Bab 9

2.2K 151 11
                                    

Subuh tiba, Kesya sudah terbangun. Ia merenung didalam kamar sambil duduk didepan jendela, menatap kearah halaman tempat terakhir ia dan Ani bermain. Kini air matanya membasahi pipi lagi. Seusai sholat subuh, Aurel melihat Kesya yang terdiam di depan jendelanya. Aurel memeluk Kesya, namun air mata Kesya masih mengalir.

"Aku kangen Ani, Mi." ucap Kesya, dalam isak tangisnya.
"Iya. Mami tau sayang, dia anak yang baik sepertimu." kata Aurel.

Aurel menyuruh Kesya untuk mandi, supaya pikirannya fresh. Lalu, Aurel kembali kebawah untuk menyiapkan sarapan. Setelah semua siap, Welda dan Ali yang sudah rapi dengan seragam mereka segera menuju meja makan.

"Dimana Kesya?." tanya Welda.
"Masih dikamar." jawab Aurel singkat.
"Nanti kita kerumah Toni bareng-bareng ya." kata Welda pada Aurel.
"Okee. Kita berangkat jam dua belas aja."
"Baiklah."

Mereka pun segera sarapan. Lalu, Welda dan Ali segera berangkat. Aurel membawakan jatah sarapan ke kamar Kesya, seperti tadi malam. Kesya enggan untuk makan, Aurel pun menyuapinya. Seusai menyuapi gadis kecilnya, Aurel pergi mandi karna ia ingat ada janji dengan Rosalia pagi ini. Seperti biasa, Kesya menyisir rambut Sia.

Pukul 08:30

Rosalia tiba dirumah Aurel, mereka pun berbasa-basi dulu menghilangkan ketegangan Aurel. Terlihat dimata Aurel, perasaan was-was akan sesuatu. Lalu Rosalia menanyakan hal apa yang membuat dirinya mengundangnya. Aurel dengan nada lirih, menceritakan semua kejadian-kejadian aneh dirumahnya. Terutama sikap anak gadisnya yang selalu berbicara sendiri dan memilik teman tak kasat mata. Rosalia menelaah semua cerita Aurel.

"Jadi begitu? Sekarang aku tau." kata Rosalia dengan tatapan serius.
"Tau apa?."
"Rumah ini, memang ada penghuninya." kata Rosalia melihat sekitar ruangan.

Sudah ku duga, pasti ada sesuatu dirumah ini, kata Aurel dalam hati.

"Lalu apa yang harus aku lakukan? Tolonglah aku dan keluargaku." Aurel memohon.
"Kita harus mendoakan rumahmu."
"Setiap hari aku dan keluargaku sudah sholat lima waktu, dan mengaji." kata Aurel.

Rosalia kembali menatap sekitar ruangan, lalu menatap langit-langit. Rosalia mengangguk-angguk sendiri, Aurel tak mengerti apa yang Rosalia pikirkan saat ini. Kata-kata Rosalia membuatnya semakin takut.

"Kita harus mengusirnya!." kata Rosalia menatap Aurel tajam.
"Mengusir siapa?." tanya Aurel tak paham.
"Makhluk itu. Dia akan tetap disini, jika tidak diusir."

Rosalia menyusuri seluruh rumah Aurel, mencoba mencari kejanggalan. Saat Rosalia naik ke lantai atas, auranya sudah berbeda sangat berbeda, hawa panas yang tak lazim membuat rasa penasarannya mencuat. Ia tertarik pada satu ruangan, tentu saja pada ruang kosong itu, mata Rosalia tak pernah lepas dari ruang itu. Aurel hanya berdiri diam di belakang Rosalia, membiarkannya melakukan apapun yang Rosalia mau. Ketika langkah Rosalia terhenti didepan pintu ruang itu. Aromanya begitu mistis, saat Rosalia berada didalam bau anyir tercium, bunga kamboja dan melati tercium sangat menyengak.

Setelah beberapa saat, Rosalia keluar dan menemui Aurel.

"Bisakah aku bertemu anak perempuanmu?." tanya Rosalia tersenyum.
"Kesya maksudmu?."

Rosalia mengangguk.

Aurel menunjukkan kamar Kesya. Membuka pintu kamarnya.

"Itu dia." Aurel menunjuk Kesya.

Aurel dan Rosalia menemui Kesya diatas kasur. Kesya menatap Rosalia sedikit takut, Rosalia memberi senyum manisnya.

"Hai Kesya." sapa Rosalia ramah.
"Iyaa." jawab Kesya gugup.
"Jangan takut, aku teman Mami kamu."

AnastasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang