Part 36

1.6K 68 2
                                    


"MINGGIR PA, AKU MAU LIAT ALIYA, DIA PASTI UDAH KETAWA DEH SEKARANG LIAT KITA, AKU MAU MASUK---"

PLAKKKK

satu tamparan lagi dari Wijaya berhasil membuat semuanya melotot kembali

Air mata Alina menetes dan memegangi pipinya yang berdenyut nyeri karena tamparan Wijaya terlalu keras

"APA KAMU SUDAH GILA, ALIYA SEDANG BERTARUNG DENGAN MAUT TAPI KAMU BILANG DIA LAGI BERCANDA! HAH? KENDALIKAN DIRI KAMU, KAMU SEPERTI ORANG GILA" Bentak Wijaya dengan wajah memerah karena marah

Degg

Alina kembali memegang dadanya yang terasa dihimpit batu besar sehingga membuat dadanya sesak

Dua kali dirinya dibentak dan dianggap gila oleh orang yang ia sayang

Alina masih tak bergeming ia menatap Wijaya lekat dan memukul dadanya sendiri karena rasa sesaknya semakin bertambah saat melihat Wijaya menatapnya benci

Seulas senyum tipis tercipta dibibirnya, tangannya masih memukul dadanya yang terasa sempit, air matanya sudah lolos sedari tadi, matanya sudah bengkak

"Aku gila? Aku khawatir sama adik aku sendiri dan itu namanya gila? Dan tuan Wijaya yang terhormat kenapa anda sekarang peduli? Dimana saja anda 1 tahun terakhir ini? Aku kira anda membuang aku dan juga Aliya lalu kenapa anda marah sekarang ini? Apa anda tidak tau malu? Wajar bukan jika saya gila karena adik saya, saya yang merasakan bagaimana ia tumbuh, berhenti berpura-pura peduli kepada adik saya, kenapa anda disini? Bukannya anda sibuk dengan uang anda? Seakan uang itu lebih penting dari anak kalian, oh maaf saya lupa saya bukan anak anda lagi bukan? Saya dan adik saya telah dibuang oleh anda dan juga istri anda bukan? Wah dan sekarang anda datang untuk mengajari saya bagaimana cara merawat adik saya? Wow pak Wijaya anda pintar sekali berakting" alina mengucapkan itu dengan sangat lancar membuat semuanya menatap dirinya tak percaya

Fauzi meraih tangan Alina berusaha untuk menenangkan tapi dengan cepat Alina tepis

"Dan anda, tunangan saya sekaligus orang yang ingin merebut adik saya bukan?" Alina menunjuk Fauzi dengan tangan bergetar

"Jangan sok pintar disini, saya tidak akan membiarkan Anda merebut adik saya, kenapa baru sekarang kalian menginginkannya bukannya dulu kalian membuangnya ke dasar jurang? Apa kalian lupa?aku bukan orang bodoh yang menyerahkan adik ku begitu saja!dan jika anda" alina kembali menunjuk wajah Fauzi

"Dan jika anda berani merebut adik saya, maka saya pastikan anda akan menjadi mantan tunangan saya" ancam Alina

Semuanya kembali menatap Alina karena ucapan yang ia lontarkan sudah tidak masuk akal

Fauzi memaklumi ucapan Alina, ini terjadi diluar kendali Alina
"Dan anda juga bukan yang berteriak didalam kamar adik saya tadi sehingga membuat suara monitor itu terdengar? Dan anda juga bukan yang menyebut saya orang gila sama seperti yang diucapkan oleh pak Wijaya? Saya merasa sangat kecewa karena dua orang yang saya sayang menganggap saya orang gila dan membentak saya, dan jika terjadi sesuatu dengan adik saya maka saya pastikan anda berdua adalah orang pertama yang mendengar kabar kematian saya " setelah mengucapkan itu alina pergi meninggalkan semuanya yang menatapnya prihatin

Semuanya mengerti sakit yang alina rasakan, mereka juga tidak tersinggung dengan ucapan aliya meskipun mereka merasa takut dengan ucapan Alina

****
Akhirnya dokter keluar dari ruangan aliya

"Bagaimana dok, anak saya gak apa apa kan?" Mira Bertanya dengan raut wajah khawatir

"Tadinya detak jantung anak ibu kembali berhenti tapi sekarang dia sudah baik baik saja, dia sudah melewati masa kritisnya dan kalian hanya tinggal menunggu dia siuman" ucap sang dokter

Kakak Kelas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang