Chapter 3

3.8K 373 168
                                    

Chapter 3

.

.

.

Hari minggu, hari dimana anak-anak harus melakukan rutinitas wajib mereka, membersihkan panti asuhan tempat mereka tingggal. Bukan rutinitas mingguan sebenarnya, hanya sekali dalam sebulan. Daripada menyebut tempat ini sebagai panti asuhan, mereka lebih suka menyebut ini rumah mereka. Karena disinilah mereka tinggal dan dibesarkan, dan disnilah mereka bisa merasakan sekaligus memberikan kasih sayang layaknya keluarga satu sama lain.

Mereka keluarga, teman, dan terkadang menjadi seperti orangtua bagi satu sama lain. Ibu mereka –ibu pengurus panti asuhan- adalah orang biasa, ibu mereka hanya memiliki kedai kecil yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Ibu mereka memang jarang di rumah, tapi walaupun begitu mereka tetap masih bisa mendapatkan hak mereka sekaligus mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu.

Mark, penghuni tertua di rumah ini baru saja terbangun dari tidur. Ia berjalan sempoyongan menuju kamar mandi dan melakukan rutinitas bangun tidurnya, mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah semua selesai, ia mulai berjalan ke tempat penyimpanan barang untuk mengambil alat kebersihan. Jiwa yang belum terkumpul penuh, membuatnya tersentak kaget ketika mendapati Jeno yang sudah berdiri di depan pintu tempat penyimpanan dengan senyuman lebar yang membuat matanya hampir menghilang.

"Astaga, Jeno-ya! Kau mengagetkanku!" Mark mengelus dada.

"Hehe..maaf, hyung"

"Mana yang lain? Belum bangun?"

"Renjun dan Chenle sedang menyiram tanaman, Haechan sedang memotong rumput, sedangkan Jaemin dan Jisung sepertinya belum bangun" jelas Jeno.

Mark mendengus kesal, dua bocah manja itu memang pemalas. Mereka akan bangun tengah hari jika tidak segera dibangunkan.

"Kau letakkan alat-alat itu di depan, setelah itu tolong bangunkan Jisung ya? Biar hyung yang membangunkan Jaemin"

Jeno mengangguk, "Baik, hyung"

Sesuai dengan perintah Mark, Jeno meletakkan peralatan yang ia pegang di halaman dan kemudian bergegas membangunkan Jisung. Jeno masuk ke kamar Jisung, yang juga menjadi kamar Renjun dan Chenle. Hanya saja dua orang lainnya sudah bangun dan menyisakan bocah berwajah polos yang masih bergelung dibalik selimut pikachu. Jeno tersenyum, adiknya benar-benar menggemaskan. Pipi yang chubby dan kulit yang putih serta rambut yang dipotong mangkuk membuatnya seperti boneka hidup.

"Jisung-ah, ayo bangun. Kita harus membersihkan rumah" ia menepuk lengan Jisung pelan.

Jisung menggeliat pelan ketika merasakan panas dilengannya, ia mulai membuka mata perlahan.

"Hyungie~" panggil Jisung manja, ia mengucek matanya imut, membuat Jeno gemas dan mencubit pipinya.

"Tangan hyung panas!" Jisung menarik wajahnya dari tangan Jeno.

Jeno mengernyit.

Ah benar, ia memang sedikit demam sejak tadi malam.

"Hyung sakit?" tanya Jisung. Jeno menggeleng.

"Tidak, hyung tidak sakit kok. Cuacanya saja yang terlalu panas..hehe. Cepat bangun dan cuci muka, lalu segera ke halaman untuk membantu hyungdeul lain ya?" pesan Jeno sebelum keluar dari kamar Jisung, tidak lupa ia mengacak rambut adiknya itu dengan sayang.

Jisung mengangguk dan segera melakukan apa yang Jeno perintahkan. Perintah Jeno harus segera ia patuhi, ia harus selalu menjadi adik yang baik bagi Jeno.

Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, Jisung keluar dari rumahnya dan menyusul para kakaknya di halaman belakang setelah sebelumnya menyapa Mark dan Jaemin yang sedang memasak di dapur. Sepertinya Ibu mereka berangkat pagi-pagi sekali, karena Jisung sudah tidak melihat Ibu mereka di rumah. Jisung sudah terbiasa bangun pagi tanpa melihat ibu.

WARM HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang