Keluarga Toni pun pulang. Aurel tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, mata Aurel menyelidik pada Kesya. Ia bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Kesya pun mulai bercerita.
Saat Kesya dan Ani sedang bermain, awalnya semua terlihat normal, Kesya asyik berbincang dengan Ani sehingga lupa bermain dengan Sia.
"Mana yang namanya Sia itu?." tanya Ani penasaran.
Kesya menunjukkan bonekanya, "Ini yang namanya Sia. Namanya Anastasia dan aku memanggilnya Sia."
Ani menyentuh boneka itu, meraba wajahnya. Sungguh boneka yang cantik, kata Ani. Kemudian Ani membelai rambut Sia dari atas sampai bawah. Ani terlihat senang dengan Sia, Ani memberikan Sia pada Kesya lagi.
"Dimana kamu membelinya?."
"Aku gak beli. Aku menemukan Sia didalam lemariku saat aku beres-beres." katanya.Kesya dan Ani berganti topik, mereka membicarakan tentang sekolah mereka. Selang beberapa waktu, Ani mengajak Kesya bermain kejar-kejaran, maklumlah anak kecil. Kesya mengejar Ani, tak sengaja kaki Ani menginjak kaki Sia. Tanpa ada yang mendorongnya, Ani terjatuh dengan sendirinya. Kesya membantu Ani berdiri. Tiba-tiba Sia bangun lalu berjalan kearah Ani.
Mata Ani membelalak ketakutan. Sempat tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Boneka itu tersenyum bengis padanya, senyumnya seakan menegejek. Lalu boneka itu jatuh sendiri. Dilanjut dengan keluarnya bayangan hitam mengerikan. Namun, Kesya melihat itu adalah sesososk Sia temannya, tapi tidak dimata Ani. Sosok itu sangat mengerikan. Wajah hancur penuh darah serta mata yang tak memiliki bola mata, ruang mata itu kosong.
Ani menangis ketakutan, tangan Sia mencengkram kedua pudak Ani dengan kencang dan Ani pun kesakitan lalu menjerit sangat keras. Wajah Sia tampak marah pada gadis itu. Kesya mengehentikan tindakan Sia. Kesya meneriaki Sia dengan marah. Cengkraman itu terlepas. Tiba-tiba saja Sia menghilang.
Dan saat itulah semua yang didalam rumah keluar.
Setelah insiden itu, rasa penasaran Aurel semakin tinggi. Ia akan mencari tau apa yang sebenarnya terjadi dirumah ini. Aurel hampir lupa untuk membersihkan ruangan itu, akhirnya Aurel dan Ali membawa beberapa peralatan untuk membersihkan ruang kosong itu. Berbekal masker, mereka pun membuka semua kain putih yang menutupi barang-barang. Ali menemukan peti yang tak begitu besar, warna coklat tua yang kusam berlapis debu. Peti itu terkunci rapat.
"Mi." panggilnya.
Aurel mendekati Ali.
"Ini peti apa?." tanya Ali heran.
Aurel menyentuh peti itu. "Mami belum pernah liat. Coba buka." perintah Aurel.
"Terkunci." kata Ali memegang gemboknya.Aurel beranjak pergi mencari kunci itu, siapa tau ada kunci disekitar ruang itu. Aurel membongkar semua barang didalam sana, tak ada kunci satu pun. Ia kembali menemui Ali.
"Gak ada kunci. Sudahlah, kita masih banyak pekerjaan. Tinggalkan peti itu, biarlah menjadi urusan belakangan." kata Aurel menyerah.
Ali dan Aurel kembali membereskan semua barang-barang disana. Welda kembali dari rumah temannya, tadi ada sedikit urusan. Segera ia menemui Aurel dan Ali diruang kosong itu, membantu mereka bersih-bersih.
Tiga jam telah berlalu, cukup lelah membereskan tempat itu hingga benar-benar bersih. Mereka bertiga kelelahan, sangat lelah hari ini. Keringat menetes di pelipis Ali, tubuhnya bau kecut karna mandi keringat. Benar saja, didalam sana sangat pengap dan menyesakkan. Untung saja semua itu tlah berakhir.
Welda menanyakan tentang teman Kesya yang tadi mengunjungi rumahnya. Aurel ragu menceritakan hal ini pada Welda, entah Welda akan percaya atau tidak. Karna ia tau Welda tak mudah percaya dengan hal-hal berbau supranatural. Namun, ia juga tak mau menyembunyikan insiden tadi. Akhirnya Aurel menceritakan semua itu. Seperti yang ia pikirkan, Welda menganggapnya hanya lelucon. Ali membantu Maminya bercerita kejadian janggal itu.
Welda tertawa, "Mana ada setan pagi-pagi begini?."
"Kesya sendiri yang cerita Pi." Ali meyakinkan.
"Itu mungkin halusinasi anak-anak aja. Hal semacam itu sudah biasa untuk anak seumuran mereka." bantah Welda.Welda benar-benar tak mempercayai cerita Aurel dan Ali. Mau bagaimana lagi? Welda malah menganggapnya sebagai lelucon.
Pukul 19:40
Seusai makan malam. Aurel pergi ke kamar mandi didalam kamarnya. Ia menyikat gigi sebelum tidur. Seusai menyikat giginya, Aurel membasuh wajahnya dengan air dari kran. Air itu menyejukkan wajahnya.
Bunyi pintu kamar mandi terbuka sedikit, meninggalkan celah sejengkal. Aurel membuka pintu, ia mengira itu Welda yang ingin pergi ke kamar mandi. Ternyata kamarnya kosong. Mungkin Welda sudah pergi ke kamar mandi bawah, pikirnya. Selang beberapa menit, Welda masuk kamar.
"Maaf ya Pi. Tadi Mami lagi gosok gigi. Jadinya Papi nunggu lama." ucap Aurel menyesal.
Ekspresi Welda menanggapinya aneh, dahi Welda berkerut. "Kamu ngomong apa, Mi?."
"Tadi bukannya Papi buka pintu kamar mandi, waktu aku lagi gosok gigi?." tanya Aurel balik, ia terlihat bingung.
"Dari tadi Papi dibawah baca koran. Baru ini masuk kamar."Wajah Aurel memucat. Ia menelan ludahnya. Mencoba menghapus ketakutannya. Aurel pun pergi tidur.
Sementara itu..
(Dikamar Kesya)
"Aku gak bermaksud memarahimu." kata Kesya sambil menangis.
"Ahh! Kau lebih membelanya. Harusnya kau biarkan saja aku membunuhnya!." seru Sia marah.Kesya masih terus menangis, meminta maaf pada Sia. Tangisan Kesya terdengar hingga kamar Ali, konsentrasinya buyar mendengar tangisan adiknya yang tak kunjung henti. Ia memutuskan untuk melihat Kesya, mengapa adiknya menangis? Hal apa yang membuatnya menangis?
Ali mendengarnya lagi, lagi dan lagi. Suara itu seperti membayanginya, seperti bersarang dalam telinganya. Ia hafal betul dengan suara itu. Ia mengintip lagi, tapi kali ini lebih hati-hati. Membuat sedikit celah dipintu. Mulut Ali ternganga melihatnya, ia langsung membaca lantunan ayat kursi yang slalu diajarkan oleh guru agamanya sewaktu SD.Sia menyadari keberadaan Ali. Telinga Sia kepanasan bagai dibakar dengan api menyala-nyala. Dengan raut marah, Sia menuju pintu. Ali masih membaca ayat kursi dengan menutup matanya, karna terlalu takut melihat sosok wanita itu. Wajah Sia berdekatan dengan wajah Ali, sekitar lima senti dari celah pintu. Mata Ali mengintip sedikit, apakah dia sudah hilang? Belum sempat membuka seluruh matanya, Ali kembali menutup matanya dengan mulut masih berkomat-kamit. Keringat dingin masih bercucuran tanpa henti.
Kreeekkkk!!!
Suara pintu terbuka?
Ia mendengarnya cukup jelas, jantungnya berdetak seperti pacuan kuda. Sangat kencang. Ia tak tau apa yang akan terjadi padanya kali ini, kakinya tak bisa digerakkan. Tubuhnya mati rasa.
Ada yang menepuk pundaknya. Ali spontan berteriak ketakutan.
"Kak Ali kenapa?." tanya suara mungil.
Ali membuka matanya. "Kesya?." napasnya terengah-engah.
"Kak Ali ngapain ngintip dikamar ku?." tanya Kesya tak suka.
"E-e-engga apa-apa kok. A-aku tadi--. Cuma lewat aja." Ali tak bisa menghilangkan ketakutannya.Karna tak mau adiknya tau jika dirinya sedang mengintip sesuatu di kamarnya, Ali pun kembali ke kamarnya. Kesya tak suka dengan tingkah kakaknya kali ini.
~0~0~0~
Tbc :))
Makasih yg udh baca cerita ku ini, ak minta vomment ya guys😊😊😊
Mungkin cerita ku yg genre horor ini partnya cuma dikit, gk kayak cerita romance yg ak buat sebelumnya😂 takutnya ntar pada bosen klo banyak2 part.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anastasia
HorrorSuatu hari gadis kecil bernama Kesya bersama keluarganya pindah ke sebuah rumah ditepi kota. Sudah 20 tahun rumah itu kosong dan akhirnya Papinya Kesya membelinya karna ada bisnis dikota tersebut. Kesya memiliki satu kakak laki-laki bernama Ali. Kes...