Chapter 5
.
.
.
"Haechan hyung! Itu kan susu kami!"
Suara cempreng Chenle memecah keheningan pagi di rumah mereka.
"Hyung! Kenapa minum susu kami, sih?!"
Kali ini suara Jisung yang terdengar. Suara bocah itu terdengar sangat kesal.
"Mana aku tahu kalau ini milik kalian? Kan tidak ada tulisan di gelasnya"
Berbeda dengan Chenle dan Jisung yang terdengar kesal, kali ini suara Haechan terdengar begitu santai. Seperti tanpa dosa, membuat Chenle dan Jisung menatapnya tajam.
Haechan menghela nafas, ia meletakkan gelas berisi susu strawberry yang kini hanya tersisa setengah. Ia menatap kedua adiknya itu sebal. Masa sih hanya gara-gara susu strawberry ia harus dimusuhi oleh kedua bocah menyebalkan ini?
"Aku sudah meletakkan gelasnya, kenapa kalian masih menatapku seperti itu?!" kali ini nada Haechan terdengar sebal, ia merasa terintimidasi oleh tatapan kedua bocah itu.
"Susunya tinggal setengah, tidak akan cukup untuk kami berdua!" jawab Jisung, disambut anggukan setuju Chenle.
"Kau mau membaginya dengan Chenle, tapi kenapa tidak mau membaginya denganku?"
"Karena aku tidak pernah jahil pada Jisung, tidak seperti Haechan hyung" kali ini Chenle yang menjawab, nadanya terdengar bangga. Jisung mengangguk.
Cih! Jahil pada Jisung memang tidak, tapi jahil pada hyung lainnya iya.
"Lalu bagaimana ini, Lele hyung? Susunya tinggal setengah" adu Jisung ada Chenle. Bocah kelas 1 itu memegang gelasnya erat sambil menatap sedih susu strawberry yang tersisa setengah.
Chenle menggeleng lemas. Bocah kelas 6 itu juga tidak tahu harus berbuat apa, itu susu strawberry terakhir yang ada di kulkas. Sejak kemarin mereka sudah sepakat untuk membaginya untuk berdua dan mereka akan mencelupkan oreo pemberian Taeil kemarin sore. Tapi sayanganya, Haechan telah merusak rencana indah kedua bocah itu.
Haechan mendecak sebal sambil menatap kedua bocah itu. Ia sedikit merasa bersalah sebenarnya. Tapi tetap saja, kedua bocah SD itu sedikit berlebihan. Bagaimana bisa hanya karena susu strawberry mereka menjadi seganas itu?
"Apa yang kalian ributkan sih?"
Jaemin yang baru saja keluar dari kamar menatap ketiga bocah itu heran. Ini masih terlalu pagi untuk memasang ekspresi sekusut itu.
Jisung mendekat kearah Jaemin, menunjukkan gelas fenomenal tadi pada Jaemin. Jaemin mengernyit bingung, tidak mengerti maksud Jisung.
"Kau mau susu lagi, Jisung-ah?" Jaemin mencoba menebak.Jisung mengangguk.
"Tapi ini kan masih ada sisa setengah? Kenapa tidak dihabiskan dulu?"
"Susu itu tadinya penuh hyung, tapi Haechan hyung meminumnya. Padahal kami ingin membagi susu itu untuk kami berdua" adu Chenle pada Jaemin.
"Dasar bocah manja, sedikit-sedikit mengadu" celetuk Haechan. Ia kesal pada kedua bocah itu. Mereka selalu saja bekerjasama untuk menyerang Haechan.
Jika dimata yang lain kedua bocah itu sepolos malaikat, dimata Haechan berbeda. Kedua bocah itu seperti setan kecil, menyeramkan. Jangan lupakan sifat mereka yang seperti kancil, cerdik sekali dalam mencari perlindungan dan akhirnya membuat Haechan diserang oleh omelan saudara-saudaranya yang lain termasuk ibunya.
"Astaga, Haechan-ah! Kenapa meminumnya sih?!"
Lihat kan betapa liciknya kedua bocah itu?
"Mana aku tahu kalau itu susu mereka?! Tidak ada tulisan di gelasnya! Salah siapa sembarangan menaruhnya di meja?!" Haechan tidak terima, ia berusaha membela diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
WARM HEART
FanfictionJangan mengharapkan sebuah romansa indah dalam cerita ini. Karena yang akan kalian temukan hanyalah sebuah cerita dengan alur pasaran, serta kisah tentang cinta dan kasih sayang tulus dari sebuah keluarga. Tidak ada bagian yang membuat jantung kalia...