Chapter 17

1.6K 229 32
                                    

CHAPTER 17

.

.

.

Bocah itu duduk di bangkunya. Kepala ia tundukkan dengan mata menatap lurus pada kertas bergambar yang ada di hadapannya dengan penuh konsentrasi. Tangan sibuk bergerak menggambar sesuatu. Perlahan demi perlahan ia menggoreskan crayon yang ada di tangannya, membentuk sebuah gambar seorang anak laki-laki bertopi dan sedang menyunggingkan sebuah senyuman. Mata laki-laki pada gambar itu tenggelam, hanya menampilkan sebuah lengkungan yang mirip bulan sabit. Tak lupa bocah itu menambahkan sebuah tulisan di atas gambarnya.

Bocah itu tersenyum puas melihat hasil gambarnya. Tangan kecil itu mengambil crayon berwarna biru, bersiap untuk mewarnai bagian terakhir dari gambar. Ia memang tidak sepandai Renjun hyung-nya dalam hal menggambar, tapi bagaimanapun juga ia suka menggambar. Menurut bocah itu gambarannya juga tidak terlalu buruk. Setidaknya itu yang dikatakan para hyung ketika melihat gambarnya. Mereka bilang kemampuan menggambarnya akan bisa setara dengan Renjun hyung bila diasah terus-menerus.

"Hyungku yang paling tampan? Jeno-hyung?"

Bocah itu –Jisung- mendongakkan kepala, menatap seseorang yang baru saja tiba di hadapannya dan dengan lancang membaca tulisan yang tertera pada bagian atas gambar. Ia sedikit tersentak dengan kehadiran yang tiba-tiba itu.

"Apa itu Jeno-hyung?" bocah itu bertanya sambil menunjuk pada gambar Jisung. Tapi entah pendengaran Jisung saja yang bermasalah atau bagaimana, nada temannya itu terdengar sedikit meremehkan.

Atau bahkan.. sinis?

Jisung mengangguk sambil tersenyum cerah. Ia mencoba menyingkirkan pikiran negatifnya.

"Eung! Ini Jeno-hyung"

Tiba-tiba saja temannya tertawa. Membuat Jisung mengernyit.

Apakah ada yang lucu dari gambarnya?

"Kenapa kau tertawa, Muel-ah?" tanya Jisung. Mata sipit itu mengerjap polos.

Temannya –Kim Samuel- tersenyum sinis.

"Bagaimana bisa kau menulis 'hyungku yang paling tampan' padahal sekarang Jeno-hyung mirip seperti monster?"

Jisung tak begitu paham dengan apa yang dibicarakan temannya itu. Tapi entah kenapa ia merasa sakit hati akan kalimatnya.

Kenapa Samuel menyebut Jeno hyung monster?

"Jeno-hyung tampan dan baik, sama sekali tidak seperti monster kok"

Samuel melipat tangan di dada, menatap Jisung dengan tatapan yang semakin sinis dan meremehkan.

"Dulu sih memang tampan, tapi sekarang tidak! Hyungmu sekarang terlalu kurus, bahkan ia tidak punya rambut, ia jelek seperti monster!" setelah itu Samuel tertawa. Suasana kelas yang sepi karena sekarang masih jam makan siang membuat tawa Samuel terdengar keras dan jelas. Dan itu membuat Jisung semakin tidak suka.

Emosi Jisung mulai tersulut. Ia tidak suka hyung-nya dikatai seperti itu. Jeno hyung orang baik, tidak boleh disamakan dengan monster.

"Jeno hyung bukan monster! Jangan mengatai hyungku seperti itu!" nada suara Jisung meninggi. Dadanya naik-turun karena emosi. Ia tidak terima akan pernyataan temannya itu.

"Monster! Jeno hyung seperti monster!" seperti mengabaikan Jisung, Samuel terus saja mengatakan hal yang sama. Bahkan nadanya terdengar semakin menyebalkan dan tidak mengenakkan untuk didengar.

"BERHENTI, SAMUEL!" Jisung berteriak.

Namun Samuel semakin menikmati kemarahan temannya. Ia semakin gencar menghina kakak tercinta temannya itu. Membuat emosi Jisung semakin memuncak.

WARM HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang