mu menyesal jika mengingkari hal ini..., Berjanjilah untuk tak meninggalkan ku!" ucap hilir Taeyeon sambil membalas pelukan Tiffany wajah Taeyeon kini tepat berada di dada Tiffany, karna posisi Tiffany yang berdiri sedangkan Taeyeon terduduk di sepedanya.
" Aku berjanji dengan nyawa ku, kau boleh ambil itu tae, jika aku mengingkarinya!"
" sungguh, karna aku akan benar2 mengambil paksa itu dari mu!"
" Sudah pasti akan di lakukan, jika itu kau tae!"jawab Tiffany sambil terkekeh.
Key.
KAMU SEDANG MEMBACA
andante ( judul asli ).
FanfictionTaeyeon tak punya cukup kata untuk menjelaskan, tak punya cukup keberanian untuk mengungkapkan. Tapi dia punya cukup banyak alasan kenapa. Sayangnya tiffany tak mengerti, dan semakin buruk dengan segala rekanan yang ada. Sesungguhnya mereka hanya pe...