Bab 19

2K 141 13
                                    

Setelah bercakap-cakap dengan Ali, Ustadz pun turun menemui mereka bertiga diruang tamu. Ustadz Azhari duduk di sofa, meminum teh hangat di hadapannya. Rosalia menatap wajah Ustadz Azhari yang begitu tenang.

"Bagaimana, apa sudah berhasil membuat Ali bicara?." tanya Rosalia, memecah keheningan.

Ustadz Azhari meletakkan kembali cangkir tehnya. Menghela napas sesaat.

"Dia sudah mau bicara." tersenyum simpul.

Mereka pun tersenyum mendengar kabar baik itu. Memang tidak salah Roy memilih Ustadz Azhari untuk menangani masalah semacam ini, tentu karna dia sudah ahli dalam hal ini. Rosalia bertanya tahap apalagi yang akan dilakukannya. Ustadz Azhari diam sejenak, memikirkan tahap selanjutnya. Rumah Aurel harus diruqyah, kata Ustadz Azhari. Tapi untuk besok dia tidak bisa kerumah Aurel untuk meruqyah rumahnya. Ada jadwal padat menunggunya, mungkin besoknya lagi dia baru bisa.

Mereka memaklumi jadwal Ustadz Azhari, mereka pun sepakat lusa akan kerumah Aurel lagi. Malam makin larut, tak terasa sudah pukul 22:00 Roy dan Ustadz Azhari pamit pulang. Namun, ditengah perjalanan menuju pulang saat melewati jalan yang teramat sepi. Hanya bermodal penerangan cahaya sorot mobil, itu sudah cukup. Ada sosok bayangan melaju di depan mobil yang mereka naiki. Spontan Ustadz Azhari yang menyetir pun dibuat kaget dan ngerem mendadak. Untung mereka tidak terluka.

"Apa itu, Ustadz?." tanya Roy.
"Entahlah, saya akan keluar sebentar. Anda tunggu disini." kata Ustadz sembari keluar mobil.

Ustadz Azhari memeriksa keadaan, mengelilingi mobilnya, takutnya jika dirinya menabrak sesuatu. Tapi alhasil, dia tak menemukan apapun. Dia pun kembali kedalam mobil. Mengatakan pada Roy tak ada apapun diluar. Mungkin ia hanya berhalusi saja, tapi sepertinya tidak karna Roy juga melihatnya.

Langsung menginjak pedal gas, dan keanehan muncul. Mobilnya tak mau berjalan, seperti ada yang menahannya. Tapi hanya mereka berdua disana, dan siapa yang berani menahan mobilnya? Ustadz Azhari mematikan mesin mobilnya, sekali lagi keluar untuk mengecek keadaan. Nihil, hanya itu yang ia dapati, merasa dipermainkan Ustadz Azhari menantangnya.

Tawa menggelegar tiba-tiba mucul dari atas langit malam. Ustadz pun mendongak keatas, sambil membaca ayat kursi. Tawa itu berubah menjadi rontaan yang mengerikan, teriakannya pun membuat telinga pilu.

''HENTIKAN! HENTIKAN MANUSIA BODOH!!!." seru suara itu.

Ustadz Azhari masih melantunkannya dan mengabaikan suara itu. Rontaan itu semakin terdengar keras. Membuat Roy yang didalam mobil hanya diam dan berdoa sebisanya. Semoga setan itu tidak masuk dalam mobil, batin Roy.

Bayangan hitam itu berubah wujud menjadi wanita yang mengerikan. Wanita itu berdiri di hadapan Ustadz Azhari menatapnya penuh amarah. Ustadz Azhari berhenti berkomat-kamit dan balas menatapnya.

"Apa yang kau mau wahai iblis?." tanya Ustadz Azhari, tanpa rasa takut. "Jangan kau ikut campur urusanku! Pergilah sebelum kau celaka!." ancam wanita itu.
"Allah akan selalu melindungiku dari iblis macam dirimu."

Wanita itu tertawa. Berani sekali manusia lemah seperti dia melawannya.

"Aku tidak peduli. Jangan ikut campur urusanku!." pekiknya sekali lagi.
"Kau tidak berhak mengganggu manusia yang tak berdosa."
"Tak berdosa kau bilang? Manusia adalah gudang dosa. Mereka selalu meminta bantuan padaku, mereka tak percaya dengan adanya Tuhan!."

Sekali lagi wanita itu tertawa puas.

"Tapi tidak denganku, aku sangat percaya kehadiran Allah. Dan kau hanya iblis yang menyesatkan. Aku akan tetap membinasakanmu!." kukuh Ustadz Azhari.

Wanita itu langsung menyerang Ustadz Azhari dengan kekuatannya. Ustadz pun langsung terpental menatap bagasi mobilnya. Roy yang menyaksikan pertarungan mereka didalam mobil, terus berdoa untuk keselamatan Ustadz Azhari. Mereka bertarung dibelakang mobil, tak ada sorot lampu disana, Ustadz Azhari meringis kesakitan. Ustadz Azhari hanya membaca ayat kursi dan beberapa ayat Al-Quran lainnya. Dengan izin Allah, setan itu kesakitan dan terus meronta-ronta. Hingga beberapa saat, akhirnya setan itu lenyap seketika. Memang menguras banyak tenaga.

Ustadz Azhari pun kembali melanjutkan perjalanan pulang, dan syukurlah mobilnya kembali normal. Mereka pun pulang dengan aman malam itu, setan itu sudah pergi.

Sementara itu..

(Dirumah Rosalia, tepatnya di kamar Ali)

Gandhi duduk di kursi disamping kasur Ali. Rosalia duduk ditepi kasur berhadapan dengan Ali. Memang benar, Ali sudah mau bicara meskipun tak banyak. Rosalia pun tak banyak bertanya pada Ali, takut mentalnya down lagi.

"Tante Ros. Aku mau ketemu Mami." kata Ali, menatap Rosalia.
"Iyaa. Kamu akan segera pulang." balas Rosalia membelai rambut Ali.
Ali menggeleng. "Gak mau pulang, aku takut dirumah itu."

"Tante Ros. Tolong kasih tau keluargaku untuk pindah dari rumah itu." suara Ali tiba-tiba gemetar.
"Iyaiya. Tante akan bicara pada mereka." kata Rosalia paham dengan maksud Ali.
"Sekarang Tante. Mereka dalam bahaya. Makhluk itu akan membunuh mereka dalam waktu dekat." kata Ali makin ketakutan.

Mata Ali berkaca-kaca, sepertinya dia benar-benar dilanda ketakutan yang teramat dalam. Gandhi memberikan segelas air putih pada Ali lalu meminumkannya, mereka berdua tau apa yang dialaminya saat ini. Gandhi dan Rosalia pun mencoba menenangkan Ali.

"Ini sudah malam Ali. Tidurlah, semua akan baik-baik saja." kata Rosalia menenangkan.
"Telpon Mamiku sekarang Tan. Aku mohon, mereka harus tau nyawa mereka dalam bahaya." Ali terus merengek dengan mata penuh kekhawatiran.

Rosalia tidak tega melihatnya. Ia pun menelpon ke HP Aurel. Beberapa saat menunggu, tak ada jawaban. Mungkin Aurel sudah tidur, pikirnya.

Rosalia menggeleng. "Gak ada jawaban. Mungkin Mamimu sudah tidur."
"Kalo gitu telpon Papi." timpal Ali.

Rosalia pun memenuhi keinginan Ali. Tetap saja tak ada panggilan. Ini sudah larut malam, mereka pasti sudah tertidur. Ohh Ali, kau terlalu khawatir. Entah apa yang ada dipikirannya, mungkin ia masih trauma.

"Besok aku akan menelpon Mamimu, akan aku suruh dia kesini." timpal Gandhi.

Rosalia menyuruh Ali tidur. Dan besok akan memberitau Aurel untuk menemuinya. Mereka pun keluar meninggalkan Ali.

Mata Ali sulit untuk di pejamkan. Hatinya tidak tenang, entah mengapa ia merasa akan ada hal buruk yang terjadi pada keluarganya. Ali membuang rasa khawatirnya, lalu memejamkan matanya. Ia pun sudah masuk dialam bawah sadarnya. Lagi-lagi ia bermimpi bertemu dengan makhluk mengerikan itu, makhluk itu mendekati kamar orang tuanya lalu mencekik Papinya hingga tak bisa berkutik setelah membunuh Papinya dia menusuk Maminya dengan kuku-kukunya yang tajam, darah bercipratan di dinding kamar.

Lalu menuju kamar adiknya, Kesya masih tertidur. Makhluk itu menembus pintu kamar Kesya. Wajah makhluk itu berubah lagi, kini menjadi wanita cantik, lalu membelai rambut Kesya hingga membangunkannya. Dan seketika wajah cantiknya berubah wujud yang sebenarnya. Kesya menjerit ketakutan, namun terlambat sudah, makhluk itu menancapkan kukunya tepat di jantung Kesya, lalu meminum darah Kesya.

~0~0~0~

Tbc :))

Haduh.. Hari ini panas bgt eww-,- untung masih kuat puasanya😁

Kasih vomment ya😊

AnastasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang