Bab 25

2K 155 90
                                    

Aurel masih menunggu kedatangan Rosalia. Dua puluh menit telah berlalu, akhirnya bantuan datang juga. Rosalia menelpon Aurel, memberitau jika ia, Gandhi, Ustadz Azhari dan Roy sudah tiba. Aurel meminta Ali menjaga Kesya didalam kamar, sementara dirinya menemui Rosalia dibawah.

"Inget ya sayang, tetap kunci pintu. Jangan dibuka sebelum Mami nyuruh buka." pesan Aurel.
"Tapi kalo iblis itu menyamar lagi gimana Mi?." tanya Ali takut.

Aurel berpikir sejenak,

"Beri Mami pertanyaan yang hanya kamu dan Mami yang tau."

Ali mengangguk paham, Aurel pun segera menemui Rosalia dibawah. Dengan langkah cepat, Aurel terus berlari melalui anak tangga.

Aurel membuka pintu,

"Ros." Aurel memeluk Rosalia.
Rosalia membalas pelukannya. "Tenanglah Aurel."

Aurel melepaskan pelukannya. Mereka pun berdiskusi diruang tamu. Wajah Aurel sangat ketakutan, matanya berkaca-kaca, tubuhnya tampak gemetar. Rosalia mendekap tubuh Aurel untuk menenangkannya. Rosalia memintanya untuk menceritakan apa yang terjadi. Aurel mulai bercerita. Setelah mendengar cerita Aurel sang Ustadz menyuruh mereka secepat mungkin pindah.

"Sepertinya kamu dan keluarga mu harus segera mungkin meninggalkan tempat ini." sahut Ustadz Azhari.
"Saya dan Welda sudah mulai mempersiapkan perpindahan kami. Kami hanya menunggu waktu saja, Ustadz. Saya juga ingin segera keluar dari rumah ini. Kalo gini caranya saya dan keluarga saya bisa mati." timpal Aurel berkaca-kaca.

Tiba-tiba..

Suara bising terdengar dari lantai atas. Ditambah teriakan Kesya yang tampak ketakutan. Dengan segera, mereka menuju sumber suara. Suara jeritan Kesya terdengar semakin kencang didalam kamar Aurel. Namun, pintu kamarnya terkunci dari dalam.

"Mami tolong aku!!!!." jerit Kesya.
"Kesya! Kesya!." panggil Aurel, ia benar-benar khawatir dengan Kesya.

Gandhi mencoba mendobraknya.

"Apa ada kunci serep?." tanya Ustadz Azhari.
"Didalam kamar, Ustadz." balas Aurel.

Gandhi masih mencoba mendobrak, sekuat tenaga ia mencobanya.

Brakk!!!

Terbukalah pintu itu, pemandangan mengerikan didapati mereka. Kesya meringkuk disudut kamar dengan wajah terselubungi ketakutan. Ali berniat menusuk Kesya menggunakan gunting. Gandhi berhasil menghentikan Ali dan melempar gunting itu jauh-jauh.

Namun Ali marah dengan perlakuan Gandhi karna menggagalkan rencananya. Aurel menarik Kesya dalam dekapan untuk melindunginya. Mata Ali merah dan suaranya sedikit berbeda. Sepertinya dia kerasukan. Sang Ustadz melafalkan ayat kursi dan beberapa ayat ruqyah. Ali meronta kesakitan. Tubuhnya menggeliat dilantai. Aurel khawatir melihat hal itu.

"Ustadz cukup Ustadz. Ali kesakitan." rengek Aurel.
"Iblis itu telah merasuki Ali." timpal Rosalia.

Gandhi menyuruh mereka semua kebawah. Biar ini jadi urusan Ustadz Azhari dan dirinya. Rosalia, Aurel, Kesya dan Roy pun mengikuti perkataan Gandhi.

Aurel meminta Kesya menceritakan apa yang terjadi pada Ali. Kesya pun mulai bercerita. Saat Aurel meninggalkan mereka, tak selang lama ada seseorang yang mengetuk pintu, dari situlah mereka panik. Ali meminta Kesya tetap ditempat sementara Ali mendekati pintu. Ali tak yakin diluar sana adalah manusia. Ali mengintip dari lubang kunci. Maminya berdiri didepan pintu. Ali ingat pesan Maminya tadi, ia tak boleh sembarangan membuka pintu. Wanita itu menyuruh Ali membuka pintu, lalu sebelum Ali mengambil keputusan ia memberi beberapa pertanyaan pada wanita yang mirip Maminya itu. Pertanyaan pertama hingga ketiga jawabannya bertolak belakang semua.

AnastasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang