CHAPTER 8
.
.
.
Jungsoo menuruni mobilnya, lalu melangkahkan kaki memasuki halaman rumah kecil yang tampak teduh dihadapannya. Setelah menarik nafas dalam dan merapikan pakaian, ia kembali melangkahkan kaki dengan mantap. Ini bukan rumah kekasihnya, sungguh. Jungsoo sudah menikah, dan sang istri sedang menunggu di rumah. Yah, walaupun belum dikaruniai seorang anak.
Rumah ini rumah Jeno, lebih tepatnya tempat Jeno tinggal bersama dengan Nyonya Kim dan juga beberapa saudara yang kemarin sempat diceritakan oleh Nyonya Kim padanya.
Ya, semenjak ia menceritakan segalanya pada Nyonya Kim, wanita itu selalu dengan senang hati menceritakan segala sesuatu tentang kehidupan mereka ketika datang ketempat Jungsoo untuk mengambil resep untuk Jeno. Dan lebih tepatnya kehidupan Jeno.
Jeno yang cerdas hingga selalu memenangkan olimpiade sains, Jeno dan juga beberapa saudaranya yang bersekolah dengan beasiswa, Jeno yang begitu baik dan tidak pernah ingin merepotkan orang lain, dan lebih banyak lagi sesuatu tentang Jeno yang diceritakan Nyonya Kim. Wanita itu juga menceritakan bagaimana Jeno kecil ditemukan dulu.
Lalu apakah Jeno sudah tahu akan kenyataan ini?
Belum.
Jungsoo melarang Nyonya Kim untuk bercerita pada Jeno. Ia ingin Jeno mendengar semua dari dirinya, ia ingin menjelaskan semua sendiri. Jika saja nanti Jeno marah dan membenci dirinya, keluarganya dan bahkan Donghae, Jungsoo akan maklum. Itu wajar. Setelah apa yang terjadi, Jeno berhak untuk membenci siapapun nantinya.
Setelah diketuk beberapa kali, pintu terbuka. Dan wajah bingung Jeno lah yang pertama kali menyambutnya ketika pintu terbuka. Jungsoo memang sengaja datang siang ini, Nyonya Kim bilang Jeno sedang berada di rumah dan tidak pergi ke sekolah karena kondisi yang sempat drop pagi tadi.
"Dokter Park?" Jeno menyebut namanya dengan nada bingung. Tentu saja bingung. Sepertinya ia tidak kambuh separah itu hingga Dokter Park harus datang ke rumah sederhana mereka.
"Bolehkan hyung masuk, Jeno-ya?" tanya Jungsoo.
Jeno mengangguk cepat. Karena terlalu kaget akan kedatangan Jungsoo yang begitu mendadak, ia bahkan lupa mempersilahkan dokter itu untuk masuk.
"A-ah, ya, tentu saja. Silahkan masuk"
Jungsoo mengacak rambut Jeno pelan dan melangkahkan kaki kedalam. Diikuti oleh Jeno yang masih kebingungan dibelakang.
Setelah membuat secangkir teh hangat dan menyajikannya dihadapan Jungsoo, Jeno duduk di kursi tepat dihadapan Jungsoo.
"Mm..dokter Park.."
"Hyung, Jeno-ya, panggil aku hyung. Aku belum setua itu" koreksi Jungsoo.
Jeno mengangguk.
"Apa hyung kemari karena eomma memberitahu hyung bahwa aku kambuh tadi pagi?"
Jungsoo mengangguk menjawab pertanyaan Jeno. Itu juga salah satu alasannya, selain alasan ingin memberitahu Jeno akan rahasia yang hampir 2 minggu ini ia simpan bersama Nyonya Kim.
"Aku sudah lebih baik hyung, seharusnya tidak perlu repot-repot" dari nada bicara, terdengar jelas bahwa Jeno sedang merasa tidak enak padanya. Mungkin bocah itu berpikir bahwa ia sedang merepotkan Jungsoo saat ini.
"Bukan hanya itu, Jeno-ya. Hyung juga ingin menceritakan sesuatu padamu, dan ingin mengajakmu ke suatu tempat"
Jeno mengernyit bingung.
Kenapa tiba-tiba dokter itu ingin mengajaknya pergi?
Bukankah jadwal kemoterapi masih 2 hari lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
WARM HEART
FanfictionJangan mengharapkan sebuah romansa indah dalam cerita ini. Karena yang akan kalian temukan hanyalah sebuah cerita dengan alur pasaran, serta kisah tentang cinta dan kasih sayang tulus dari sebuah keluarga. Tidak ada bagian yang membuat jantung kalia...