Chapter 27

1.3K 138 16
                                    

.

.

.

"Sudah menyiapkan semua keperluanmu selama disana?"

Jeno menoleh sejenak dan tersenyum pada Sora ketika wanita cantik itu masuk ke kamarnya sambil menggendong Lami, putrinya yang berusia 3 tahun.

Jeno mengangguk dan menghentikan pekerjaannya, menghampiri bibinya. Lebih tepatnya menghampiri Lami, bocah cilik cantik yang selalu bisa membuat hari-harinya menyenangkan.

"Oppa..pelgi?" bocah itu bertanya dalam gendongan ibunya.

Jeno mengangguk dan tersenyum. Berat juga jika harus berpisah dengan Lami selama itu.

"Jangan pelgi!" Lami tiba-tiba saja memekik, membuat Jeno dan Sora sedikit tersentak.

Mata Lami mulai berkaca-kaca, bocah itu memang cengeng.

Jeno mengambil alih Lami ke gendongannya. Menatap bocah itu sembari mengelus rambutnya yang hitam legam dengan sayang.

"Tidak akan lama, Lami-ya. Hanya satu bulan, kok"

Lami kecil berpikir sejenak.

1 bulan itu berapa lama?

Tapi kan satu hanya sedikit, pasti tidak akan lama, begitu pikir Lami.

"Satu bulan saja? Kenapa tidak lima?" bocah itu menunjukkan 5 jarinya di muka Jeno.

Jeno tersenyum. Ia juga ingin selama itu sebenarnya.

"Satu bulan saja, sayang. Oppa akan merindukan Lami jika terlalu lama disana" Jeno mencubit pipi sepupunya dengan gemas.

Lami mengangguk paham.

"Sudah malam, biar Yoon-ahjumma saja yang menyelesaikannya. Kau harus banyak istirahat" ujar Sora mengingatkan.

"Sedikit lagi, Imo. Aku akan langsung tidur setelah ini" jawab Jeno.

Sora tersenyum dan mengangguk. Keponakannya ini memang tipe-tipe yang bertanggung jawab, tidak akan menyerahkan sisa pekerjaannya pada oranglain. Ia lebih suka mengerjakannya hingga selesai sekalipun hingga larut malam.

"Ayo, Lami sayang. Kau juga harus tidur" Sora mengulurkan tangannya pada sang putri.

Lami mengangguk. Ia mencium pipi Jeno sejenak dan mengucapkan 'selamat malam' sebelum meraih tangan ibunya dan kemudian dibawa ke kamar.

Jeno kembali pada pekerjaannya. Senyum bahagia tak luput dari wajah tampannya.

"Akan bertemu dengan kalian lagi setelah sekian lama, rasanya seperti mimpi" ucap Jeno pelan, dengan senyuman lebar tentunya.

Hatinya dipenuhi akan kebahagiaan saat ini.

.

.

.

Nyonya Park terus menatap Jeno dengan tatapan sendunya. Bukan hanya Nyonya Park, bahkan Jungsoo, Sora dan juga Lami yang berada dalam gendongan Jungsoo juga menatap Jeno dengan tatapan yang sama. Seperti tak merelakan kepergian lelaki tampan yang menjadi kebanggan mereka selama beberapa tahun terakhir ini. Sedangkan Jeno, ia hanya bisa membalas tatapan-tatapan sendu yang ditujukan padanya dengan senyuman tipis.

Rasanya berat meninggalkan mereka, terutama Lami. Ia akan merindukan suara cempreng bocah itu nantinya. Rindu ketika bocah itu mengacaukan kasurnya untuk membangunkannya di pagi hari. Atau mungkin ketika bocah itu sedang merajuk pada ayah ibunya dan hanya mau menempel Jeno.

"Kau berjanji akan selalu baik-baik saja, kan?" sang nenek mengelus pipinya lembut, menatapnya penuh kasih sayang.

Jeno mengangguk, "Aku berjanji, Halmeoni"

Nyonya Park tersenyum tipis.

Ia memeluk tubuh Jeno yang jauh lebih tinggi darinya, menyadarkan kepala di dada sang cucu dan mendengarkan detak jantungnya. Benar-benar mirip dengan suara detak jantung suami dan juga Donghae-nya.

Jeno membalas pelukan neneknya, mengelus punggung itu perlahan.

"Jaga kesehatan halmeoni, jangan terlalu lelah dan jangan sampai stress karena pekerjaan. Masalah café dan restaurant sudah kupasrahkan pada Johnny hyung"

Nyonya Park hanya mengangguk dan kemudian melepaskan pelukannya pada Jeno, mengusap air mata yang entah kapan mengalirnya.

Kali ini giliran Jungsoo dan Sora beserta Lami yang mendekati Jeno.

"Jaga diri baik-baik Jeno-ya, segera hubungi samchon jika ada masalah atau membutuhkan bantuan" Jeno mengangguk.

"Jangan telat makan dan istirahat yang cukup, sayang. Kau harus cepat kembali agar ada yang mengendalikan Lami ketika rewel" pesan Sora sedikit bercanda.

Lami yang berada di pelukan Sora menggerakkan tubuhnya, memberi sinyal bahwa ia ingin didekatkan dengan Jeno. Dan tentu saja Sora paham, ia mendekatkan Lami pada Jeno. Tentu saja bocah itu langsung mengecup pipi Jeno kemudian mengelus pipi Jeno dengan tangan mungilnya. Bocah itu seperti tidak rela Jeno pergi.

"Jangan lama-lama ya oppa, Lami nanti tidak ada teman main lagi. Lami sayang oppa"

Jeno tersenyum lembut, mengelus surai hitam Lami penuh sayang lalu mencium pipi gembul bocah itu.

"Baik, tuan putri" Lami terkikik, ia selalu suka dipanggil 'Tuan Putri' oleh Jeno.

"Yuta-san, kami titip Jeno padamu. Kami percaya kau bisa menjaga Jeno dengan baik" pesan Jungsoo pada Yuta. Yuta mengangguk dan membungkuk sebentar, menandakan bahwa ia menyanggupi permintaan Jungsoo.

"Aku harus segera pergi, pesawat sebentar lagi akan berangkat" ucap Jeno begitu mendegar suara petugas bandara yang memberitahukan bahwa pesawatnya akan berangkat sebentar lagi.

Jeno memeluk satu-persatu keluarganya. Lalu meraih kopernya dan berjalan meninggalkan mereka diikuti Yuta dibelakangnya.

Berat rasanya, tapi rasa rindu Jeno akan Korea menguatkan tekadnya untuk pergi.

.

.

.

"Eomma.."

Sora membuka matanya yang hampir terpejam mendengar panggilam putri kecilnya. Ia menatap Lami yang berada di dekapannya. Mata bulat itu berkaca-kaca.

Sora mengernyit.

"Kenapa sayang? Kau menangis?" tanya Sora lembut.

Lami mengangguk.

"Kenapa menangis, eum?"

"Lami merindukan oppa"

Sora tersenyum. Putrinya memang dekat sekali dengan Jeno, tidak heran jika Lami sudah merindukan Jeno padahal baru beberapa jam yang lalu mereka berpidah di bandara. Bahkan baru 2 jam yang lalu Jeno menghubungi mereka bahwa ia telah tiba di Korea dengan selamat.

"Hanya sebulan, sayang. Setelah satu bulan, oppa akan pulang. Lami bisa bermain lagi dengan oppa" Sora mencoba menenangkan.

Lami menggeleng keras.

"Bagaimana kalau oppa tidak pulang? Lami takut..hiks"

DEG

Kalimat Lami membuat dadanya seperti dihantam sesuatu. Perasaannya menjadi tidak nyaman, tapi Sora menepisnya. Ia percaya pada keponakannya, ia percaya semua akan baik-baik saja.

Ia mengelus kepala Lami lembut, berusaha menenangkan putri kecilnya yang mulai menangis sesenggukan.

"Oppa akan pulang, sayang. Oppa pasti pulang"

.

.

.

TBC~

Maaf ya kalian udah nunggu lama banget dan aku upnya pendek..hehe

Ditunggu vomentnya :3

Thankyou~

WARM HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang