Chapter 10

2.3K 268 94
                                    

CHAPTER 10

.

.

.

Nyonya Kim tersenyum menatap Jeno sambil mengangguk pelan, mulut wanita itu menggumamkan kata 'tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja' untuk meyakinkan putranya. Ia melihat ada sebuat kekhawatiran besar di mata sipit itu, dan tugasnya sebagai ibu adalah menghilangkan kekhawatiran sang putra.

Sedangkan Jeno, ia sedang berada dalam posisi setengah duduk diatas ranjang dengan berbalutkan pakaian rumah sakit berwarna baby blue. Bocah itu sedaritadi hanya diam, tetapi tangan senantiasa menggenggam erat tangan sang ibu dan sedikit bergetar.

"Kau takut, sayang?"

Jeno mengangguk. Ia tidak bohong, saat ini ia memang sedang ketakutan. Hari ini adalah kemoterapi pertamanya, dan ia khawatir. Dari yang pernah ia baca, kemoterapi itu menyakitkan terlebih efek setelahnya. Belum lagi rambut yang kemungkinan akan rontok perlahan karena efek obat-obatan keras yang masuk ke tubuhnya. Bocah itu benar-benar takut.

"Ada eomma disini, sayang. Kau tidak perlu takut" Nyonya Kim mengelus rambut Jeno lembut. Dan Jeno mengangguk ragu.

Hingga beberapa saat kemudian Dokter Park mulai memasuki ruangan. Diikuti seorang perawat muda yang membawa nampan berisi entah berapa macam botol berisi cairan yang membuat Jeno semakin bergidik ngeri.

"Sudah siap?" tanya Dokter Park.

"N-ne" suara Jeno terdengar bergetar. Dokter Park tersenyum lembut.

"Hanya 3 jam Jeno-ya, aku yakin kau bisa menjalaninya dengan baik. Aku tau kau anak yang kuat, samchon percaya padamu"

Hati Jeno menghangat mendengar penuturan Dokter Park, dan seulas senyum tipis terbentuk di bibir.

Dokter Park mulai membuka sebagian baju Jeno, tepat di bagian dada. Ia mulai mengelap dada Jeno dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol, lalu menyuntikkan cairan yang Jeno yakini sebagai obat bius lokal. Karena setelah itu ia tidak bisa merasakan apapun pada bagian dadanya bahkan ketika Dokter Park menusukkan sebuah alat dengan jarum yang lumayan panjang dan memasukkan sebuah selang kecil yang seingat Jeno itu disebut dengan kateter. Jeno sudah tau akan proses ini, ia membacanya dari buku yang Mark beli tempo hari.

"Tidak sakit kan?"

Jeno menggeleng dan tersenyum tipis. Tentu saja tidak sakit, kan tadi sudah dibius.

Berbeda dengan Jeno yang tersenyum, justru sang ibulah yang meringis melihat dada putranya dipasang alat aneh seperti itu.

"Apakah alat itu bisa dilepas, Dokter Park?" tanya Nyonya Kim khawatir.

Dokter Park tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja, nyonya. Semua cairan obat yang Jeno butuhkan akan masuk lewat sini dan kita hanya perlu menggantinya selama seminggu sekali"

Nyonya Kim mengangguk, raut mukanya terlihat tidak baik. Badannya ngilu melihat putranya memakai alat aneh seperti itu.

Dokter Park beralih ke Jeno. "Dan kau bocah tampan, sekarang kau harus lebih berhati-hati saat beraktivitas agar tidak menimbulkan masalah di bagian sini" tangan Dokter Park menyentuh dada Jeno, tepat disamping alat kecil itu dipasang.

Jeno hanya mengangguk.

Setelah si perawat selesai menyiapkan semuanya, tangan Dokter Park mulai meraih jarum suntik dari nampan. Ia meraih kateter di dada Jeno dan menyuntikkan cairan itu masuk. Jeno sedikit berjengit ketika cairan itu disuntikkan, ada sensasi dingin yang mengalir di dadanya dan sedikit rasa nyeri.

"Berapa lama?"

"Tunggu sampai obat di kantong itu habis ya, mungkin sekitar 3 jam. Kau bisa menyalakan TV kalau bosan"

WARM HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang