Bab 21

2K 150 37
                                    

Seusai mengganti pakaiannya, Kesya makan siang bersama Aurel. Telur dadar dan sayuran menjadi lauk santap mereka siang itu. Kesya membayangkan betapa bahagia dirinya akan bertemu kakak tercintanya. Kesya bertanya kapan Ali akan pulang, namun Aurel juga tidak tau sampai kapan Ali disana.

Kesya merasa kecewa mendengar jawaban itu, ia benar-benar merindukan kakaknya. Kesepian yang berselimut dibenaknya membuatnya tidak bersemangat untuk hal apapun. Seusai melahap makan siangnya, Kesya pergi ke halaman tepat dibawah pohon besar, karna disana sangat sejuk dan terik matahari tidak akan membakar kulitnya.

Aurel segera menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk. Saat ia sedang mencuci baju menggunakan mesin cuci, ia mendengar suara langkah kaki menuju ruang mesin cuci. Aurel mematikan mesin cucinya, lalu mendengarkan dengan seksama. Langkah itu semakin pelan, dan akhirnya terhenti. Aurel melihat punggung pintu untuk memastikan siapa dibalik pintu itu.

"Kesya!." panggilnya untuk memastikan.

Tak ada respon. Aurel mengedikkan bahu, mungkin dirinya salah dengar atau mungkin Kesya sudah pergi, pikirnya. Aurel kembali fokus pada tumpukan baju-baju kotor yang menggunung. Ketika mesin cuci dinyalakan, suara langkah kaki itu terdengar lagi. Dan makin keras bunyinya. Aurel tidak mematikan mesinnya, dan langsung menoleh ke pintu.

Disana pintu sudah terbuka dan berdirilah sosok wanita yang ia lihat tadi. Wanita yang mengantarkan anaknya. Kenapa dia masuk tanpa permisi kerumah orang, benar-benar lancang. Didalam rumah Aurel, wanita itu masih mengenakan payung hitamnya. Orang bodoh mana yang memakai payung didalam rumah?

"Hei nyonya, apa yang kamu lakukan di rumahku?." tanya Aurel masih di tempat.

Bukannya menjawab pertanyaan Aurel, wanita itu berbalik dan melangkah pergi. Aurel mencoba mengikutinya, dan naasnya dia sudah hilang. Hilang? Mana mungkin itu terjadi? Aku mengikutinya tidak begitu jauh, pikir Aurel. Sebelum ia mencari wanita itu, Aurel mematikan mesin cucinya.

Dia mencari ke sudut ruang, tapi tak ada siapapun. Secera tidak sengaja, Aurel melihat wanita itu bersama Kesya dihalaman. Aurel segera berlari keluar untuk menemui wanita itu. Aurel keluar rumah, tapi di halaman hanya ada Kesya yang sendirian. Lagi-lagi wanita itu lenyap, Aurel keheranan melihat insiden itu. Secepat itukah dia melangkah hingga ia tak bisa bertemu dengannya.

Aurel menghampiri Kesya, "Sayang, mana wanita tadi?."

Kesya tampak bingung dengan pertanyaan Maminya.

"Gak ada siapa-siapa disini, Mi." jawabnya masih duduk ditempat.

Aurel berjongkok berhadapan dengan Kesya. "Yang baru aja disini, wanita yang nganter kamu tadi sayang." jelasnya.
"Engga ada Mi. Aku dari tadi sendirian, cuma ada Sia." menjulurkan bonekanya.

Seketika itu Aurel terduduk lemas, ia memegangi kepalanya. Mungkin saja Aurel berhalusinasi, atau mungkin kelelahan. Tapi semua itu tampak nyata, mana mungkin ia berhalusinasi siang-siang begini?

"Mami sakit?." tanya Kesya melihat Maminya memijit-mijit kepalanya.
Aurel menghentikan pijitannya. "Engga kok, Nak. Yaudah Mami mau lanjut cuci baju dulu ya."

Aurel bangkit dari duduknya dan menuju ke ruang mesin cuci untuk melanjutkan mencucinya yang tertunda.

Pukul 19:50

Welda dan keluarganya sedang bersiap-siap untuk kerumah Rosalia. Namun kabar buruk datang, sehabis Aurel dari kamar Kesya, Aurel memberitau Welda jika tiba-tiba Kesya demam tinggi malam itu, padahal tadi sore masih baik-baik saja dan masih terlihat sehat. Welda ingin membatalkan rencana kerumah Rosalia, tapi Aurel melarangnya meng-cancel-nya.

Dan akhirnya Welda sendiri yang pergi kesana, dengan membawa pesan 'maaf' karena Aurel tidak bisa ikut dikarenakan menunggu Kesya yang sedang demam. Ali masih takut untuk keluar dari area kamarnya. Ali merasa aman dikamarnya, Welda berbincang-bincang sedikit pada Ali, untuk melepas rindunya. Kondisi Ali memang sudah membaik semenjak disini.

AnastasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang