click

245 36 1
                                    

...

Taeyeon tak henti-hentinya melafalkan doa sejak duduk di kursinya, hal yang jarang taeyeon lakukan kecuali jika tiffany memaksa dan menarik gadis itu ke gereja setiap Minggu untuk beribadah seperti dulu.

Bahkan mrs.kim saja sampai terkekeh melihat tingkah putri tunggalnya yang bersikap seolah dia adalah peserta yang tengah gugup menanti giliran.

" Eomma yakin Irene pasti bisa taeyeon-ah!" Kata mrs.kim menggenggam erat lengan sang anak.

Sejujurnya bukan hanya itu tapi lebih dari ini taeyeon merasa dibayangi. lampu sorot yang menyorot langsung keatas panggung, piano hitam yang ditaruh tepat di tengah sana, tatapan para juri juga penonton, sorakan mereka, atau wajah gugup setiap peserta dan atmosfir tegang disana seakan menggetarkan hatinya.

Dua tahun ia lupa rasanya, mencoba untuk lupa sebenarnya. sebisa mungkin menjauh dari hal-hal menyangkut tentang ini tapi kini berkat seorang gadis dia kembali, ketempat ini bertemu orang-orang dari masalalunya.

Semua hal yang ada disana masih sama, warna kursi, piano itu lampu panggung, langit-langit, wangi udara disana yang seakan menusuk dada.

Taeyeon ingat dulu tiffany dan sahabat-sahabatnya lah yang selalu duduk disini, dikursi penonton menyoraki namanya dengan binar mata yang seolah mengatakan jika mereka bangga, tiffany yang bertepuk tangan sangat kencang, Sooyoung, Yuri dan Yoona yang berteriak, atau Jessica yang tak pernah lelah menyemangatinya, Taeyeon ingat semuanya.

Teeeeeeetttt...

Suara bel yang begitu nyaring berbunyi agak lama menandakan jika permainan peserta berakhir, kini giliran Irene yang naik keatas panggung gadis itu sangat cantik dengan balutan dress warna putih selututnya, tampak sangat bercahaya dibawa lampu sorot itu.

Matanya bergerak mencari seseorang, ya taeyeon yang sadar itu pun lalu bangkit dan melambaikan tangan, lagi-lagi hal yang jarang gadis itu lakukan dia tak suka jadi pusat perhatian tapi demi Irene taeyeon rela melakukan.

Irene tampak tersenyum saat menyadari Taeyeon rela berdiri untuknya apalagi saat gadis itu tersenyum hangat kearahnya.

Desas-desus dari para penonton pun kembali taeyeon dengar, sekarang dia jadi pembicaraan banyak orang.

" Itu bukankah...itu Kim Taeyeon si bocah piano!"

" Pianis cilik itu kembali "

" Wah, Daebak...putri Kim Jun oh kembali "

" Putri eomma masih sangat terkenal rupanya!" Dan datanglah sikap jahil sang eomma yang kini menyeringai disamping anaknya.

Taeyeon mengalihkan pandangannya malas, sang eomma rasanya sama saja tak ada yang bisa serius dari kedua orang tuanya, taeyeon kadang ragu kenapa sifatnya sangat berbeda dengan kedua mereka.

Dentingan piano terdengar, Turkish match dari Mozart. Dimainkan dengan begitu halus di sana, seluruh peserta hari itu akan memainkan lagu yang sama dan satu lagu dari list mereka, tapi taeyeon yakin Irene dapat memainkan lagu itu dengan berbeda sebab taeyeon tau Irene itu spesial dan gadis itu akan melakukannya sebaik mungkin untuk sang kakak.

Jari-jari lentik itu bermain dengan lihai, semua orang yang mendengar itu pun pasti tahu jika Irene benar-benar berusaha melakukan yang terbaik untuk musiknya, terlihat dari semua penonton yang terperangah melihat permainannya.

" Dia bermain seperti mu...!" Tutur mrs.kim tampak tak percaya tertegun dikursinya, pupil wanita paruh baya itu melebar rasanya seperti sedang melihat sang anak yang bermain disana, diatas panggung yang bersinar. Tak jauh dari sang eomma taeyeon pun tampak sama, permainan Irene yang saat ini cukup berbeda dengan yang terakhir taeyeon dengar.

andante ( judul asli ).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang