Chapter 25

1.7K 182 34
                                    

Sekalipun mata sudah terlihat berkaca-kaca, namun Mark enggan untuk membiarkan liquid bening itu beranjak dari kelopak matanya. Begitu juga ibunya, wanita itu juga sebisa mungkin menahan air matanya sambil memegangi Jisung yang terus meraung memanggil nama Jeno. Chenle menangis di pelukan Renjun, sedangkan Haechan dan Jaemin terus saja terisak dengan kepala tertunduk.

Di depan mereka, bangkar Jeno di dorong memasuki pesawat. Bocah itu masih menutup mata erat dan belum terbangun sejak kemarin.

Jujur saja Mark sedikit kecewa pada Jungsoo, yang mengatakan bahwa Jeno akan bangun beberapa jam lagi dan menyuruh mereka menunggu. Namun bahkan sebelum Jeno membuka mata, mereka membawa Jeno pergi. Seolah tak mengijinkan mereka melihat senyum Jeno dan mengucapkan salam perpisahan.

Mereka bahkan tak bisa berjanji bahwa mereka akan membawa Jeno kembali, dan itu yang paling Mark benci.

"Tolong, bawa Jeno kembali.. suatu saat nanti"

Jungsoo tersentak melihat Mark yang tiba-tiba saja berlutut dihadapannya dan memohon. Ia sungguh tidak tega melihat saudara-saudara Jeno yang sudah ia anggap seperti anak-anaknya sendiri terlihat begitu terpukul. Jungsoo diam tak berkata apapun. Ia tidak ingin mebuat janji yang mungkin tak bisa ia tepati, semua keputusan ada di tangan ibunya. Dan keputusan yang dibuat ibunya berarti adalah keputusan mutlak, Jungsoo atau siapapun tak akan sanggup melawan.

"Mark.." ia membungkuk dan memegang pundak Mark, menyuruh bocah itu berdiri. Namun bocah itu menolak.

"Tolong bawa Jeno kembali. Aku tahu permintaanku sangat tidak tahu diri, tapi aku hanya ingin Jeno kembali kemari setelah ia sembuh nanti. Kami menyayanginya..sungguh"

Hancur sudah pertahanan Nyonya Kim melihat putra sulungnya terlihat begitu putus asa, ia mulai terisak. Bukan hanya tangisan Nyonya Kim yang mulai terdengar semakin keras, tangisan para bocah yang sedari tadi memang sudah menangis pun juga menjadi semakin keras.

"Maafkan samchon, Mark. Keputusan bukan berada di tanganku, aku tidak bisa melakukan apapun" Jungsoo kembali berusaha menyuruh Mark berdiri, dan Mark menurutinya.

Jungsoo menoleh kebelakang dan mendapati ibunya telah menaiki tangga pesawat. Ia mengerti alasan sang yang sama sekali tidak menghampiri keluarga kedua Jeno bahkan untuk mengucapkan salam perpisahan, wanita itu hanya tak ingin semakin merasa bersalah.

Jungsoo menghampiri Nyonya Kim. Membungkukan tubuh selama beberapa detik untuk memberi hormat, dan tentu saja dibalas Nyonya Kim walaupun tidak bisa sepenuhnya karena sedang menggendong Jisung.

"Maafkan kami atas keputusan egois kami, Nyonya. Kami akan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan Jeno, kami janji akan mencintainya sebesar cinta kalian pada Jeno. Terimakasih telah membesarkan Jeno dan mencintainya dengan begitu tulus, terimakasih"

Nyonya Kim tak mampu berkata apapun, air mata dan isakan keluar secara bergantian, membuat mulutnya menjadi kaku. Jadi ia hanya mengangguk dan memaksakan sebuah senyuman pada Jungsoo. Jungsoo membalas senyum Nyonya Kim tanda mengerti.

Kali ini Jaemin yang menghampiri Jungsoo, menggenggam tangan Jungsoo dan menatap Jungsoo dengan mata yang memerah karena terlalu banyak menangis.

"Hyung, katakan pada Jeno bahwa ia harus kembali suatu saat nanti. Aku akan menjaga tempat tidurnya agar selalu rapi, aku dan Haechan akan membersihkan tempat tidurnya setiap hari. Aku juga akan meminta ibu agar tidak mengecat ataupun merubah bentuk rumah kami agar Jeno tidak kebingungan jika kembali nanti. Tolong katakan itu padanya"

Sungguh Jungsoo terenyuh mendengarnya. Ia jadi ingin berlari ke pesawat, membawa Jeno keluar dan memberikan Jeno pada mereka. Namun itu hal mustahil yang dilakukan kecuali ia ingin membunuh Jeno dan kemudian ia juga dibunuh oleh si nyonya besar.

Jungsoo mengangguk, dan membungkuk sekali lagi sebelum akhirnya masuk ke dalam pesawat.

Pintu pesawat mulai tertutup perlahan dan setelah itu berjalan perlahan dan kemudian terbang.

"Selamat tinggal, Jeno-ya. Kau harus kembali atau aku akan terbang ke Jepang dan menyeretmu pulang suatu hari nanti"

Yang terakhir kita pasti tahu siapa yang mengatakannya.

.

.

.

TBC~~

Maaf ya ini pendek banget dan aku juga ngaret banget upnya T_T

Untuk next chapternya mungkin bakalan lama, karena aku bakal ketik sampai ending dulu baru aku publish next chapternya.. hehe

Jadi mohon bersabar ya readersku tercintaaa :3

Thankyou and wait for me guys~

WARM HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang