CHAPTER 19
.
.
.
"Kami berencana membawa Jeno ke Jepang"
Kalimat yang baru saja Jungsoo ucapkan tadi sontak membuat Nyonya Kim yang sedaritadi menundukkan kepala karena rasa lelah seusai berlari menuju ke rumah sakit mulai mengangkat kepala dan menatap Jungsoo dengan tatapan terkejut. Jantungnya tiba-tiba saja berpacu dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Otaknya seketika bekerja lebih keras untuk mencerna kata-kata Jungsoo.
Dan pada akhirnya ia mengerti, mampu mengambil kesimpulan dari kalimat tersebut. Lagipula ia bukan orang bodoh. Ia ingin bertanya, ingin memastikan, tapi lidahnya mendadak kelu.
"Kami akan membawanya berobat ke Jepang" ucap Jungsoo sekali lagi, siapa tahu wanita bermarga Kim tidak terlalu mendengarkan tadi. Reaksi Nyonya Kim sungguh membuatnya bingung. Wanita itu hanya terdiam dan menatapnya kosong.
"Hanya.. untuk berobat, kan?" tanya Nyonya Kim. Suaranya bergetar karena rasa takut, entah apa yang saat ini ia takutkan. Ia sendiri pun tak tahu. Yang jelas ia berharap Jungsoo akan tersenyum dan menganggukkan kepala.
Tidak seperti yang ia harapkan. Jungsoo sama sekali tidak tersenyum padanya dan malah menundukkan kepala, tidak menjawab pertanyaannya. Lalu beberapa saat kemudian mengeluarkan map coklat dari laci. Tangan lelaki itu mulai bergerak pelan dan mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalamnya.
Jungsoo menyodorkan kertas itu di hadapan Nyonya Kim.
"Kankernya memasuki stadium akhir, penyebarannya sudah mencapai hampir 80%. Kondisinya memburuk bahkan sudah sampai tahap muntah darah. Jeno membutuhkan pengobatan yang lebih kuat lagi, Nyonya. Bahkan jika boleh jujur, ia harus mulai menetap di rumah sakit dan berhenti sekolah untuk memudahkan kami memantaunya" Jungsoo mulai menjelaskan.
Nyonya Kim menggeleng cepat.
Bukan.
Bukan ini yang ingin ia dengar.
Tentu saja kondisi putranya penting, tentu saja. Tapi saat ini ia lebih ingin mendengar jawaban Jungsoo akan pertanyaan yang sebelumnya. Ia bisa mendengar kondisi Jeno lagi setelah ia mendengar jawaban Jungsoo untuk pertanyaannya tadi.
Nyonya Kim tidak suka berbelit.
"Dokter Park, anda belum menjawab pertanyaan saya. Hanya untuk berobat kan? Kalian akan kembali ke Korea setelah Jeno sembuh kan?" tanya Nyonya Kim cepat. Nafasnya sedikit memburu karena tidak sabar.
Jungsoo menundukkan kepalanya sekilas, lalu tersenyum tipis pada Nyonya Kim.
"Maafkan kami, Nyonya. Kami belum tahu apakah kami akan kembali ke Korea atau tidak setelahnya"
Nyonya Kim menggelengkan kepalanya lagi. Ia meraih tangan Jungsoo dan meremasnya dengan erat. Tangan wanita itu gemetar, Jungsoo bisa merasakannya. Wanita itu menatap Jungsoo dengan mata yang mulai berair.
"Ap-apa maksud anda, Dokter Park? Apa maksudnya kalian belum tahu akan kembali atau tidak. Kalian sudah pasti harus kembali, rumah kalian disini"
Entah perasaan Jungsoo saja atau bagaimana, ada sepercik emosi tertahan pada suara Nyonya Kim.
Jungsoo menunduk, tak berani menatap Nyonya Kim. Ia sudah menduga akan seperti ini reaksinya. Tentu saja ia bisa membayangkan seperti apa perasaan wanita itu saat ini. Nyonya Kim memang bertanya, tapi Jungsoo yakin wanita itu sudah mengerti betul apa yang ia maksudkan. Semua tergambar jelas dari sorot mata yang terlihat begitu ketakutan. Seolah enggan untuk melepaskan sesuatu yang berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
WARM HEART
FanfictionJangan mengharapkan sebuah romansa indah dalam cerita ini. Karena yang akan kalian temukan hanyalah sebuah cerita dengan alur pasaran, serta kisah tentang cinta dan kasih sayang tulus dari sebuah keluarga. Tidak ada bagian yang membuat jantung kalia...