CHAPTER 23
.
.
.
Nyonya Kim duduk dengan tenang di kursi yang berada tepat di samping ranjang Jeno, menggenggam tangan Jeno dan mengelusnya lembut. Sedangkan saat ini bocah itu sedang terbaring dengan mata tertutup. Masker oksigen yang menutupi sebagian wajah dan beberapa kabel yang dihubungkan ke tubuhnya membuat hati Nyonya Kim terasa begitu teriris melihatnya.
Jeno baru saja menyelesaikan kemoterapi dan tiba-tiba saja kejang, yang tentu saja membuat Nyonya Kim maupun Jungsoo yang ada di ruangan menjadi panik dibuatnya. Bocah itu kesulitan bernafas dan baru berhenti kejang ketika Jungsoo menyuntikkan obat penenang. Bahkan sekarang walaupun telah memakai masker oksigen, putranya masih terlihat kesulitan bernafas.
Jungsoo bilang kanker Jeno menyebar dengan cepat, bahkan telah merusak fungsi beberapa organ pentingnya. Kemoterapi tidak akan mampu lagi menghalangi penyebaran sel kankernya, yang ada malah akan membuat Jeno semakin sakit. Bahkan tadi Jungsoo bilang tubuh Jeno kejang karena sudah tak mampu lagi menahan kerasnya obat-obatan kemoterapi yang terus menerus disuntikkan ke tubuhnya. Jadi keputusan akhirnya, Jungsoo akan mengehentikan kemoterapi Jeno.
Nyonya Kim sendiri tentu saja sempat menolak pemikiran Jungsoo tadi, bahkan Jungsoo sendiri juga tidak yakin dengan pilihan yang ia buat. Tapi mereka berdua tentu sama-sama mengerti bahwa apa yang telah mereka pilih adalah yang terbaik. Mereka sama-sama tidak ingin melihat Jeno terus kesakitan. Rambut Jeno sekarang sudah habis tak bersisa, tubuhnya kurus dan kulitnya kering. Kemoterapi hanya akan menyakiti Jeno lebih jauh lagi. Melihat Jeno kesakitan seperti mengiris hati mereka secara perlahan dengan pisau tumpul yang akan semakin menambah rasa sakitnya.
Diciuminya tangan Jeno dengan lembut, mencoba mengalirkan cinta sekaligus kekuatan untuk putranya. Putranya yang begitu tangguh dan luar biasa, melaikat mereka. Sekalipun di tengah cobaan yang begitu berat yang tengah menimpanya, Jeno tidak pernah mengeluh. Sekalipun tidak pernah mengeluh akan penyakitnya. Ia tetap saja menjadi Lee Jeno yang tidak ingin menyusahkan orang lain dan membuat orang lain khawatir, ia tetap saja Lee Jeno yang selalu lebih mementingkan kepentingan oranglain dibandingkan dirinya sendiri.
Nyonya Kim sendiri terkadang berpikir, 'Bagaimana bisa Tuhan memberikan penyakit semacam ini pada Jeno?'. Bocah itu bahkan baru saja bertemu keluarga kandungnya dan melihat wajah kedua orangtuanya walau hanya di foto. Tapi sepertinya Tuhan begitu ingin bertemu dengannya tanpa membiarkannya merasakan kebahagiaan bersama keluarga kandungnya. Menurut Nyonya Kim hal itu sungguh tidak adil.
Tapi Nyonya Kim masih ingat, seminggu hari yang lalu ketika Jeno baru pulih dari kondisinya yang sempat drop, Jeno mengatakan sesuatu padanya.
'Eomma, bukankah Tuhan begitu adil? Ia mengambil kedua orangtuaku dan menggantikannya dengan kalian yang begitu menyayangiku. Tuhan memberiku penyakit tetapi memberiku kesempatan untuk bertemu dengan keluarga kandungku, bahkan mengizinkanku melihat wajah kedua orangtuaku walau hanya lewat foto. Bahkan di sisa waktuku yang mungkin tidak banyak ini, ia terus saja memberikan kebahagiaan yang luar biasa padaku lewat kalian. Bukankah Tuhan begitu adil?'
KAMU SEDANG MEMBACA
WARM HEART
FanfictionJangan mengharapkan sebuah romansa indah dalam cerita ini. Karena yang akan kalian temukan hanyalah sebuah cerita dengan alur pasaran, serta kisah tentang cinta dan kasih sayang tulus dari sebuah keluarga. Tidak ada bagian yang membuat jantung kalia...