Chapter 14

1.7K 222 35
                                    

CHAPTER 14

.

.

.

"Jungsoo-ya!"

Nyonya Park bergegas menghampiri Jungsoo yang baru saja turun dari mobil. Entah apa yang terjadi, yang jelas suara Nyonya Park terdengar begitu panik.

"Apa yang terjadi, eomma?" sama seperti Nyonya Park, suara Jungsoo juga terdengar panik. Ibunya menelfon pagi-pagi dan meminta Jungsoo segera datang tanpa mengatakan alasan, dan suara ibunya di telfon tadi terdengar begitu panik

"Ada yang tidak beres dengan Jeno. Tadi malam ia mimisan banyak sekali, aku membujuknya ke rumah sakit tapi ia bilang hanya kelelahan dan hanya butuh tidur. Tapi tadi pagi ketika aku membangunkannya, ia tidak mau membuka mata dan suhu tubuhnya tinggi"

Sudah Jungsoo duga akan seperti ini jadinya. Alasan Jungsoo mencegah Jeno menginap di rumah ibunya adalah kondisi Jeno. Ia belum mengatakan pada ibunya tentang penyakit Jeno dan kemarin Jeno juga lupa membawa obat yang ia perlukan, bocah itu sudah melewatkan jadwal untuk meminum obat. Dan Jungsoo sudah menduga akan seperti ini resikonya.

Dengan diikuti Nyonya Park di belakang, Jungsoo sedikit berlari menuju kamar Jeno. Ia membuka pintu dan melihat bocah itu terbaring dengan mata tertutup. Wajah bocah itu seputih kapas, nafasnya terdengar berat. Dan itu membuat Jungsoo takut.

Jungsoo mendekati ranjang Jeno, menepuk pipi bocah itu dengan lembut. Rasa panas menyapa telapak tangannya. Suhu tubuh Jeno sangat tinggi, dan hal ini bukanlah pertanda baik.

"Jeno, sayang, kau bisa dengar samchon?" panggil Jungsoo. Ia berharap Jeno akan membuka mata dan tersenyum sembari berkata bahwa baik ia baik-baik saja, seperti yang biasa bocah itu lakukan.

Namun nihil. Bocah itu tetap memejamkan mata.

Jungsoo maupun Nyonya Park semakin ketakutan.

"Eomma, aku akan membawa Jeno ke rumah sakit"

Dengan sigap Jungsoo menyingkap selimut Jeno dan mengangkat tubuh kurus itu, lalu sedikit berlari menuju mobil. Diikuti sang ibu yang juga berjalan cepat di belakangnya dengan mata yang mulai berair dan tangan saling meremas, menandakan bahwa wanita tua itu sedang dilanda rasa panik yang hebat. Apa yang terjadi pada Jeno sungguh membuatnya ketakutan setengah mati.

.

Setelah menunggu sekitar setengah jam, akhirnya Jungsoo keluar dari ruangan dimana tadi Jeno dimasukkan. Nyonya Park sontak bangkit dari duduknya dan segera menghampiri Jungsoo.

"Bagaimana keadannya, dia baik-baik saja kan?" tanya Nyonya Park panik.

Jungsoo tersenyum dan mengangguk, wajahnya terlihat lelah namun juga lega.

"Dia baik-baik saja, eomma. Demamnya sudah mulai turun dan dia sedang tidur" Jungsoo mengelus pundak ibunya lembut.

"Aku akan menghubungi Nyonya Kim, ibu angkat Jeno. Beliau harus tahu akan kondisi Jeno"

Baru saja Jungsoo akan memasukkan tangan ke saku untuk mengambil ponsel, sang ibu menahan tangannya.

"Jungsoo-ya, kau tidak ingin menceritakan sesuatu pada eomma?"

Nyonya Park menatap Jungsoo penuh selidik, ada rasa ingin tahu yang besar pada tatapan itu. Tatapan ibunya membuat Jungsoo sedikit tidak nyaman.

"A-apa maksud, eomma?" nada suara Jungsoo tiba-tiba saja terdengar gugup, jantungnya mulai berdetak cepat.

"Tentang kondisi Jeno. Kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu dari eomma, kan?"

Jungsoo menghela nafas, mencoba menenangkan diri sendiri. Sepertinya ia harus mengatakan yang sebenarnya akan kondisi Jeno pada ibunya sekarang. Toh, dari awal ia memang berniat memberitahu ibunya, ia hanya sedang mencari waktu yang tepat. Sepertinya sekarang adalah waktunya, ia sungguh tidak menyangka ibunya akan mengetahuinya secepat ini.

WARM HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang