Malam ini cuaca di Seoul sangat dingin. Pertanda musim salju akan segera tiba. Dengan jaket tebal dan syal mengalung di leher, Ju Halim berjalan menyusuri setapak jalan yang semakin sepi. Dengan angin dingin yang menerpa tubuh, ia berjalan sampai tiba di sebuah stasiun. Tempat itu sangat sepi, hanya lentera yang dipasang di teras stasiun yang mulai redup sebagai penerang. Terlihat jelas bangunan yang kumuh dan kotor karena sudah lama tidak digunakan. Ju Halim memandang sekeliling tempat itu mencari sosok yang menyuruhnya ke tempat itu.
"Choi, dimana kamu! Keluarlah!" Teriaknya memandang semua tempat disana. Namun tak ada balasan atau tanda-tanda datangnya Park Choi.
"Choi! Dimana kamu? Sesuai permintaanmu aku kesini seorang diri. Kembalikan Lisa padaku sekarang! CHOI KELUAR KAMU!!!" Ucapnya semakin meninggi.
Gubrak!!
Suara tumpukan kardus disamping loket membuat Ju Halim menoleh ke sana. Ia berjalan mendekati setumpuk kardus yang jatuh berserakan. Betapa terkejutnya Ju Halim saat melihat sosok wanita yang sangat lemah berlumuran darah duduk di kursi roda dengan mata terpejam dan wajah pucat pasi. Dia adalah Lisa.
"LISAA!!" Teriaknya berlari menghampiri tubuh Lisa yang sangat kritis. Ia mendekap dan memeluk Lisa berulang kali.
"Lisa bangun Lis.. Jangan tinggalin kita. Jangan tinggalin aku, jangan tinggalin Jungkook kekasihmu. Lisa ku mohon bangun Lisa. Ku mohon!" Tangisnya tidak bisa dibendung lagi. Ia menggoyang-goyangkan tubuh Lisa agar dia sadar, tapi alhasil Lisa tetap memejamkan matanya.
Ia melotot dan raut mukanya marah sambil mengepalkan tangannya. Ia berdiri mencari orang yang telah membuat Lisa seperti ini.
"Ya! Choi! Dimana Lo? Keluar lo sekarang bangsat! keluarrr!! Tanggung semua dosa yang baru aja lo buat denganku. Lisa tak salah apa-apa. KELUAR LO CHOI BANGS***TTTT!!!" Suaranya menggelegar dalam kesunyian area stasiun. Ia mencari Park Choi yang dari tadi tidak menampakkam wajahnya.
"WOY MANUSIA ANJING! KELUAR LO.!!!"
Duarr!!
"Aghhh!!" Satu peluru menembus tubuh Ju Halim dari belakang. Ia membalikkan tubuhnya dan terjatuh tepat dibawah kaki seseorang. Ju Halim mendongak melihat wajah orang itu. Senyumnya memicing mengetahui bahwa Dia adalah Choi."Kau.. benar-benar.. manusia biadab!.. huh..huh.." Ucap Ju Halim di sela-sela nafasnya yang tak beraturan. Tubuhnya lemah merasakan peluru mengalir semakin dalam di tubuhnya.
"Ju-Halim. Kau pikir aku bodoh? Menyerahkan Lisa begitu saja ? Tidak semudah itu Halim-ah! Kau tau komitmenku kan? Darah dibalas dengan darah. Nyawa dibalas dengan nyawa." Jawab Choi mengelilingi tubuh Halim perlahan-lahan.
"Kau anjing! Lihat saja. Lisa akan membalasmu!" Mendengar kalimat itu, Choi langsung menginjak punggung Halim membuat tubuhnya merasa sakit yang lebih dalam.
"Benarkah? Tapi.. aku berfikir kalian akan mati hari ini!" Balas Choi sambil mengelus pistolnya.
"Aghh!"
"Kenapa? Sakit Halim? Mana Halim yang kuat dan tangguh? Ayo lawan aku. Aku didepanmu Halim. Ayo bangun!" Ucap Choi semakin senang dan menguatkan kakinya ditubuh Halim.
"Mana anak buahmu? Tak menolong pimpinannya sedang sekarat disini?" Choi semakin menekan kakinya membuat Halim kesakitan dan tak dasarkan diri. Melihat keadaan itu Choi langsung melepaskan kakinya dan berjongkok memdekati Halim
"Wah dia sudah mati. Cepat sekali" ucapnya sambil tersenyum
"Anak-anak bawa mayat segar ini ke markas!" Perintahnya
Tak lama keluar segerombol orang berbaju hitam mengelilingi Halim dan Lisa. Choi tertawa lepas sampai menggema diseluruh ruangan stasiun.
"Akhirnya musuhku mati! Harapanku menjadi nomer satu tak sia-sia. Hahahaha"
Begitu senangnya Choi sampai tidak menyadari kalo anak buahnya tidak menuruti perintahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Good Girl
Fanfic×× TAMAT ××× Jangan baper ya bacanya Kalo udah baper dilanjut bacanya. Di vote di komen and sharr yaa :) ***** "Apa? Pacar pura-pura lo? Ogah ! Lo kira gue cewek apaan?" "Cuma hari ini doang kek. Gue mau dijodohin, dan gue nggak mau itu terjadi...