Ketika malam tiba, tepatnya saat makan malam, Ali tak terlihat malam itu. Aurel mendatangi kamarnya untuk mengajak makan malam. Ali merasa tidak selera makan, lalu memutuskan untuk tidur. Aurel tidak bisa memaksanya, Ali benar-benar menolak ajakannya. Saat di meja makan, Welda sempat bertanya pada Aurel mengapa Ali tak ikut makan malam? Aurel hanya bisa menjawab, Ali tak enak badan jadi ia memutuskan langsung tidur.
Welda tak merasa curiga pada sikap aneh Ali. Saat usai makan malam, Aurel menyuruh Kesya mengantar segelas susu ke kamar Ali. Hati Aurel gelisah, ingin menceritakan pada Welda tapi takut dia hanya menanggapinya gurauan lagi. Ini tak boleh dibiarkan terlalu lama, takutnya sesuatu yang lebih buruk akan terjadi pada keluarganya.
Aurel menarik napas panjang, lalu menghembuskan secara perlahan. Lalu, mulai berbicara pada Welda dengan serius. Dengan jantung berdebar dan keringat yang mengucur deras di wajahnya, Aurel menceritakan semua yang Ali tadi ceritakan. Welda mendengarkan cerita Aurel dengan seksama. Sudah ku duga, batin Aurel. Lagi-lagi Welda tak menanggapinya dengan serius. Memang dasar keras kepala suaminya itu. Welda kembali membaca korannya. Aurel kesal dengan kelakuan Welda, karna ini menyangkut anaknya tapi dia merespon tenang-tenang saja. Seakan semua aman terkendali. Aurel sedikit marah dan menggerutu dalam hati, lalu ia meninggalkan Welda ditempat.
Pukul 23:00
Welda menghentikan aktivitasnya. Ia kembali ke kamar. Matanya mengantuk sekali, ketika ia mengambil gagang untuk membuka pintu tangannya terhenti dan melihat ada seorang gadis, tingginya sama seperti Kesya. Gadis itu masuk ke ruang kosong, Welda beralih dari pintu menyusul gadis itu. Langkahnya pelan, agar tak menimbulkan suara.
Pintu terbuka, ia menyisakan celah sedikit untuk mengintip didalam. Gadis itu masih ada didalam, berdiri mematung tanpa ada gerakan sedikitpun. Tunggu, ada yang aneh dari anak itu, mengapa dia menggunakan gaun putih? Timbul rasa heran. Tiba-tiba mata kanannya kemasukan debu, ia mengucek-ucek matanya dengan tangan kanannya. Dan gadis itu sudah lenyap, sontak ia kaget. Ia membuka pintu lebar-lebar, untuk meyakinkan jika gadis itu masih disana.
"Mana dia?." tanyanya pada diri sendiri.
Welda mengelilingi ruangan itu, benar-benar tidak ada siapapun. Atau mungkin itu hanya halusinasiku saja? Sudah larut malam juga, dan aku mulai mengantuk, katanya.
Welda kembali ke kamarnya, lalu bergegas tidur.Keesokan harinya..
Aurel tak bicara sekata pun pada Welda pagi itu, Aurel masih marah dengan sikap Welda.
"Ali? Makan yang banyak ya, semalem kamu gak makan." Aurel mulai bicara. "Jangan banyak-banyak Mi. Perutku mual kalo makan banyak." kata Ali.
"Kamu sakit apa, Li?." tanya Welda.Ali membisu, hanya menatap Welda lalu beralih ke Aurel. Ia tak mau harinya diawali dengan cerita seramnya. Ia memilih mengunci mulutnya.
"Sudah aku bilang semalam." cetus Aurel, menjawab pertanyaan Welda yang dilontarkan pada Ali.
"Apa?."
"Cerita semalam, Papi mendengar ceritaku kan?."
"Soal han..." belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Ali menyahut.
"Udah Pi. Jangan dilanjutkan!." seru Ali menutup kedua telinganya.Dengan wajah takutnya, Ali meninggalkan meja makan tanpa menghabiskan sarapannya.
"Lihat! Lihat! Gara-gara kamu." pekik Welda, dengan nada tinggi.
"Kenapa nyalahin aku?." tanya Aurel dengan mata menyala-nyala.
"Sudah aku bilang, hantu gak ada! Jangan cerita hantu pagi-pagi, inikan akibatnya!!!."Tontonan yang tak layak ini, membuat mata Kesya berair. Ia menutup kedua telinganya dan mulai menangis. Aurel sadar, masih ada Kesya di meja makan. Welda dan Aurel menghentikan pertengkaran mereka, dan menenangkan Kesya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anastasia
HorrorSuatu hari gadis kecil bernama Kesya bersama keluarganya pindah ke sebuah rumah ditepi kota. Sudah 20 tahun rumah itu kosong dan akhirnya Papinya Kesya membelinya karna ada bisnis dikota tersebut. Kesya memiliki satu kakak laki-laki bernama Ali. Kes...